April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menjadi Korban Bully, Tulang Tekorak BS Retak Dan Harus Dioperasi

4 min read

TULUNGAGUNG – Praktik bullying kembali memakan korban. BS, 13, pelajar SMPN 01 Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur Tulang mengalami luka serius akibat kekerasan fisik yang dilakukan tiga teman sekolahnya. Dahi hingga pangkal hidungnya dinyatakan retak. Kemarin, BS terpaksa dilarikan ke ruang High Care Unit (HCU) RSUD dr Iskak Tulungagung. Untuk mengembalikan posisi tulang wajah yang cedera berat, dia harus menjalani operasi besar.

“Kami sudah membawa persoalan kekerasan ini kepolisian. Namun untuk sementara waktu kami lebih fokus untuk kesembuhannya (BS),” tutur Hindro Wiyono, paman BS kepada wartawan.

Derita Rachel, 10 Tahun Ditinggal Ibu Jadi BMI, Mukanya Dicelup Minyak Panas Oleh Nenek Tiri

Operasi besar berhasil dilalui dengan baik. Namun BS masih terbaring lemah di ruang perawatan. Bocah berwatak pendiam itu masih trauma. Setiap ditanya bagaimana petaka bisa menimpanya, suara BS terdengar gemetar.

“Dia masih trauma. Terakhir ngomong meminta pindah sekolah karena khawatir kekerasan itu akan terulang,” tutur Hindro.

Insiden kekerasan terjadi saat jam pelajaran kosong pada Sabtu (16/12) lalu. Berawal dari olok-olok yang dilontarkan Ctr, 14, salah seorang siswa pengeroyoknya, adu fisik itu tak terhindarkan. MelaluiHindro, BSmengaku sudah tidak tahan terus-terusan di-bully. Bocah yang sejak umur 4 tahun ikut neneknya di Tulungagung itu biasanya memilih diam saat Ctr menyebutnya cupu atau bocah tidak gaul sekaligus tidak bernyali.

Agar Anak Yang Ditinggal Kerja Keluar Negeri Tetap Dalam Pengasuhan, Begini Caranya

Dia juga tidak pernah bereaksi saat kepalanya disentuh seenaknya. Tapi tidak pada siang itu. Kesabaran BS habis. Dia meladeni Ctr dengan perkelahian. Di depan kelas, kedua siswa yang sama-sama duduk di bangku kelas satu itu beradu jotos.

“Perkelahian itu berlangsung singkat. Teman-temannya yang melihat langsung memisah,” terang Hindro.

Usai berkelahi, Ctr langsung ngeloyor pergi sedangkan BS masih berada di tempat. Tidak disangka, Ctr datang lagi bersama VT, 14; dan EK, 14. Tanpa basa basi, ketiga pelajar itu langsung menyerang bersamasama. Meski kalah jumlah, BS nekat melawan.

Akibatnya, ketiga pengeroyoknya semakin keras menghajar. Ironisnya, dalam pertarungan tidak seimbang itu tidak ada siswa lain yang melerai. Informasi yang dihimpun di lokasi, sejumlah siswa justru bersorak gembira. Beberapa siswa bahkan mengacung- acungkan uang seolaholah tengah menonton gelanggang gladiator. BS pun menjadi bulan-bulanan. Bocah yang kedua orang tuanya merantau ke Pontianak, Kalimantan itu jatuh tersungkur. Menurut Hindro, oleh ketiga pengeroyoknya, kepala BS dibenturkan ke dinding depan kelas.

Darahpun bersimbah. Benturan keras mengakibatkan luka robek dalam sepanjang tujuh sentimeter. Benturanitu didugamenjadi penyebab retaknya tulang dahi hingga pangkal hidung. Retakan tulang itu bahkan nyaris masuk ke jalur otak. Hindro berharap ada tindakan dari sisi hukum maupun sekolah yang bisa memberikan efek jera.

“Sebab jika tidak, kejadian serupa bisa terulang,” harap Hindro.

Terlantar Ditinggal Ibu Ke Luar Negeri, R Dipelihara Negara Usai Mencuri Solar dan Bakar Temannya

Dalam kejadian ini aparat kepolisian langsung bergerak. Polisi telah mengamankan Ctr dan VT. Sedangkan Ek kabur dan hingga kini masih dalam pencarian. Kapolsek Boyolangu AKP Puji Widodo mengaku sudah memeriksa para pelaku.

Kepada petugas, VT mengaku tidak ikut memukuli BS, tapi justru melapor ke guru piket saat aksi pengeroyokan berlangsung. Kepala SMPN 01 Boyolangu Muji Wasono berharap persoalan diselesaikan secara kekeluargaan. Muji beralasan kejadian berada di sekolah dan dilakukan sesama siswa. Pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan orang tua para pelaku.

Bupati Tulungagung Sahri Mulyo mendatangi BS (13) siswa SMPN 01 Boyolangu, korban bullying hingga mengalami retak tulang dahi hingga pangkal hidung. Melihat kondisi BS yang tergolek lemah di ruang perawatan RSUD dr Iskak Tulungagung, Sahri mengatakan, kekerasan yang terjadi tidak bisa dibiarkan. Menurutnya kekerasan yang terjadi sebagai peristiwa yang serius.

“Ini sesuatu yang serius dan harus ditangani, “ujar Sahri kepada wartawan saat membesuk BS di RSUD dr Iskak Tulungagung.  BS menjadi bulan bulanan ketiga temannya, yakni CTR (14), VT (14) dan EK (14).

Ditinggal Ortu Jadi BMI, ABG Ini Diperkosa 21 Laki Laki

Dalam insiden kekerasan itu Sahri menilai adanya faktor ketidakseimbangan antara fisik dan cara berfikir. Fisik yang tumbuh cepat karena gizi yang melimpah membuat anak anak (siswa) merasa dewasa.  Dia juga melihat asupan pengetahuan dari pesatnya tekhnologi (IT) juga turut menyumbang saham ketidakseimbangan.

“Merasa sudah besar, merasa kuat dan ingin menunjukkan jati diri. Padahal masih anak anak. Sebab anak-anak SMP sejatinya masih anak-anak,“ terangnya.

Sahri memberi penekanan pada pendidikan karakter. Menurutnya perlu adanya pembenahan dan penguatan. Tidak hanya di SMPN 01 Boyolangu. Pendidikan karakter perlu digencarkan di seluruh sekolah di Tulungagung. Sebab Sahri tidak ingin kenakalan anak-anak yang berwujud kekerasan itu menggejala dan terulang.

Disisi lain bocah berwatak pendiam itu masih trauma atas petaka yang menimpanya. Setiap diminta bercerita dia masih gemetaran. BS diketahui memilih tinggal bersama neneknya di Boyolangu sejak usia 4 tahun. Orang tuanya merantau di Pontianak Kalimantan.

Lebih jauh Sahri mengatakan banyaknya anak anak yang ditinggal orang tuanya menjadi pekerja migran Indonesia yang otomatis juga berpotensi munculnya kasus bullying. Dia berharap kerabat terdekat untuk melakukan pengawasan intensif. Ketiadaan secara langsung kedua orang tua disisi anak, menurut Sahri berpengaruh pada perkembangan  psikologis anak.

“BS ini contohnya” pungkasnya

Rengkuhan orang tua dengan rengkuhan pengganti orang tua, tentu berbeda. Idealnya, seorang anak harus mendapat rengkuhan kedua orang tua. [Asa/Net]

Advertisement
Advertisement