April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Boeing 737 Max 8 Jatuh, 1 WNI Menjadi Korban

3 min read

ApakabarOnline.com – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, telah menerima pemberitahuan resmi terkait satu warga negara Indonesia (WNI) yang turut jadi korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines, Minggu (10/3/2019).

Kabar WNI yang turut menjadi korban tewas dalam pesawat dengan nomor registrasi ET302 ini pertama kali dilaporkan oleh CEO Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam. Untuk selanjutnya, Kementerian Luar Negeri RI bakal mengonfirmasi identitas dari korban WNI tersebut.

Mengutip Reuters, Tewolde menyebut seluruh 157 penumpang dalam pesawat nahas itu berasal lebih dari 30 negara, termasuk satu dari Indonesia.

Korban terbanyak berasal dari Kenya sebanyak 32 orang, disusul 18 berasal dari Kanada, 9 Ethiopia, 8 Italia, 8 Tiongkok, 8 Amerika Serikat, 7 Inggris, 7 Prancis, 6 Mesir, 5 Belanda, 4 India, 4 Slowakia, 3 Austria, 3 Swedia, 3 Rusia, 2 Moroko, 2 Spanyol, 2 Polandia, dan 2 Israel.

Sementara, masing-masing satu penumpang berasal dari Belgia, Somalia, Norwegia, Serbia, Togo, Mozambik, Rwanda, Sudan, Uganda, dan Yemen. Selain paspor tersebut terdapat juga empat penumpang lain berpaspor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sementara itu, Direktur Eksekutif World Food Programme (WFP) United Nation (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) David Beasley dalam keterangan rilisnya mengumumkan sejumlah nama jajaran anggotanya yang menjadi korban jiwa dari kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.

Dari ke tujuh nama yang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut, mayoritas merupakan anggota yang ditugaskan di Roma, Italia. Diketahui, salah satu nama korban jiwa yang diumumkan berasal dari Indonesia, dengan nama Harina Hafitz.

Adapun korban jiwa lainnya yakni Maria Pilar Buzzeti dan Virginia Chimenti berasal dari Italia, Zhen-Zhen Huang dari China, Michel Ryan dari Irlandia, Djordje Vdovic dari Serbia dan Ekta Adhikari dari Nepal.

David mengatakan, jika pihaknya telah menghubungi keluarga para korban dan menawarkan bantuan kepada mereka. Pihaknya juga akan menyediakan konselor di Roma dan Addis Ababa untuk membantu kerabat para korban.

David mengatakan jika ia juga akan mengunjungi Addis Ababa untuk mendampingi mereka. Dia mengatakan, sekretaris umum PBB juga menyampaikan rasa solidaritas dan dukungannya kepada keluarga WFP.

Dalam rilis itu juga dikatakan David sejumlah pihak juga menyampaikan rasa belasungkawa atas insiden kecelakaan ini. Di antaranya seperti Deputi Sekretaris Umum Amina Mohammed, Direktur Eksekutif UNICEF Hanrietta Fore dan Komisioner UNHCR Filippo Grandi. Dia sangat berterima kasih kepada semua pihak yang turut berbela sungkawa atas insiden ini.

Boeing semakin tertekan

Sorotan pun kembali mengarah ke Boeing. Belum rampung penyelidikan JT610, insiden dengan tipe pesawat serupa terjadi lagi.

Lewat pernyataan resminya, Boeing menyampaikan duka dan simpatinya kepada keluarga korban ET302. Boeing juga akan mengirim tim teknisnya ke lokasi kecelakaan mengikuti arahan Biro Investigasi Kecelakaan Ethiopia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS.

Pada tragedi JT610, Boeing dituding telah lalai memberitahukan secara lengkap informasi pengendalian pesawat kepada pilot dan kru maskapai terkait anomali sistem penangkal sensor angle of attack (AOA) pada model pesawat teranyarnya ini.

Boeing tak berbicara banyak soal ini. Pihaknya hanya menekankan bahwa perusahaannya sangat yakin dengan fitur keamanan pada seluruh model 737 Max.

Forbes melansir, kendati ada insiden JT610, penjualan 737 Max tercatat tetap masif. Setidaknya 5.100 pesanan terjadi pada Januari 2019 dan 350 pesawat telah dikirimkan sejak 2017.

Keunggulan yang ditawarkan 737 Max di antaranya adalah mesin teranyarnya hasil kerja sama General Electric dan Safran, LEAP-1B. Mesin ini diklaim mampu menghemat penggunaan bahan bakar hingga 14 persen.

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (The National Transportation Safety Board/NTSB) AS mengatakan akan mengirim tim beranggotakan empat orang untuk membantu otoritas Ethiopia dalam menyelidiki jatuhnya ET302.

Begitu juga dengan Federal Aviation Administration (FAA) yang mengaku bakal bergabung dengan NTSB untuk menyisir kecelakaan tersebut.

Bagi Ethiopian Airlines, kecelakaan Minggu pagi ini adalah yang pertama kalinya sejak 2010. Ketika itu, maskapai yang juga menggunakan pesawat Boeing 737 jatuh di Laut Mediterania tak lama setelah lepas landas dari Beirut, Lebanon. Tidak ada yang selamat dari penerbangan yang mengangkut 82 penumpang dan 8 kru pesawat tersebut. []

Advertisement
Advertisement