April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Anak PMI ini Hidup Sebatangkara Setelah Ayahnya Dipenjara, Ibunya Meninggal Dunia

3 min read
Jesika, anak PMI asal Kota Sungai Penuh, Jambi, menangis di atas jenazah ibunya yang meninggal. Saat ini dia seorang diri di Malaysia. Ayahnya dipenjara karena pelanggaran keimigrasian. Jesika membutuhkan bantuan.

Jesika, anak PMI asal Kota Sungai Penuh, Jambi, menangis di atas jenazah ibunya yang meninggal. Saat ini dia seorang diri di Malaysia. Ayahnya dipenjara karena pelanggaran keimigrasian. Jesika membutuhkan bantuan.

KERINCI – Usianya belum genap setahun, tapi beban erat harus dihadapi Jesika, seorang anak PMI yang berada di negeri jiran, Malaysia. Jesika yang merupakan seorang gadis kecil asal Kota Sungai Penuh, Jambi, kini harus hidup sebatang kara di negeri yang jauh dari tempat asalnya itu.

Awalnya, dia ikut kedua orang tuanya yang mencari nafkah di Malaysia. Alih-alih mendapatkan kehidupan yang lebih layak, gadis kecil ini malah hidup sebatang kara. Ibunya, Dewi Nona, menghembusakan napas terakhir pada Sabtu (27/6) kemarin.

Sedangkan ayah Jesika berada di balik jeruji besi karena melanggar aturan izin tinggal di Negeri Jiran. Akhirnya, Jesika hidup sebatang kara di Malaysia. Kisah sedihnya tidak berakhir sampai disitu saja. Pada hari kematian sang ibu, Jesika terus mendekap, mencium dan membelai rambut ibunya.

Gadis kecil ini seakan belum rela ditinggalkan untuk selama-lamanya oleh sang ibu.

“Saya menangis, menitikkan air mata melihat Jesika mendekap jenazah ibunya. Kehilangan ibu pasti akan sangat berat,” kata Nia, pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kerinci di Malaysia.

 

Kesulitan pemulangan jenazah

Sementara itu, keluarga Jesika di kampung belum bisa berbuat banyak. Jangankan untuk membawa pulang Jesika ke rumah, memulangkan jenazah ibunya pun belum mampu. Nona Dewi berasal dari keluarga kurang beruntung. Karena alasan itulah yang membawa dirinya jauh menyeberangi laut untuk mengais rejeki lebih layak.

“Ibunya di Kerinci (orang tua Nona) sedang sakit parah. Kami keluarga benar-benar kebingungan bagaimana mengurus jenazah Nona Dewi,” kata Hartitus, keluarga Nona Dewi di Kerinci.

Sebenarnya lanjut Hartitus, suami Nona Dewi saat ini juga sedang mengadu nasib di negeri jiran Malaysia. Hanya saja, nasib berkata lain. Dia ditangkap polisi dan dijerumuskan ke dalam penjara karena pelanggaran keimigrasian.

“Suami Nona tak bisa berbuat banyak untuk anak dan isterinya, karena dia sedang berada di dalam penjara,” ucapnya.

Untuk sementara, anak Nona sudah diselamatkan kerabat yang ada di sana. Sedangkan jenazahnya sendiri, sedang dalam upaya pengurusan.

“Nona meninggal di rumah kontrakan. Kematiannya dilaporkan pemilik rumah ke polisi, kemudian dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Lantaran sudah berurusan dengan pihak kepolisian, keluarga Nona di Malaysia tidak berani mengurus jenazah, karena juga tidak memiliki dokumen izin tinggal di Malaysia.

“Kami keluarga sangat berharap jenazah Nona dan anaknya bisa dibawa ke kampung halaman. Mudah-mudahan ini bisa menjadi obat untuk ibunya yang sedang sakit keras,” katanya.

Namun jika memang tidak ada solusi lain, keluarga mau tidak mau harus merelakan jenazah Nona dimakamkan di Malaysia.

Kepala Desa Koto Padang, Samsudin mengaku, sudah berupaya maksimal, dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, untuk membantu mengurus pemulangan jenazah Nona.

“Saya sudah hubungi orang dekat Walikota Sungaipenuh. Saran mereka mintak bantuan ke KBRI,” sebut Samsudin.

Sejauh ini, Samsudin mengatakan belum mengetahui penyebab pasti meninggal warganya itu.

“Katanya perutnya membesar, tapi penyebab pasti kami belum tahu,” sebutnya.

Selain berkoordinasi dengan pemerintah daerah, Samsudin juga sudah meminta bantuan organisasi masyarakat Kerinci di Malaysia.

“Kita diminta mengurus surat keterangan tidak mampu, untuk menjadi syarat pelaporan ke KBRI di Malaysia,” jelasnya.

Sekjen Kerinci Bersatu, Saidina Ali Imran mengatakan pihaknya akan berusaha maksimal untuk membantu pemulangan Nona Dewi.

“Kita terkendala dana. Untuk pemulangan jenazah Nona, kita juga berharap adanya upaya dari pemerintah daerah kita,” ucap Ali.

Selain Dewi Nona, satu PMI asal Kerinci lainnya, yakni Nurbani juga meninggal di Malaysia beberapa hari lalu. Karena tidak ada biaya, jenazahnya terpaksa dimakamkan di Malaysia.

Ketua DPRD Sungai Penuh, Fikar Azami telah mendapat informasi adanya TKI asal Kota Sungaipenuh bernama Dewi Nona meninggal dunia di Malaysia.

“Benar, bahwa ada salah satu warga Kota Sungai Penuh yang berasal dari Koto Padang yang dikabarkan meninggal di Malaysia,” ujar Fikar Azami.

Terkait hal itu Fikar Azami telah berkoordinasi langsung dengan Kades Koto Padang. Dia juga langsung menghubungi organisasi masyarakat Kerinci yang ada di Malaysia untuk membantu mengurus pemulangan jenazah Dewi Nona.

“Malam tadi saya sudah kontak dengan kades dan langsung saya bantu sambungkan kepada organisasi masyarakat kerinci yang ada disana untuk dibantu urus kepulangan jenazah ke tanah air. Alhamdulillah semua sedang berproses Insyaallah hari Rabu atau Kamis jenazah akan tiba di tanah air via Padang,” ucap Fikar Azami.

Selain itu lanjutnya, ia juga telah berkoordinasi dengan Dinkes Kota Sungai Penuh untuk menyiapkan ambulance menjemput jenazah di Bandara.

“Saya juga sudah berkordinasi dengan Dinkes, untuk menyiapkan ambulans untuk nanti menjemput jenazah di bandara,” bebernya.

Dia juga mengaskan bahwa siap membantu secara pribadi untuk Jesika, yang merupakan anak dari jenazah Dewi Nona. [Heru]

Advertisement
Advertisement