April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ajaib, Data Paspor Berumur 39, Padahal Aslinya Almarhumah Berumur 68

2 min read

KUPANG – Dokumen milik Milka Boimau , pekerja migran Indonesia (PMI) asal Desa Kotabes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang , Nusa Tenggara Timur ( NTT ), yanginggal di Malaysia , ternyata dipalsukan. Satu di diolah adalah paspor yang digunakan Milka, saat masuk dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya yang beralamat di Taman Belibis 14100, Simpang Ampat, Pulau Pinang, Malaysia.

Di dalam paspor, tertulis Milka lahir tahun 1979 dan berusia 39 tahun. Rileks pada surat baptis (surat dari gereja), Milka lahir pada tahun 1950 atau berusia 68 tahun.

“Kakak saya ini sudah tua, tapi di dalam paspor tertulis lahir tahun 1979. Itu jelas salah tahun lahir dalam paspor Semua dokumennya dipalsukan,” kata juru bicara keluarga Agustinus Boimau kepada Kompas.com, Selasa (13/3/2018).

Karena itu, isi semua isinya itu ke Polda NTT, agar diusut tuntas semuanya, termasuk jenazah Milka yang penuh jahitan.

Menurut Agustinus, Milka bekerja sebagai PMI di Malaysia sejak tahun 2012, tanpa sepengetahuan keluarga. Keluarga baru mengetahui Milka bekerja di Malaysia, setelah tahun 2015, Milka menghubungi Agustinus melalui telepon selulernya.

“Setelah menghubungi saya, dia (Milka) beberapa kali mengirim uang ke saya, atau saudara kami yang lain. Dia sempat kirim uang untuk bayar utang dan membeli sawah,” jelasnya.

Milka, lanjut Agustinus, adalah janda satu anak. Milka menikah di usia muda dan ditinggal pergi suami. Anak semata wayang Milka, saat ini tinggal dan bekerja di Papua.

“Terkait kematian kakak kami ini, kami semua keluarga tidak puas karena kami sudah laporkan ke polisi dan kami berharap polisi bisa segera mengusut tuntas kasus yang menimpa kakak kami ini,” harapnya

Sementara itu, kakak kandung Milka, Saul Boimau mengaku, keluarga tidak setuju dengan proses otopsi yang dilakukan pihak rumah sakit Malaysia.

“Kami tidak terima baik dengan kondisi adik kami. Kalau mau otopsi atau operasi, harus koordinasi dengan kami sebagai keluarga. Harus ada syarat dari kami sebagai keluarga,” tegas Saul.

Menurut Saul, semua keluarga tidak terima dengan kondisi jenazah Milka, yang penuh jahitan mulai dari leher, hingga perut bagian bawah. Bukan hanya itu, pada bagian telinga yang berwarna hitam seperti bekas pukulan.

Lepas, lanjut Saul, dari surat yang diterima dari KJRI Penang, tertulis penyebab Milka karena karena sakitnya akibatnya paru-paru, sehingga menurutnya tidak perlu dilakukan.

“Kenapa sakitnya hanya sesak napas, tapi jahit begini banyak, mulai dari leher sebelah menyebelah, sampai perut,” ucapnya. [S MARUTHO B]

Advertisement
Advertisement