April 18, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Begitu Melihat Siapa Penghuni Rumahnya, PMI Hong Kong Yang Sedang Cuti Ini Langsung Tidak Sadarkan Diri

5 min read

SRAGEN – “Kerja jadi TKW itu tidak selalu mulus mas, terkadang harus menghadapi penderitaan yang sulit dipahami oleh suami dan keluarga di rumah. Resiko menjadi TKW iku berat, berat di perantauan, dan berat karena rawan rumah tangganya berantakan. Seperti yang saya alami ini” tutur Sunarmi (39), PMI Hong Kong asal Miri Sragen Jawa Tengah  saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com

Ungkapan Sunarmi menjadi pekerja migran itu berat dan tidak gampang, terbukti bukan hanya sekedar ungkapan saja. Melainkan fakta yang dialami sebagian pekerja migran. Di negara penempatan serius membanting tulang demi masa depan keluarga yang ditinggalkan di kampung halaman, namun seringkali, keluarga yang di rumah justru berpikiran lain bahkan tergoda dengan hawa nafsu hingga membuat keutuhaan rumah tangga menjadi taruhan.

Sunarmi, kali pertama menginjakn kaki di Negeri Beton pada tahun 2005. Saat itu usianya baru 27 tahun. Keberangkatan Sunarmi ke Hong Kong, menurutnya karena desakan kondisi ekonomi, yang mana Hariyadi, sang suami pada saat itu dalam kondisi cidera lantaran baru saja menjadi korban tabrak lari di jalur Sragen Purwodadi. Hariyadi mengalami patah tulang di beberapa tempat. Biaya pengobatan yang dikeluarkan tentu tidak sedikit.

“Tanah warisan dari orang tua suami dan sebidang tanah pemberian orang tua saya sampai dijual untuk membayar pengobatan. “ kenang Sunarmi.

Setelah Hariyadi diperbolehkan pulang dari rumah sakit, biaya perawatan di rumah setiap hari, menurut Sunarmi, mahal sekali. Apalagi, Hariyadi dengan kondisinya menjadi tidak bisa bekerja. Disampping kebutuhan perawatan, Sunarmi juga harus memikirkan kebutuhan anak semata wayang mereka yang saat itu masih berusia 2 tahun.

“Karena sudah habis-habisan mas, saya nekat ke Hong Kong. Suami saya tinggal bersama anak saya di rumah. Wakttu itu ikut orang tua saya karena rumah kami sudah terjual” tuturnya.

Keberadaan Sunarmi di Hong Kong pelan-pelan merubah keadaan. Prioritas utama yang Sunarmi kejar adalah mendapat biaya hingga cidera suaminya pulih dan kembali seperti sedia kala. Pasalnya, menurut Sunarmi, 3 tahun setelah perawatan saat kecelakaan, Hariyadi harus mendapat tindakan medis hingga 3 kali dilakukan operasi untuk melepas pin yang terpasang di beberapa bagian tulangnya yang mengalami patah. Tahun 2010, saat Sunarmi pulang cuti, kondisi suaminya sudah nyaris seperti sedia kala.

“Waktu itu saya bahagia banget mas, meskipun uang hasil kerja sejak 2006 sampe 2010 habis tidak tersisa sedikitpun, tapi suami saya sehat lagi” kenangnya.

Sekembali Sunarmi ke Hong Kong usai cuti tahun 2010, hasil kerja Sunarmi mulai disisihkan untuk menabung agar bisa kembali memiliki rumah dan sawah sebagaimana mereka miliki sebelum kecelakaan terjadi. Upaya Sunarmi ini terkabul. Dengan keuletannya bekerja, terlebih lagi majikan Sunarmi juga memberi gaji diatas rata-rata saat mengetahui bahwa Sunarmi memiliki latar derita dimasa lalunya, tahun 2015, Sunarmi kembali bisa memiliki rumah yang dibangun diatas tanah hasil pembeliannya dari gaji bekerja di Hong Kong. Tanah dan rumah tersebut berada di kawasan Miri Sragen.

Bukan hanya tanah dan rumah, beberapa saat kemudian, sebuah mobil SUV berhasil dibeli dengan harapan bisa menjadi alat kerja suaminya yang waktu itu berencana membuka jasa antar jemput bandara khususnya untuk sesama PMI.

“Setahun pertama, hasilnya lumayan mas. Order jemputan bandara dari Hong Kong khususnya sangat banyak, apalagi kalau menjelang lebaran” akunya.

“Namun siapa yang menyangka, kalau ternyata mobil tersebut menjadi awal malapetaka” lanjutnya.

Profesi baru Hariyadi menjadi pengemudi mobil carteran antar jemput Bandara, membuatnya tergoda, hingga akhirnya, Hariyadi berselingkuh dengan seorang PMI yang menjadi kliennya. Ujungnya, suami Sunarmi menjadi sulit dihubungi, sering marah-marah, dan Anita, putri semata wayang mereka ikut terkena getahnya.

Dituturkan Sunarmi, Anita semppat mengalami depresi karena sakit hati melihat ulah bapaknya, namun tidak sampai hati menceritakan pada ibunya.

“Anak saya jadi korban mas, kelas 1 SMP dia pernah hilang selama hampir sebulan. Untungnya ditemukan orang yang baik hati dan mengantarnya pulang” ungkap Sunarmi.

Mengetahui ulah suami yang sudah tidak seperti dulu lagi, Sunarmi menjadi enggan berkomunikasi lantaran dia bermaksud menghindari konflik dan sakit hati. Sunarmi memilih leboh fokus memikirkan putri semata wayangnya yang sejak peristiwa itu, Anita dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota Surakarta. Sunarmi bermaksud agar setelah masuk pesantren, Anita lebih terjaga dan memiliki teman serta lingkungan yang lebih positif. Terutama lagi, menghindarkan Anita dari trauma mengetahui ulah bapaknya.

Perubahan Sunarmi kepada Hariyadi setelah mengetahui ulah Hariyadi berselingkuh dengan seorang PMI Hong Kong yang pernah menjadi kliennya rupanya tidak menjadikannya dia mawas diri dan insyaf. Hariyadi justru semakin tergoda dan semakin melupakan Sunarmi dan Anita.

“Saya beberapa kali dikabari, bahwa suami saya menikah dengan perempuan tersebut, saya juga dikabari bahwa perempuan tersebut hamil tua dengan suami saya” tuturnya.

Dan kabar tidak sedap tersebut terbukti menjadi kenyataan yang tidak bisa Sunarmi bantahkan. Saat pulang cuti ke kampung halaman, sengaja dia tidak langsung menuju rumah nya sendiri lantaran dicegah oleh beberapa saudara dan iparnya untuk menghindari hal yang lebih buruk lagi. Sunarmi menginap dua hari di rumah kakak iparnya, sebelum akhirnya oleh kakak iparnya, Sunarmi diantar menuju rumah hasil keringatnya di kawasan Miri.

Sunarmi hanyalah manusia biasa, setegar dan sekokoh apapun pertahanan dirinya, saat tiba di rumah yang dibangun dari gajinya bekerja di Hong Kong selama ini, Sunarmi tidak mampu menguasai dirinya lagi.

“Saya tidak kuat mas, melihat ada popok bayi dijemur di halaman samping, melihat tiba-tiba perempuan perusak rumah tangga itu muncul lalu mengata-ngatai saya akan merusak rumah tangga mereka. Padahal, jelas-jelas kedatangan dia yang merusak rumah tangga kami, merusak dan menyakiti perasaan anak saya” tuturnya.

Sunarmipun berteriak histeris, lalu tidak sadarkan diri hingga beberapa saat lamanya di halaman depan rumahnya.

“Saya sadar setelah banyak orang menolong saya” lanjutnya.

Usai kejadian tersebut, pamong desa setempat sempat turun tangan menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi. Setelah semuanya terang benderang, atas kesepakatan warga, Hariyadi harus angkat kaki meninggalkan desa tersebut berikut dengan perempuan keduanya serta bayi yang baru saja dilahirkan.

“Ini pelajaran mas, buat saya, buat semua, khususnya teman-teman sesama TKW. Jangan sampai yang saya alami, menimpa teman-teman lainnya.” Ungkapnya.

“Serba salah memang mas, tidak menjadi TKW, di kampung tidak ada jaminan dan jalan untuk hidup layak, tapi kalau berangkat menjadi TKW, resiko rumah tangga rusak membayangi dan sekarang malah sudah terjadi. Padahal, niat saya dan saya yakin niat banyak teman-teman sesama TKW, saat mau menjadi TKW pasti berniat untuk membahagiakan kehidupan keluarga, tapi kalau keluarga yang diperjuangkan untuk dibahagiakan begini balasannya ? Alah, embuh lah mas, Gusti Allah Mboten Sare” pungkasnya. [Asa]

Advertisement
Advertisement