April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Agar Anak Yang Ditinggal Kerja Keluar Negeri Tetap Dalam Pengasuhan, Begini Caranya

3 min read

Berbagai persoalan terkait dengan terpisahnya anak dengan ibu atau ayah atau keduanya lantaran ditinggal kerja ke luar negeri, hingga untuk bisa bertemu secara langsung, mereka harus menunggu waktu bertahun-tahun, sering muncul di tengah masyarakat.

Di lingkungan sekolahan, pengalaman beberapa Guru yang pernah diwawancarai Apakabaronline.com, menyatakan, ada perbedaan signifikan antara anak yang terdampingi setiap hari dirumah bersama kedua orang tuanya, dengan anak yang ditinggal bekerja ke luar negeri hingga bertahun-tahun lamanya.

Agus Sugiharto, salah seorang pengajar SMP di Kediri yang membidangi sekaligus berperan sebagai guru BP, mengaku, anak yang berlatar keluarga BMI,  cenderung “mencolok” di sekolahnya. Mencolok menurut dia adalaah ada perbedaan yang mudah diidentifikasi dari sisi perilaku, kepercayaan diri, kemandirian dan kreatifitas.

“Tidak selalu negatif, akan tetapi, hal yang paling memprihatinkan adalah adanya kekosongan yang mengakibatkan pada terhambatnya proses perkembangan psikis si anak” terang Agus.

Kehadiran, kedekatan, dan pantauan secara virtual merupakan kunci untuk mengisi kekosongan tersebut.

Bagaimana cara melakukannya ? Menghimpun dari berbagai literatur, tim Apakabaronline.com merumuskan dalam beberapa saran berikut ini :

 

  1. Selalu terhubung

Komunikasi berkala adalah kunci bagi orangtua yang bekerja di luar negeri. Anda harus menjaga komunikasi yang terbuka dengan keluarga, terutama anak. Jika memungkinkan, cek keadaan mereka setiap hari atau beberapa hari sekali. Aplikasi seperti Viber dan Skype sangat mudah digunakan dan tidak ada biaya tambahan selain biaya internet.

Jangan hanya bertanya standar seperti “Bagaimana keadaanmu?” dan “Bapak/Ibu kangen”. Usahakan terlibat dalam kehidupan anak, tanyakan apakah ada masalah di sekolah atau ke mana mereka pergi ketika liburan. Jangan biarkan jarak menjadi penghalang.

 

Leni, Sejak Bayi Ibunya Pergi Ke Hong Kong Meninggalkannya Tanpa Pernah Menghubunginya

 

  1. Perhatian dan Kasih Sayang

Salah satu alasan menjaga komunikasi dengan sang anak adalah dengan mengurangi masalah psikis. Beberapa anak menderita Separation Anxiety Disorder (SAD) ketika salah satu atau kedua orangtua mereka ke ke luar negeri. Lainnya menjadi materialistis atau terjerat narkoba karena hilangnya peranan orang tua.

Anak yang bermasalah mungkin saja mencari pelarian ke hal lain. Ada yang tidak percaya diri yang dapat mengakibatkan mereka jatuh ke lingkungan yang salah atau menjadi korban bullying. Yang lain memilih berpura-pura bahagia dan menyembunyikan perasaan asli mereka. Ini dapat berkembang menjadi depresi secara klinis, percobaan bunuh diri atau kelainan psikologis serius.

“Jadi, bahkan bila anak terlihat baik-baik saja, jangan ragu-ragu menunjukkan kepedulian Anda dan bertanya apakah ada masalah.”

 

Sadar Ditinggal Ibunya, Anak Seorang BMI Menangis Histeris

 

  1. Lebih bertanggung jawab dalam hal keuangan

Bekerja di luar negeri berarti baik Anda maupun anak harus pintar mengelola uang agar kerja keras Anda tidak sia-sia. Bahkan jika gaji Anda cukup besar, semua kerja keras  Anda bakal sia-sia jika gagal menabung. Apa gunanya memanjakan anak dengan iPhone mahal, jika Anda tidak bisa membiayai mereka kuliah nantinya?

Mulailah mengatur tujuan atau target keuangan secara spesifik. Arahkan untuk menabung uang yang cukup untuk membayar semua hutang, membeli rumah baru, memulai bisnis atau mendanai biaya kuliah sang anak.

Anda bisa membuka rekening di bank terpisah untuk menabung, sehingga Anda tidak akan gunakan dengan mudah. Ketika gaji Anda turun, biasakan sesegera mungkin untuk menyisihkan beberapa untuk tabungan sebelum dikirim ke keluarga Anda.

Strategi lainnya yang bisa dicoba adalah membuat dana darurat dan yang kami maksud benar benar darurat yang seperti bencana alam atau biaya rumah sakit dan belajar segala tentang investasi seperti saham, obligasi dan reksa dana. Beritahukan manfaat dari menghemat keuangan kepada anak Anda dengan cara mendorong mereka untuk lebih bertanggungjawab terhadap uang saku. [Asa/Berbagai sumber]

Advertisement
Advertisement