April 17, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Di Hong Kong Kuliah, Sampai Indonesia Begini Nasib Ijazahnya

3 min read

KARANGANYAR  –  “Sejak jauh hari sebelum berangkat ke Hong Kong, saya itu sudah bercita-cita setamat SMA, saya ingin melanjutkan kuliah dan bersaing memenangkan bursa kerja dengan ijazah” aku NM saat mengawali curhatnya kepada Apakabaronline.com.

NM merupakan seorang mantan pekerja miggran Indonesia (PMI) Hong Kong yang menyandang gelar sarjana, yang dia peroleh dari menjalani sebuah program kuliah khusus PMI di Hong Kong beberapa tahun yang lalu. Saat akan mengikuti program kuliah tersebut, NM kembali teringat dengan cita-citanya saat masih duduk di bangku SMP.

Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh warga Karangpandan Karanganyar ini selama mengikuti program perkuliahannya. Hal terberat menurutnya adalah bagaimana membagi waktu antara bekerja di rumah majikan, dengan waktu belajar.

“Majikan saya tidak tahu kalau saya kuliah, sebab sepertinya majikan saya kurang suka kalau saya memiliki aktifitas yang menurutnya akan memakan waktu selain waktu hari libur. Karena itu saya sering mengakali majikan saya” aku NM.

NM sering salah tingkah saat kedapatan mengerjakan tugas kuliah. Namun NM menyiasatinya dengan memberikan ppemahaman kepada majikan, bahwa membaca buku itu penting agar meningkatkan kualitas kerjanya.

“Dalam program kuliah saya tidak ada mata kkuliah yang membahas merawat lansia dan anak, tapi karena kebohongan saya kepada majikan, terpaksa saya membeli buku yang ada gambar lansia dan anak, dan saya memberikan pemahaman kepada majikan, kalau saya membaca buku ini, maka saya akan semakin mengerti tentang bagaimana memperlakukan anak dan lansia. “ lanjut NM

NM mengaku, dengan pemahaman tersebut, majikan NM bisa memahami. Hingga saat menjelang tidur, tidak pernah menjadi pertanyaan lagi kalau lampu kamar NM masih menyala selama satu jam usai mengerjakan pekerjaan rutinnya hingga NM mematikan untuk tidur.

“Begitulah mas, sebagian rumitnya perjuangan saya dan teman-teman yang kuliah di Hong Kong” kata NM.

Saat NM telah lulus dan diwisuda, yang terbayang di benaknya adalah, saat pulang ke Indonesia nanti, NM bisa bersaing di bursa kerja dengan bekal ijazah srata satu yang dia miliki. Dan setahun berselang, NM pulang kamppung seterusnya, lowongan pekerjaan mulai dia jaring.

“Tapi ijazah saya ini sering ditertawakan oleh yang mewawancara mas. Rata-rata mereka mempertanyakan, masak kamu kuliah beneran ? bagaimana kualitas akademiknya ? “ keluh NM.

NM memahami, jika idealnya menjalani pendidikan di bangku perguruan tinggi seperti yang berjalan di Indonesia dengan berbagai universitasnya. Meskipun dalam transkrip nilai yang dimilikinya, NM memiliki indeks prestasi bagus (diatas 3), namun faktanya, secara akademik, jika diadu dengan lulusan lokal Indonesia untu jurusan yang sama NM mengaku kalah jauh.

“Mereka (para pencari pekerja) rata-rata hanya melihat sessuatu yang umum saja mas, padahal, kita yang lulusan Hong Kong memiliki kelebihan yyang tidak dimiliki oleh lulusan lokal yang menurut saya sebenarnya kelebihan itu sangat diperlukan untuk merubah budaya kerja di Indonesia” lanjut NM

NM menyebut, kekurangan dan kelebihan antara kuliah di Hong Kong dengan kuliah di Indonesia adalah pada perbedaan pola perkuliahan. Pola perkuliahan ini mau tidak mau dia akui sebagai kekurangan. Namun kesempatan uuntuk secara langsung menjadi bagian dari sebuah budaya kerja yang jauh diatas Indonesia, bagi NM merupakan sebuah kelebihan.

NM menghitung, telah ada 32 panggilan dari puluhan lowongan yang dia lamar. Namun hingga saat ini, tak satupun yang mau menerima NM bekerja dengan ijazahnya. Meski engaku tidak lelah melamar, NM tetap realistis, tidak bisa selamanya berharap pada selembar iijazah yang dia dapat selama bekerja di Hong Kong.

Melalui Apakabaronline.com, NM membagikan pengalaman, bahwa jika mendaftarkan diri untuk kkuliah di Hong Kong, jangan diniatkan untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia dengan ijazah.

“Sebab faktanya, ijazah sarjana dari Hong Kong, sering dipertanyakan kualitasnya, dan selalu dibandingkan dengan ijazah yang dikeluarkan oleh UNBRA, UGM, UI, atau PTS besar lainnya. Ini pengalaman saya, pedih memang” pungkas NM.  [Asa]

 

Advertisement
Advertisement