April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Dikira Mau Jadi PMI, Mahasiswi STT Galilea Mengalami Pendzaliman dari Satgas Human Trafficking

2 min read

KUPANG – Selfina Etidena, mahasiswi Sekolah Tinggi Teologi (STT) Galilea Yogyakarta mengalami kejadian kurang menyenangkan, dia ditahan di bandara.

Pada 4 Januari 2019 lalu, mahasiswi asal Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini ditahan oleh Satgas Anti Human Traficcking NTT di Bandara El Tari Kupang, dan hingga saat ini masih terkatung-katung nasibnya. Padahal, dia harus segera kembali ke Yogyakarta untuk memulai proses perkuliahan.

Ditemui sejumlah wartawan pada Senin (14/01/2019), Selfina menceritakan kisahnya.

Menurut mahasiswi semester VII tersebut, ia merupakan penumpang transit dari Bandara Mali Alor yang hendak melanjutkan perjalanan ke Surabaya, kemudian ke Yogyakarta.

Dia sendiri harus kembali ke Yogyakarta usai melakukan praktik kerja lapangan (PKL) di Kabupaten Alor.

Ketika sampai di Bandara El Tari Kupang dan hendak transit, ia ditanyai oleh petugas dari Satgas Anti Human Trafficking mengenai tujuan keberangkatan serta kartu identitasnya.

Sayangnya, Selfina tidak membawa kartu mahasiswa karena kebiasaan di bandara tidak meminta kartu mahasiswa, tetapi hanya KTP dan tiket pesawat.

Sementara ijazah PKL sebagai barang bukti sudah dia masukkan ke dalam koper dan sudah masuk di bagasi saat check in di counter Lion Air tujuan Kupang-Surabaya.

 

Interogasi Berlebihan

Petugas kemudian memaksa Selfina untuk mengambil ijazah PKL-nya agar bisa meyakinkan petugas. “Bagaimana saya mau ambil, sementara barang bawaan saya ada di dalam bagasi pesawat,” kata Selfina.

Merasa masih belum mendapatkan titik terang, petugas kemudian meminta Selfina menelepon rekan mahasiswanya agar bisa membuktikan identitasnya.

Selfina pun menyanggupi dan menelepon ketua senat mahasiswa agar berbicara dengan petugas Satgas. Namun petugas itu masih tidak percaya.

Petugas lalu menyuruh Selfina menelpon ibunya yang ada di Alor untuk berbicara dengan petugas. Lagi-lagi petugas langsung menyatakan bahwa yang ditelepon Selfina bukan ibunya.

“Karena mereka interogasi saya sudah berlebihan, sehingga saya menangis. Saya merasa dipermalukan di depan banyak orang dan diperlakukan tidak seperti manusia,” katanya.

Dalam kebingungannya, Selfina yang seharusnya segera berangkat justru mendapatkan kenyataan lebih mencengangkan karena keberangkatannya dibatalkan sepihak dan dia harus berurusan dengan Disnakertrans NTT.

Selfina kemudian meminta keluarganya datang ke Kupang untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Dia juga mengaku meminta tolong ke teman-temannya di Yogyakarta untuk mengirim foto kartu mahasiswanya via WhatsApp, namun petugas tetap tidak percaya dan bersikeras meminta kartu mahasiswa yang asli. [SMB/Kompas]

Advertisement
Advertisement