April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Jangan Melarang Anak dengan Kata “Jangan”, Mereka Tidak Akan Patuh

2 min read

ApakabarOnline.com – Banyak orang tua atau orang dewasa melihat betapa sulitnya menjelaskan sesuatu kepada anak utamanya yang terkait dengan larangan untuk tidak melakukan sesuatu.

Orang tua tentu pernah dibuat kesal ketika melarang anak seperti “jangan berlari” justru si kecil berlari kencang? Penggunaan kata “jangan” bisa jadi penyebabnya.

“Jangan berlari”, “Jangan main air”, “Jangan teriak-teriak” dan sederet larangan dengan kata jangan dari orang tua buat anak.

Tapi mengapa ketika dilarang justru anak semakin melakukannya? Salah satu penjelasan yang pernah disampaikan adalah  “Dasar Psikologi Anak: dilarang seperti disuruh, disuruh seperti dilarang”.

Seperti yang dikutip dari bunayyakids.com tapi ada penjelasan lain lagi mengapa kata-kata larangan bukannya mencegah malah seolah memicu sebuah perilaku yang dilarang.

Otak adalah pengolah gambar, bukan pengolah kata. Ketika kita mendengar sebuah kata, maka otak akan mencari atau menciptakan gambar yang mewakili kata tersebut.

Ketika kita mendengar kucing, maka bukan kata “k u c i n g” yang muncul di benak, tapi bayangan seekor kucing. Bahkan kata “aliens” yang dalam kehidupan tidak pernah kita temui, tetap menghasilkan sebuah gambaran mengenai alien.

Apa akibatnya? Larangan dari orang tua pun memicu otak anak untuk menghasilkan gambaran yang mewakili perintah atau larangan tersebut. Larangan “Jangan lari” akan menghasilkan gambaran “anak-anak yang sedang gembira berlarian” di benak seorang anak.

Otak akan mengabaikan kata-kata jangan dan kata negatif lainnya, langsung fokus pada keadaan atau obyek dalam perintah atau larangan.

Apa yang terjadi ketika gambaran itu yang muncul di benak anak? Tentu anak langsung ingin berlari. Mengapa? Bayangan yang muncul di benaknya justru memotivasi anak untuk melakukannya.

Simpelnya, larangan menggunakan kata jangan justru berpotensi memotivasi anak untuk melakukannya. Bila anak melakukan tindakan meski telah dilarang itu tidak selalu berarti anak bandel, tapi begitulah cara kerja otak.

Otak justru menciptakan gambaran positif dari larangan orang tua yang memancing anak untuk melakukan tindakan sesuai gambaran positif tersebut. Lalu baiknya bagaimana?

Perlu diingat bahwa perintah atau larangan pada dasarnya bertujuan membentuk suatu perilaku anak. Oleh karena itu, ayah ibu bisa fokus pada perilaku anak yang ingin dibentuk, bukan perilaku yang ingin dihindari.

Dari contoh diatas, “jangan lari” tidak efektif karena pada dasarnya menyatakan perilaku anak yang ingin dihindari. Sebelum memberi perintah atau larangan, bayangkan perilaku anak yang ingin dibentuk, bila telah ada bayangannya, sampaikan dalam bentuk perintah atau larangan. Misal: “Adik jalan saja ya ke tamannya” atau “lomba jalan paling rapi yuk”.

Apa tidak boleh menggunakan larangan dengan kata jangan atau kata negatif lainnya (tidak boleh, tidak baik dll)?

Boleh, selama ayah ibu menyampaikan perilaku positif yang ingin dibentuk.

Jadi kalau lengkap “adik jalan saja ya ke tamannya, jangan lari”. Dengan pernyataan lengkap tersebut, bayangan yang muncul di benak anak relatif netral.

So, yang perlu digarisbawahi bukan kata jangan itu tidak boleh tapi sampaikan dengan lengkap sesuai maksud dan tujuan kita (proporsional). [Asa]

Advertisement
Advertisement