April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Begini Hasilnya, Pengorbanan Yeni Yang 20 Tahun Menjadi PMI

4 min read

KUPANG – Yenni Maria Kapitan (44) rela tinggalkan bayinya di Oesao, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT untuk jadi pekerja migran, 20 tahun kemudian ini yang terjadi. Yeni pernah menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Undana Kupang ini. Tidak selesai menamatkan kuliah, Yeni yang sudah memiliki seorang itu memutuskan pergi menjadi PMI ke Malaysia tahun 1998.

“Hati saya sangat sedih dan hancur, karena saat mesti meninggalkan anak perempuan saya yang saat itu baru berusia 2 tahun itu tapi mau bagaimana lagi. Saya punya tekad, anak saya mesti punya pendidikan yang baik, menjadi kebanggaan keluarga. Kalau dulu saya tidak bisa jadi sarjana, maka anak saya mesti bisa jadi sarjana,” kata Yen, melalui inbox facebooknya, Rabu (31/10/2018).

Yen yang sampai sekarang masih bekerja sebagai PMI di Malaysia itu mengaku, awalnya dia takut karena mendengar kasus PMI asal NTT yang dianiaya. Tapi karena tekadnya sudah bulat, rasa takut itu hilang.

“Rasa takut itu aku kubur dalam-dalam demi pendidikan anak perempuan saya. Dan saya bangga karena bulan November 2018 lalu, anak saya itu diwisuda,” kata Yen.

Yeni mengaku mengikuti prosedur resmi menjadi PMI mendaftar melalui seorang Petugas Lapangan (PL) bernama  Manalu. Mereka lalu berangkat ke Surabaya dengan Kapal Laut dan ditampung di penampungan PT JSKB Manuan Kulon Surabaya.

“Selama 6 bulan disana, kami belajar berbagai hal, bahasa, cara masak, cara menjaga anak dan jompo serta hal-hal lain. Saya benar-benar mengikuti pelatihan dengan baik sehingga saya bisa bekerja dengan baik, ” kata Yeni.

Saat di penampuangan itu, Yeni sudah memilih tempat bekerja di Singapura. Tapi karena 4 bulan tak ada proses maka dia mengubah tempat bekerja ke Malaysia untuk menjaga anak dan langsung disetujui.

“Awal bekerja tidak banyak kesulitan, hanya soal Bahasa yang tersendat karena menggunakan Bahasa Melayu dan Inggris. Tapi saya terus belajar sehingga mulai mengerti dan bisa Bahasa Melayu dan Inggris,” kata Yeni.

Saat datang tahun 1998, Yeni mengasuh anak bernama Sean yang baru berusia 1 tahun 6 bulan kemudian mengasuh lagi adik dari Sean bernama Jien. Kini Sean sudah berusia 21-an tahun dan sangat dekat dengan Yeni terlebih Jien.

“Kalau buat kesalahan saat bekerja, ya saya pasti dimarahi tapi setelah itu ya habis. Dan saya segera memperbaiki kesalahan itu sehingga tidak lakukan kesalahan yang sama,” kata Yeni.

Yeni mengatakan, semula kontraknya hanya 2 tahun, namun terus diperpanjang oleh majikannya hingga masuk tahun ke-20 di tahun 2018 ini. Bahkan majikannya serasa tidak mau melepaskan Yeni pulang ke Indonesia karena sudah dianggap seperti keluarga. Terlebih kedua anak yang diasuh Yeni itu.

“Anak-anak itu sangat menyayangi saya, kalau saya ulang tahun mereka memberikan saya hadiah, saya dianggap sebagai keluarga, mama mereka juga,” kata Yeni yang baru beberapa kali pulang ke Indonesia ini.

 

* Bikin Rumah, Beli Traktor, Kuliahkan Anak

Yeni sangat bangga bisa bekerja sebagai PMI di Malaysia dengan gaji Rp 7 juta perbulan. Selama 20 tahun bekerja sebagai PMI itu sudah banyak hal positif yang dilakukannya buat keluarga.

Antara lain, membangun rumah untuk orangtuanya, membeli trantor tangan, mesin rontok padi, dua sepeda motor, membangun kios kecil. Juga bisa membiayai pendidikan adik perempuannya dan juga pendidikan anak semata wayangnya, Poppy Afliani Kapitan.

“Saya sangat bangga meski hanya bekerja sebagai TKW selama 20 tahun ini saya bisa memberi manfaat baik buat keluarga di Oesao Kupang. Dan yang paling membanggakan, anak saya, Poppy, bisa diwisuda meski hanya D3, dan saya datang untuk menghadiri wisudanya di Kupang,” kata Yani.

Kapan Yeni akan berhenti bekerja sebagai PMI, Yeni mengatakan, dia merencanakan akan menghabiskan masa paspornya hingga tahun 2020. Namun Jien, anak bungsu majikannya minta perpanjangan waktu hingga anaknya itu kuliah. “Saya bingung, mau pulang tahun 2020, tapi Jien menahan saya katanya samai dia kuliah dulu baru saya pulang Kupang,” kata Yeni.

 

* Jangan Malu Jadi TKW

Apa kesan dan pesan Yeni sebagai PMI Indonesia yang bekerja di Malaysia? Yeni mengatakan, semua pekerjaan yang baik itu pasti bisa menjadi berkat yang baik buat keluarga.

“Dimanapun kita bekerja, bekerja apapun itu, mesti dilakukan dengan tulus dan baik sehingga pekerjaan kita itu diberkati Tuhan dan tidak menemui masalah. Keluarga dan anak, jangan pernah malu jika punya mama seorang TKW karena dengan pekerjaannay itu dia bisa mewujudkan impiannya dan impian anak-anaknya,” kata Yeni.

Bagaimana dengan masalah penganiayaan PMI, Yeni menilai masalah itu banyak sekai sebabnya dan bukan semata hanya karena masalah illegal. Karena ada juga yang PMI yang legal tapi dapat majikan yang jahat sehingga mesti kita sudah kerja benar tapi tetap dianiaya.

“Hanya saya mau bilang, begini,  kalau kita memang sudah tekad bekerja keluar negeri, ingat bahwa tujuan kita kesana untuk memperbaiki kehidupan. Maka lengkapi surat, ikut yang legal, perbaiki kualitas diri, tingkatkan skill, jaga sikap, dan satu yang paling penting adalah berdoa serahkan pada Tuhan sehingga Tuhan bisa terus memberkati dan menjauhkan kita dari hal buruk,” pesan Yeni. [Leo/Pos Kupang]

Advertisement
Advertisement