April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Dua Bulan Dilanda Aksi Masa, Pendapatan Toko Ritel dan Pariwisata di Hong Kong Turun Hingga 70%

2 min read
Retail store in Hong Kong | Foto SCMP

Retail store in Hong Kong | Foto SCMP

HONG KONG – Penjualan ritel Hong Kong anjlok pada Juli 2019 ke level terendah sejak 3,5 tahun atau Februari 2016. Ini disebabkan aksi unjuk rasa anti pemerintah yang berlarut-larut. Dilansir dari Reuters, Senin (02/09/2019), penjualan ritel pada Juli 2019 anjlok 11,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data resmi pemerintah.

Aksi unjuk rasa memukul sentimen konsumen, pun kedatangan wisatawan mulai merosot. Penjualan ritel amblas ke level 34,4 miliar dollar Hong Kong pada Juli 2019, penurunan berturut-turut selama enam bulan. Adapun pada Juni 2019, penjualan ritel ambrol 6,7 persen.

Dalam hal volume penjualan ritel pada Juli 2019 anjlok 13 persen, dibandingkan 7,6 persen pada Juni 2019. Sejak bulan Januari hingga Juli 2019, penjualan ritel Hong Kong turun 3,8 persen dalam hal nilai dan 4,4 persen dalam hal volume.

Banyak pelaku usaha di Hong Kong telah menghadapi guncangan akibat perlambataan ekonomi China, melemahnya mata uang yuan China, dan perang dagang AS-China. Sementara itu, para pelaku usaha menyatakan aksi unjuk rasa memukul pariwisata dan industri ritel.

“Situasi dapat tambah memburuk apabila insiden sosial melibatkan kekerasan ini tidak berhenti,” ujar juru bicara pemerintah.

Ia menyatakan, perang dagang AS-China yang memanas dan kondisi ekonomi yang lesu terus menekan sentimen. Para ekonom pun menyatakan penjualan ritel di Hong Kong bisa anjlok antara 20 hingga 30 persen tahun ini. Penjualan ritel merupakan salah satu pilar penting perekonomian Hong Kong.

Hong Kong pun menghadapi resesi pertama dalam satu dekade terakhir. Pemerintah baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 0 hingga 1 persen pada tahun 2019.

Pariwisata terpukul

Para peritel juga menyatakan penjualan diprediksi turun hingga dua digit pada Juli dan Agustus 2019.

Sementara itu, pelaku usaha perhotelan menghadapi gelombang pembatalan. Federasi Uni Perdagangan Hong Kong menyatakan, okupansi hotel merosot 20 persen pada Juni 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemungkinan, okupansi hotel anjlok 40 persen pada Juli 2019.

Pariwisata, khususnya dari China daratan menurun secara signifikan. Beberapa negara seperti Inggris, Singapura, dan Jepang juga sudah menerbitkan peringatan bepergian.

“Tur (wisata) dari (China) daratan merosot lebih dari 90 persen pada Agustus 2019, dan banyak pekerja di sektor terkait dipaksa mengambil cuti di luar tanggungan,” kata Paul Leung, ketua Asosiasi Agen Perjalanan Hong Kong.

Kedatangan wisatawan pun turun 4,8 persen secara tahunan pada Agustus 2019 menjadi 5,197 juta. Ini adalah penurunan pertama sejak Januari 2018 dan persentase penurunan terbesar sejak Agustus 2016. []

Advertisement
Advertisement