April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Cara Ini Mencegah BMI Menjadi Janda

4 min read

TULUNGAGUNG – Keprihatinan akan tingginya jumlah janda di wilayah yang dia pimpin, Camat Kalidawir Tulungagung, Hari Prastijo, berupaya mencari jalan keluarnya. Dalam pandangan dia, keretakan rumah tangga akan memicu persoalan baru yang ujung-ujungnya bisa merambah ke permasalahan sosial, ekonomi dan keamanan.

Seperti yang diberitakan oleh TulungagungTimes, Hari Prastijo (Yoyok) mengatakan telah

punya program inovasi dari pemerintah Pusat.

Program yang dimaksud menurutnya adalah berdirinya Kampung Migran atau kampung TKI di desa Betak Kecamatan Kalidawir.

” Alhamdulillah, saat ini ada program dari pemerintah dalam rangka itu (memberi kegiatan positif), yaitu desa migran. Dalam hal ini sedang dalam taraf uji coba yaitu di desa Betak,” papar Yoyok.

Magetan Hasilkan 3 Janda Setiap Hari, Didominasi Pasangan PMI

Camat mengungkapkan beberapa kegiatan dalam kampung Migran yang telah mulai dilaksanakan di desa Betak.

“Ada banyak kegiatan disitu mulai dari home industri, koperasi, sampai toko modern,” tambahnya

Diharapkan dari kegiatan itu agar tidak terjadi pengaruh negatif sehingga pemberdayaan terhadap para istri TKI atau TKI/TKW bisa berjalan dengan baik dan jelas.

Senada dengan Camat, Kepada Desa Betak Catur Subagyo menegaskan bahwa kampung Migran sudah di cetuskan dan terealisasi bertahap mulai tahun ini.

“Kampung migran kita dapat di tahun ini, kegiatannya meliputi dari pemberdayaan masyarakat khusus untuk para TKI baik yang mantan maupun yang masih aktif dan sekaligus nantinya di kita ada rumah desmigratif yang melayani masyarakat yang mau jadi TKI dan juga di rumah desmigratif ada pelatihannya dan semuanya tidak di pungut biaya,” papar Bagyo melalui pesan WA

Bagyo menjelaskan yang di maksud untuk segala urusan di desa di bayar oleh kementerian terkait yang jumlahnya mencapai tujuh kementerian.

SAMPAI AGUSTUS 2017, PEMOHON CERAI DARI HONG KONG TEMBUS 2.687 ORANG

“Dikarenakan untuk  petugasnya di bayar oleh Kementrian, intinya didalam desa desmigratif ini masyarakat akan dilayani dari pra TKI sampai pasca TKI karena slogan dari desmigratif ini adalah mengawal TKI dari desa,” tambahnya

Tujuh kementerian yang memberikan support program tidak membatasi dana yang dibutuhkan, namun hingga saat ini baru dari kementerian tenaga kerja dan transmigrasi (Menakertrans)

“Untuk saat ini masih dari pemberdayaan yaitu program TKM ( tenaga kerja mandiri ) yg di dalamnya berisi pelatihan-pelatihan utk eks TKI,” jelasnya

Jika dikembangkan secara optimal diharapkan bisa mengantisipasi munculnya pengaruh negatif terhadap para TKI, TKW dan istri TKI yang di Tulungagung di kenal dengan sebutan janda swasta, janda Malaysia (Jamal) atau Wakel (Wanita Keluar).

Sebelumnya diberitakan, jika di daerah Kalidawir khususnya di desa pinggiran bagian selatan, banyak wanita berstatus Janda Malaysia (Jamal), yaitu istri yang di tinggal merantau ke Malaysia.

“Di desa kami banyak sekali, di dusun saya tinggal Papar saja, jumlah jamal atau janda swasta mencapai sekitar 90 orang,” papar Sukardi.

Sukardi tidak memungkiri jika kehidupan warga terutama jamal ini mengalami perubahan yang signifikan baik dalam penampilan, pergaulan hingga gaya hidup lainnya.

“Pergaulannya amat sangat berubah, gaya hidup ala kebaratan baik dari  pakaian, gaya rambut. Pokoknya jadi banyak yang aduhai,” katanya

Selain pengaruh media sosial, para istri yang di tinggal Suaminya dengan tempo lama juga ingin eksis dalam berbagai kegiatan positif seperti bisnis online, dagang baju hingga kosmetik.

Namun, banyak juga yang justru memanfaatkan kesempatan dengan tidak baik sehingga timbul kesan negatif pada kehidupan jamal ini.

“Beberapa waktu lalu ada yang tertangkap di hotel, hal seperti ini sering  menjadi perhatian dan penyebab retak nya keluarga. Beberapa diantara jamal ini sudah keluar jalur, terkadang malah “noroki” (keluar uang) untuk lelakinya,” tambahnya.

Sudah puluhan tahun warga di Kalibatur dan sekitarnya banyak kepala keluarga merantau, bahkan Malaysia seperti rumah dan kampung halaman seperti persinggahan. Dalam setahun, rata-rata perantau ini hanya sebulan atau bahkan dua tahun sekali pulang ke kampung untuk menjenguk anak dan istri.

” Di desa kami banyak sekali, memang hidupnya kebanyakan disana,” kata Kepala Desa Rejosari Sudikan

Sudikan menerangkan tentang kehidupan mereka di desanya Rejosari Kalidawir, yang menurutnya merantau akan bisa dilihat dari karakter atau watak orangnya. Jika Karakter orang yang tulus memang merantau bertujuan memikirkan permodalan untuk masa depan.

” Jika niatnya tulus, yang dirumah baik-baik saja, tapi jika karakter sudah biasa Wakel (wanita keluar) kadang ya bisa terjadi perceraian,” papar Kades.

Wanita keluar (Wakel) sering menjadi sebutan bagi para istri yang jika ditinggal suaminya mencari kesibukan diluar rumah.

” Alhamdulillah di desa kami meski ada yang Wakil, tapi yang terjadi ya minim, kebanyakan memang dasarnya cari modal,” tambah Kades Sudikan.

Pola persaingan di desa menurut Sudikan kini lebih kuat dibanding dengan di kota, hal tersebut yang akhirnya keputusan merantau dan bekerja di luar negeri menjadi harapan untuk merubah kehidupannya.

” Kadang wanita banyak juga yang merantau, di lihat dari asal bekerja, kalau pulang  dari Malaysia, Singapura dan Brunei (biasanya) pulang biasa. Kalau pulang dari Hongkong dan Taiwan, gaya rambut dan baju sudah berganti,” pungkasnya. [Asa/Anang]

Advertisement
Advertisement