April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ditinggal Ibunya Jadi PMI, Santi yang Lumpuh Sudah 20 Tahun Dilupakan

2 min read

BANDUNG –  Santi Ratmana (22), warga Kampung Sekejengkol, Desa Cileunyi Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, hanya bisa berbaring di atas kasur selama 20 tahun terakhir.

Di dalam rumah kecil berukuran 3×4 meter, Santi Ratmana hanya bisa berbaring akibat mengalami kelumpuhan. Ia tidak tumbuh kembang seperti anak pada umumnya.

Dinukil ApakabarOnline.com dari teras Jabar, pada 1998 ketika berusia 1,5 tahun, Santi mengalami demam tinggi disertai kejang-kejang, sehingga kedua orang tuanya memutuskan untuk membawa Santi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung, Kota Bandung.

Setelah mendapatkan pertolongan dari pihak rumah sakit, Santi Ratmana diperbolehkan pulang. Santi pun menunjukkan adanya perubahan baik serta beberapa kali berceloteh kepada kedua orang tuanya.

Seminggu kemudian, kedua orang tuanya merasakan adanya kejanggalan. Santi Ratmana jadi lebih diam dan kesulitan bergerak, berbeda seperti satu hari setelah mendapatkan perawatan dari rumah sakit.

Panik atas kondisi tersebut, ayah kandung Santi, Agus (40), lantas membawa Santi Ratmana ke rumah sakit di Sumedang untuk mendapatkan pertolongan namun saat berada di perjalanan, Santi kembali mengalami kejang-kejang.

“Saya langsung pulang lagi saja, biar saja anak saya dirawat rumah, di situ saya pikir, mungkin nanti juga sembuh lagi,” ujar Agus di kediamannya di Kampung Sekejengkol, Kecamatan Cileunyi, Selasa (22/01/2019).

Saat kembali ke rumah, kondisiSanti Ratmana semakin parah dan tidak kembali riang seperti sebelum mengalami kejang-kejang. Agus bersama sang istri hanya bisa pasrah karena terhimpit permasalahan ekonomi.

Kemalangan yang menimpa Santi Ratmana semakin parah, saat dua tahun kemudian, istri Agus, memutuskan berpisah dan bekerja keluar negeri menjadi pekerja migran Indonesia (PMI).

Agus bercerita, istrinya tersebut menyerahkan hak asuh sepenuhnya kepadanya dan tidak lama kemudian istrinya pun kembali memiliki tambatan hati lain.

“Sangat terpukul dan sedih, kondisi anak seperti itu terus istri minta pisah,” kata Agus.

Setiap hari, Santi Ratmana yang hanya terbaring lemah akibat kelumpuhan ini hanya bisa menangis bila ingin bergerak atau menginginkan sesuatu.

Agus pun telah mengerti kemauan anak sulungnya itu. Mulai dari aktivitas istirahat, makan, hingga buang air besar, semua dilakukan Santi di atas pembaringan. Agus khawatir bila dibopong keluar, Santi Ratmana merasa tidak nyaman.

Terkait kondisi anaknya tersebut, Agus pun tidak memiliki pekerjaan tetap karena khawatir ketika harus meninggalkan Santi Ratmana. Putrinya itu kerap mengamuk bila kemauannya itu tidak segera dituruti.

Untuk kebutuhan sehari-hari Santi Ratmana, Agus hanya mengandalkan pendapatannya dari bekerja sebagai buruh serabutan atau pemberian dari warga sekitar, berupa uang tunai atau makanan.

“Saya punya keinginan bekerja tetapi kalau bekerja anak saya siapa yang jaga,” katanya.

Agus mengatakan sejak mendapatkan perawatan dari rumah sakit pada 20 tahun silam hingga saat ini, Santi belum pernah mendapatkan perawatan dan hanya bisa pasrah atas kondisi tersebut.

“Mungkin ini sudah rencana terbaik Tuhan untuk keluarga saya, pasrah,” katanya.[]

Advertisement
Advertisement