April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Anhar : “Saya Bisa Menjadi Dokter Karena Ibu Ikhlas Di Lempar Pampers dan Kotoran Majikannya”

4 min read

NGANJUK – “Anhar dulu sempat marah hampir mogok  kehilangan semangat untuk kuliah dan nyuruh saya pulang gara-gara tahu saya sering dilempari pampers dewasa yang dipake sama nenek yang saya asuh, ibu majikan saya.” tutur Sutini saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com di kediamannya Rejoso Nganjuk Jawa Timur beberapa waktu yang lalu.

“Bahkan gak cuma itu, dilempar pampers itu masih mending, saya itu malah di olesi tai kalau telat datang mengganti pampersnya, dipukul bahkan di grawuk muka saya sampe berdarah.” lanjutnya.

Sutini, merupakan mantan PMI Hong Kong yang 14 tahun bekerja di majikan yang sama, mengasuh seorang lansia hingga yang diasuh meninggal dunia karena tua. Sutini memutuskan untuk meninggalkan Hong Kong saat kontrak kerjanya belum habis. Namun karena yang diasuh sudah tiada, bulan Mei 2018, menjelang puasa, Sutini memutuskan pulang untuk seterusnya.

Dalam penuturannya, Sutini mengaku pernah ketakutan saat satpam apartemen tempat tinggal majikannya mendapati Sutini pipinya berdarah.

“Saat itu saya mau buang sampah ke bawah sekaligus ada keperluan belanja. Sama security saya dicegat, ditanya siapa yang melukai kamu, saya jawab nenek yang sudah pikun. Terus security mendesak saya supaya lapor Polisi. Tapi saya menolak. Saya bilang ke security, ‘andaikan nenek tersebut tidak pikun, tentu dia tidak akan melakukan, karena dia pikun, masa mau kamu laporkan ? ‘” terang Sutini

Bukan hanya security, majikan Sutinipun sebvenarnya juga sangat merasa bersalah dengan sikap orang tuanya yang sering berbuat kasar dan melakukan kekerasan terhadap Sutini. Majikan Sutini mengetahui bukan hanya secara langsung, melainkan juga melalui rekaman CCTV yang dipasang di rumahnya.

“Saat benar-benar saya terlihat drop mental saya karena beberapa bulan menjelang meninggal, nenek menjadi tambah galak tidak terkendali, majikan saya sampai bertanya ke saya ‘kenapa kamu tidak pernah cerita tentang perlakuan ibu saya ke kamu?’ saya jawab, ‘karena kamu sudah mengetahui, jadi buat apa saya cerita’ kemudian majikan saya menitikkan air mata, sambil berkali=-kali menyampaikan terimakasih” lanjutnya.

Dengan tugas seberat itu, ironisnya, 14 tahun bekerja tanpa berpindah majikan, Sutini 6 tahun pertama mengaku mendapat gaji underpay. Baru 8 tahun belakangan, majikan Sutini membayar penuh setelah mempertimbangkan beratnya beban yang dipikul Sutini.

Sutini tetap tabah menjalani pekerjaan demikian di Hong Kong karena menruutnya ada dua alasan. Pertama, Sutini merasa tidak pernah berkesempatan mendampingi almarhumah ibunya sampai akhirnya ibunda Sutini meninggal dunia. Kasih sayang yang dicurahkan Sutini kepada nnek majikannya, menjadi alasan bagi dia untuk bertahan.

Alasan kedua, Sutini di kampung halaman memiliki tanggung jawab membesarkan anak semata wayangnya, Muhammad Anhar yang sejak kecil bercita-cita menjadi dokter.

Sebagai anak yang tumbuh dan berkembang tanpa bapak, Sutini tidak ingin memperparah harapan anak semata wayangnya hanya karena materi, Anhar gagal meraih cita-cita.

Mahalnya biaya pendidikan untuk menjadi dokter, tentu menguras seluruh gaji yang Sutini dapatkan setiap bulan. Bahkan, 8 tahun silam, saat Anhar dinyatakan diterima di fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Sutini harus menjual sebidang tanah yang dia beli dari hasil kerjanya di Hong Kong untuk membayar uang pangkal kuliah Anhar yang tidak kecil nilainya.

Mengetahui  Anhar menjadi mahasiswa kedokteran di sebuah perguruan tinggi negeri grade A, majikan Sutinipun ikut bangga. Alasan itulah yang kemudian membuat majikan Sutini menambah gaji Sutini dari underpay menjadi gaji normal. Bahkan, setiap bulan masih ditambah dengan HKD 500 oleh majikannya untuk biaya hidup Anhar yang tinggal di kos-kosan.

Peduli Dengan Anak Almarhumah Mantan PRTnya, Majikan Bule Hong Kong Datang Ke Nganjuk

Perjuangan Sutinipun tidak sia-sia. Tahun 2016, Anhar berhasil menyelesaikan pendidikan profesi Dokter, sehingga per tahun 2017, Anhar sudah ditugaskan untuk menjalani praktek di sebuah rumah sakit di area Probolinggo. Anhar  yang masih bujangan resmi menyandang gelar SPOG (Spesialis Obsterty dan Ginekologi) atau dokter kandungan.

Melalui sambungan telpon, disela-sela kesibukannya, Anhar mengaku, semangatnya untuk menyelesaikan studi di fakultas kedokteran semakin terlecut fakta penyiksaan yang dialami ibunya di Hong Kong.

“Saya bisa menjadi Dokter karena Ibu ikhlas di lempar pampers dan kotoran majikannya. Dan saya tidak akan bisa melupakan itu.” tutur Anhar.

Anhar menambahkan, saat dia mengetahui getirnya perjuangan Sutini sang ibunda di Hong Kong, disamping tersulut emosinya, sempat ingin berhenti kuliah saja, untuk selanjutnya mencari kerja.

“Pas saya urarakan itu pada Ibu, ibu langsung membentak saya, menyuruh saya sadar, dan berpikir jernih” lanjutnya.

Bentakan Sutini saat menanggapi curhatan anaknya, rupanya membangkitkan semangat Anhar untuk segera mewujudkan mimpinya, menjadi dokter kandungan dalam waktu sesegera mungkin. Anhar mulai berpikir mencari alternatif sumber biaya kuliah. Hingga apapun dia lakukan. Bertahun-tahun dirinya bekerja menjadi asisten di klinik bersalin demi mendapatkan uang tambahan.

Perjuangan Sutini untuk mengantarkan Anhar anak semata wayangnya tentu tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Kepada ApakabarOnline.com, Sutini dan Anhar mengaku, disamping ihtiyar dengan bekerja dan belajar, ibu dan anak ini nyaris tidak pernah putus menjalankan puasa senin kamis dan mengerjakan sholat malam.

Tanpa Diduga, Mahasiswi Asal Hong Kong Teman Kuliah Hanif Adalah Putri Majikan Ibunya

Secara materi, sebagai seorang mantan PMI Hong Kong yang telah 14 tahun bekerja, Sutini memang terbilang tidak punya apa-apa, sebab seluruh hasil kerjanya selama 14 tahun, tercurahkan untuk almarhum ibunda Sutini, serta Anhar anak semata wayangnya yang kini menjadi seorang Dokter kandungan. Dr Muhammad Anhar, SPOG, begitulah terpampang nama anak Sutini  disetiap tempat praktiknya.

Menjawab pertanyaan, sampai kapan akan terus membujang, Anhar, si Dokter ganteng tersebut menjawab dengan penuh kepastian “Saya akan membahagiakan Ibu saya dulu, sebab bertahun-tahun ibu berjuang untuk saya, sejak masa melahirkan saya, membesarkan saya dengan menjadi TKW, dan pulang dari menjadi TKW, ibu ikhlas tidak punya apa-apa. Saya harus membahagiakan ibu dulu, baru saya berpikir kapan menikah” tegasnya. [Asa]

Advertisement
Advertisement