April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Bapak Meninggal, Di Hong Kong Ibu Hilang Kabar, Lukman Takut Pulang

4 min read

GROBOGAN – “Ngantos sementen agenge, Thole niki dereng nate panggih Ibune, Ditinggal berangkat ke Hong Kong dulu Lukman usianya belum genap setahun” tutur Darmi saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com.

Darmi, merupakan ibu dari Sartini (34) seorang pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong asal Keyongan Gabud Grobogan Jawa Tengah.

“Sejak menikah, Sar itu tinggal ikut suaminya, lha wong suaminya itu anak tunggal. Di rumah suaminya, hanya ada suaminya dan besan saya yang perempuan. Karena besan laki-lakinya sudah meninggal sejak menantu saya masih kecil” lanjut Darmi.

“Sejak kecelakaan dan membuat menantu dan besan saya meninggal dunia, akhirnya Lukman saya bawa kesini” terangnya.

Muhammad Lukman (7) merupakan anak semata wayang Sartini dari hasil pernikahannya dengan Almarhum Basori. Ketiadaan komunikasi antara Sartini dengan seluruh keluarga di rumah sejak 4 tahun silam, atau usai Sartini pulang cuti ke Gabus hingga sekarang membuat Sartini tidak mengetahui bahwa Basori sang suami dan Marilah sang mertua telah tiada saat insiden kecelakaan lalu lintas menjadikan keduanya sebagai korban tabrak lari di kawasan hutan jati tak jauh dari kawasan bendungan Kedungombo awal Maret kemarin.

Insiden itu terjadi saat Basori bersama Marilah sang ibunda baru saja meninggalkan rumah saudara mereka di kawasan utara wilayah Sragen yang sedang punya hajat. Dengan mengendarai sepeda motor, dibawah rintik hujan, keduanya menjadi korban kecelakaan tabrak lari dan saat ditemukan, keduanya telah meninggal dunia.

Beruntung, Lukman saat itu sedang sakit demam, karena itulah, saat ayah dan neneknya pergi ke Sragen, Lukman dititipkan dii rumah neneknya Darmi.

Sebagai seorang anak yang telah duduk di bangku kelas 1 SD, tentu Lukman dengan nalarnya sudah bisa merasakan kesedihan atas kepergian kedua orang yang dicintainya tersebut untuk selamanya dengan tiba-tiba.

Kesedihan Lukman masih harus diperdalam lagi dengan ketiadaan kabar ibunya Sartini yang oleh keluarga diketahuui bekerja di Hong Kong sampai saat ini.

“Ada tetangga yang cerita kalau Sartini itu sampai sekarang masih di Hong Kong. Katanya pernah ketemu di pasar. Tetangga yang cerita itu bulan Desember kemarin kan pulang cuti. Tapi ya itu, kabar yang berhembus, miring tentang Sartini. Sampai-sampai, Lukman juga pernah mendengar dari omongan orang, lalu pernah tanya ke saya, ke almarhum bapaknya. Masa anak seumuran Lukman dijejali omongan ‘ibumu nglonthe neng Hong Kong, makane ora gelem muleh, Ibumu wis emoh karo bapakmu, bapakmu ora metu duwite‘ kan tidak pantas kalimat begitu Mas.” tutur Darmi.

Seluruh keluarga di Gabus tidak ada yang mengetahui kenapa Sartini memutus komunikasi sedangkan menurut cerita yang pernah bertemu, di Hong Kong Sartini tampak tidak dalam masalah, bekerja pada seorang majikan, beraktifitas diluar rumah seperti berbelanja di pasar. Hanya saja, beberapa foto yang ditunjukkan oleh tetangga yang bekerja di Hong Kong, Sartini diduga memiliki pasangan Bule.

“Saya mau nyari ibu om, karena ibu sayang sama saya, sayang sama bapak. Dulu waktu ibu pulang, ibu ngeloni Lukman, ibu boboknya dengan bapak dan dengan saya. Sekarang saya sudah tidak punya bapak, saya kepingin ada ibu Om” beber Lukman akan harapannya.

“Saya sedih Om, mau lebaran, tidak ada Bapak, tidak ada simbah, adanya hanya Mbok (sebutan untuk neneknya Darmi). Biasanya saya dibikinkan dor-doran sama bapak, sekarang tidak” tutur Lukman diantara isak tangisnya.

“Pokoknya saya mau nabung Om, saya harus nabung yang banyak, nanti akan saya gunakan untuk mencari Ibu dan mengajak pulang. Ibu tidak tahu Om kalau bapak dan simbah sudah meninggal” lanjut Lukman.

Terhitung sejak kembali dari cuti, sampai sekarang, sudah 4 tahun lamanya Sartini memutus komunikasi dengan keluarganya.  Sejak Basori dan Marilah meninggal dunia, sampai saat ini, Lukman tidak pernah lagi mau pergi ke sekolah. Guncangan psikis diduga sebagai penyebabnya.

“Saya berusaha mendorong untuk bangkit lagi, tapi ya namanya rasa sedih, sulit juga Mas, mudah-mudahan nanti cucu saya mau kembali lagi ke sekolah. Kemarin sudah dibujuk gurunya, tapi tetap tidak mau. Saat ulangan, soal ulangan sama gurunya sampai diantar ke rumah untuk dikerjakan Lukman. Untung mas gurunya paham dan pengertian” terang Darmi.

Melalui ApakabarOnline.com, Darmi berharap, kabar ini bisa sampai ke hadapan Sartini. Dan dengan sampainya kabar ini, tentu kepulangan Sartini ke Gabus sangat diharapkan.

“Nduk, Sar, sebenere ono opo to, kok ujug-ujug kowe ora gelem ngubungi keluarga. Kowe ono masalah opo neng paran nduk ? Ibu bingung karo kowe. Bojomu lan morotuwomu wis ora ono Nduk, ninggal, durung tekan 40 he” pesan Darmi.

Senada dengan neneknya, Lukman menitipkan kepada Ibunya :

“Bu, kenapa sudah lama sekali ibu tidak pulang, Lukman kangen Bu. Bapak sudah meninggal, simbah juga sudah meninggal. Lukman tidak berani pulang Bu. Lukman sekarang ikut Mbok. Bu sekarang puasa, mau lebaran.

Bu, ibu di Hong Kong tidak nglonthe kan ? Lukman tidak mau ibu jadi lonthe seperti kata para tetangga. Lukman Kangen ibu” kalimat Lukman terputus dengan tangisnya. [AA Syifa’i SA]

 

 

Advertisement
Advertisement