April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Derita Nurhaye : Dipaksa Minum Air Closet Hingga Dipaksa Makan Kotoran Bayi

2 min read

SAMBAS – Setahun bekerja di Bintulu Malaysia, bukan gaji dan peningkatan kesejahteraan yang didapatkan PMI asal Kabupaten Sambas ini. Gaji yang dijanjikan, manisnya iming iming saat diberi tawaran, sampai saat ini masih tetap menjadi janji dan harapan. Sebab, kenyataannya justru berkebalikan.

Adalah  Nurhaye perempuan muda yang usianya masih 22, warga Desa Sungai Burung Besar, Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat harus mengalami penderitaan selama setahun di perantauan. Berawal dari iming iming gaji RM 400 atau setara dengan 1,4 juta rupiah, yang disampaikan oleh seorang warga Singkawang, berangkatlah Nurhaye ke Malaysia pada setahun Silam.

Baca : [ Disiksa Anak Majikan, PMI Ini Hanya Bisa Pasrah ]

Bintulu, merupakan daerah yang menjadi tujuan. Nurhaye diterima bekerja di rumah tangga milik pasangan suami istri Rohana dan Abdul Malim. Karena pengetahuan dan pengalamannya yang masih minim tentang bermigrasi yang aman, Nurhaye berangkat ke Malaysia melalui jalan unprosedural. Hal ini terungkap dari kronologi yang di beberkan Nurhaye di hadapan awak media saat dirinya melaporkan kasus ini ke Polres Sambas pada Selasa kemarin (08/08).

Dihadapan penyidik, Nurhaye mengaku disamping setahun selama bekerja di Bintulu, gajinya belum dibayar sama sekali, dirinya juga sering menerima penganiayaan secara fisik dan mental.

“Salah atau benar, mereka sudah seperti latah memukul dan memaki saya” keluh Nurhaye diantara linangan air matanya.

“Kalau ada masalah lain yang tidak ada kaitannya dengan saya, majikan saya sering melampiaskan ke saya dengan memukul, memaki, marah-marah tidak jelas” sambungnya.

Bahkan, pada suatu ketika, Nurhaye mengaku beberapa kali disuruh meminum air kloset karena dianggap mengerjakan pekerjaan rumah tidak sesuai keinginan majikan.

“Saya pernah beberapa kali dipaksa minum air kloset. Pernah juga dipaksa memakan taii anak bayi majikan saya saat saya terlambat mengetahui kalau bayi tersebut sedang buang air besar” keluh Nurhaye.

Penganiayaan secara fisik yang dialami Nurhaye, meninggalkan bekas luka di jari tangan, kepala, bibir, dan punggung.

Dengan Didampingi oleh Wakil Buati Sambas, Hairiyah dan dinas terkait, Nurhaye melaporkan kasusnya ke Mapolres Sambas Selasa 8 Agustus 2017 | Foto Tito
Dengan Didampingi oleh Wakil Buati Sambas, Hairiyah dan dinas terkait, Nurhaye melaporkan kasusnya ke Mapolres Sambas Selasa 8 Agustus 2017 | Foto Tito

Wakil Bupati Sambas, Hairiyah yang mendampingi Nurhaye saat mendatangi Mapolres Sambas menyatakan pihaknya  akan mendampingi Nurhaye sampai mendapat keadilan.

“Nurhaye ini juga mengisahkan kalau dia pernah disuruh minum air kloset. Itu kan perbuatan-perbuatan yang menurut kita tidak bisa dibenarkan di negara mana pun,” terang Wakil Bupati Sambas Hairiah.

“Sebagai sesama wanita, saya ikut prihatin saat mengetahui penderitaan warga saya. Bekerja di luar negeri diperlakukan tidak manusiawi” imbuhnya.

Kasus Nurhaye, saat ini sedang diitangani oles Satuan Perlindungan Pperempuan dan Anak Polres Sambas. Penyelidikan dan pemanggilan orang-orang terkait sedang dilakukan.

Kasat Reskrim Polres Sambas, AKP Raden Real Mahendra mengatakan akan menindaklanjuti laporan korban.

“Kami akan periksa terlebih dahulu, nanti kami mengumpulkan saksi-saksi. Kami akan berkoordinasi, baik dengan BNP2TKI dan  Polda Kalimantan Barat, hingga ke Mabes Polri,” jelasnya. [Asa/Tito]

Advertisement
Advertisement