April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Eits.. Jangan Bangga Dulu, Gonta Ganti Pasangan Memiliki Akibat Buruk yang Tidak Bisa Dihindari

3 min read

ApakabarOnline.com – Kecenderungan untuk gonta-ganti pasangan seksual merupakan satu dari sekian banyak faktor risiko infeksi menular seksual. Namun, ini bukanlah satu-satunya dampak buruk dari perilaku tersebut. Terdapat sejumlah dampak biologis maupun psikologis yang dihadapi oleh orang-orang yang menjalaninya, dan berikut adalah beberapa di antaranya.

Apa dampak dari kebiasaan gonta-ganti pasangan seksual?

Memiliki lebih dari satu pasangan dapat berimbas pada kesehatan fisik maupun psikis Anda, misalnya:

 

  1. Memicu depresi dan kekerasan dalam hubungan

Kecenderungan untuk gonta-ganti pasangan berpotensi membuat Anda melakukan hal-hal yang lebih berisiko dan berbahaya. Siklus ini akan terus berjalan dan mengakibatkan rasa rendah diri, ketidakharmonisan dalam hubungan, bahkan depresi. Memiliki lebih dari satu pasangan juga akan membuat Anda kesulitan mempertahankan hubungan yang Anda jalani.

Sejumlah penelitian turut sepakat bahwa orang-orang yang menjalani hubungan jangka panjang yang sehat dengan satu pasangan bisa menikmati hubungannya dengan lebih baik. Risiko kekerasan dalam hubungan pun lebih kecil dibandingkan orang-orang yang menjalani hal sebaliknya.

 

  1. Meningkatkan risiko infeksi menular seksual

Orang-orang yang sering gonta-ganti pasangan juga tidak luput dari risiko penularan infeksi menular seksual. CDC memperkirakan setidaknya 19 juta kasus baru infeksi menular seksual terjadi setiap tahun. Penyakit yang paling banyak muncul adalah gonorrhea, sifilis, dan infeksi jamur klamidia. Namun, yang paling umum di antaranya adalah infeksi human papillomavirus (HPV).

Infeksi menular seksual tidak boleh dianggap sebelah mata karena penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Infeksi HPV bahkan diketahui berhubungan erat dengan kanker serviks, mulut, dan kerongkongan. Parahnya lagi, kebanyakan orang yang telah terinfeksi HPV biasanya tidak menyadarinya hingga gejala penyakit muncul.

 

  1. Memicu perilaku berisiko

Sebuah penelitian jangka-panjang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kesehatan psikologis, jumlah pasangan, kecenderungan melakukan perilaku berisiko, dan penyalahgunaan zat adiktif.

Hasilnya, orang yang sering gonta-ganti pasangan diketahui cenderung lebih mudah ketergantungan terhadap zat adiktif. Risikonya pun turut meningkat seiring bertambahnya jumlah pasangan seksual.

Jumlah pasangan seksual memang tidak secara langsung memicu perilaku berisiko, tapi keduanya saling berkaitan. Tipe hubungan seperti ini berpotensi menimbulkan rasa tidak puas pada orang yang menjalaninya.

Akhirnya, mereka melakukan perilaku berisiko seperti mengonsumsi alkohol dan obat-obatan untuk mengalihkan diri. Selain itu, jika promiskuitas dikombinasi dengan perilaku berisiko lainnya seperti merokok, minum alkohol, penggunaan obat terlarang, kurang tidur dan pola makan yang buruk, maka dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis, salah satunya penyakit jantung.

 

  1. Meningkatkan risiko HIV

Risiko penularan HIV lebih tinggi pada orang-orang yang yang berhubungan seksual dengan lebih dari dari satu pasangan. Semakin banyak pasangan yang Anda miliki, maka semakin besar kemungkinan salah satu di antaranya telah terinfeksi HIV dan tidak menyadarinya.

Untuk menurunkan angka infeksi HIV, CDC menyarankan agar setiap orang hanya berhubungan seksual dengan satu orang pasangan. Tindakan pencegahan juga dapat dilakukan saat Anda berhubungan seksual, yakni dengan menggunakan kondom serta melakukan aktivitas seksual yang memiliki risiko penularan lebih kecil dibandingkan seks anal atau vaginal.

 

Apa pun alasannya, kebiasaan gonta-ganti pasangan adalah perilaku berisiko yang perlu dihindari. Perilaku ini tidak hanya merugikan secara emosional, tapi juga berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan yang berbahaya. Jika Anda pernah terlibat situasi yang memungkinkan Anda untuk memiliki lebih dari satu pasangan, yuk, jadilah lebih bijak dengan tetap setia pada satu orang pasangan saja. []

SUMBER Psychology Today

Advertisement
Advertisement