April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

I’M A FANTASY GIRL

3 min read

Menjadi playgirl memang asyik. Apalagi ditambah dengan penghasilan yang berlipat-lipat. Makin asoy, euy…! Dulu, saat masih di kampung, aku adalah gadis udik yang tidak mengenal apa itu cinta, ditaksir atau pacaran. Di Hong Kong-lah pintu cinta itu mulai terbuka. Dari ditaksir om-om hingga perjaka tangguh.

Aku menikmati setiap proses itu dengan keluguan. Pacarkulah yang mengajari bab demi bab perihal pacaran. Dari cara berpegangan tangan yang mesra, berciuman hingga adegan ranjang. Bagi mereka, tiga hal tersebut wajar dan lazim dilakukan para pasangan yang merenda asmara. Aku pun menerima perlakuan mereka dengan sukarela. Namanya juga pengalaman pertama, pasti ada takut dan was-was. Untungnya pasanganku telaten menuntunku.

Sayangnya, pacar pertamaku di rantau ini berakhir putus. Ia lebih memilih anak dan istrinya. Aku maklum. Dari awal kita memang sepakat untuk berpacaran yang tidak mengikat dan menuntut pernikahan. Bagiku, asal balik modal dan tidak rugi, bukan masalah. Perawatan badan dan belanja demi body semlohai itu penting dan wajib, agar pacar-pacarku puas dengan hubungan ini.

Ya, sekali pacaran, langsung lima nama sepertinya akan masuk rekor masuk istana emas bernama fantasi. That’s why they call me a fantasy girl atau, kalau dibahasakan ke bahasa ibu, bermakna gadis yang sopan, sopo-sopo mapan. Dari akun fantasi itu aku berhasil meraup dolar melebihi gaji bulanan dari sang lopan, majikan. Itu semua makin membuatku ketagihan untuk berbuat lebih, lagi dan lagi.

Kenikmatan yang tidak hanya aku sajikan secara maya, di alam nyata pun aku masih sempat melayani secara fisik. Satu-dua jam kan lumayan. Daripada di rumah majikan hanya sibuk ngelap pagar yang sudah kinclong itu, lebih baik aku gunakan mencari uang tambahan. Toh, modal juga tidak banyak. Cukup pulsa dan foto pemantik birahi. Lalu, pas bertemu tinggal klik. Mudah dan tidak mengganggu orang lain, apalagi pekerjaan.

Pacar keduaku seorang om, sebut saja Om Rafi. Ia sering menyapa dan menggodaku saat pergi libur. Kencan pertama hanya nonton di bioskop sambil bercumbu. Dilanjut dengan saling berkirim kabar lewat ponsel, bertemu lagi saat kami sama-sama liburan. Dari Om Rafi ini aku mendapatkan perhiasan komplet dan tunjangan hidup seperti buat belanja, dikirim ke Indonesia dan ke salon.

Kami putus karena dia sudah selesai tugas di Hong Kong. Perpisahan kami akhiri dengan bercinta di Hotel Miramar, yang kemudian dua jam sesudah itu ia terbang ke Bombay, India. Hanya fantasy girl yang mampu berbuat seperti ini, Kawans. Kalian berani tidak?

Setelah putus dari pacar kedua itulah aku mulai berpacaran lebih dari satu. Tujuannya, bila sewaktu-waktu putus dengan yang satu, aku masih ada gantinya. Yang sempat membuatku pusing adalah saat kelima-limanya ingin bertemu di tempat dan tanggal yang sama, 14 Februari, Valentine’s Day. Solusinya cukup tidak datang di salah satu dari mereka, aman kan? Iya, untuk sementara. Karena dari kejadian itu aku putus dengan yang lebih ganteng di antara lima tersebut.

Tidak apa-apa, itu kan risiko menjadi seorang fantasy girl. Patah hati cukup sepuluh menit saja, karena dari setiap pacar aku mendapatkan sesuatu yang berharga. Baik barang, uang maupun pengalaman. Utamanya pengalaman bercinta tanpa takut hamil. Bila di kampung dituntut menjaga kegadisan sebelum menikah, aku merasa minder bila harus menikah dengan pemuda kampung. Jadi, aku memimpikan seorang suami kelahiran luar negeri, entah Nepal, India maupun Prancis. Warga tiga negara itulah yang selama aku di Hong Kong menjadi pelanggan, pacar dan sahabat.

Rencananya, setelah berhasil menikah dengan pria idaman, aku akan menghapus akun fantasy itu dan hijrah menjadi wanita sekaligus istri yang baik. Berbakti pada suami dan kedua orangtua. Sebab, a fantasy girl juga manusia biasa yang bisa sewaktu-waktu kejatuhan hidayah dari langit. Tentu, aku tidak mengajari kalian untuk mengikuti cara dan gayaku. Aku melihat hidayah itu sudah tampak. Semoga kebaikan yang aku rencanakan bisa terlaksana dengan baik. Aamiin.

 

[Dikisahkan Melanie Adams kepada Anna Ilham – Apakabar Plus]

Advertisement
Advertisement