April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Kerusuhan Berdarah Di Rutan Mako Brimob

4 min read

JAKARTA – Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan bahwa saat ini narapidana terorisme telah mengusai seluruh blok yang ada di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, termasuk blok tempat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ditahan. Menurut Setyo, napi terorisme menguasai enam blok tahanan terletak di dalam tiga gedung.

“Satu rutan ada enam blok, sekarang semua sudah dikuasai,” ujar Setyo saat memberikan keterangan di Markas Korps Sabhara Baharkam, Depok, Rabu (9/5/2018).

“Gedung A, B, C itu sudah dikuasai semua, memang semua tahanan itu ada di situ semua. Satu kompleks ada 6 blok,” ucap Setyo saat ditanya soal tempat Ahok ditahan.

Setyo menuturkan pihaknya belum bisa memastikan kondisi tahanan yang lain. Sebab, polisi kesulitan untuk masuk ke area rutan yang dikuasi oleh penyandera. Ia juga belum bisa memastikan jumlah napi teroris yang menjadi pihak penyandera. Namun, kata Setyo, ada sekitar 30 sampai 40 orang yang pertama kali melakukan provokasi kericuhan dan membobol teralis besi tahanan di gedung C. Kelompok tersebut kemudian menguasai seluruh area Rutan Mako Brimob.

“Sekitar 30 sampai 40 orang dari kelompok yang keras. Artinya mereka yang awalnya melakukan provokasi,” kata Setyo.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal mengungkapkan bahwa terdapat korban jiwa dalam insiden keributan antara narapidana terorisme dan beberapa polisi di Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok, pada Selasa (8/5/2018) malam. Menurut Iqbal, lima polisi gugur dan satu narapidana tewas dalam insiden tersebut. Satu narapidana terorisme itu ditembak karena melawan dan merebut senjata petugas.

“Kami sampaikan bahwa kejadian insiden ini memakan korban jiwa. Ada lima rekan kami dan satu dari mereka (narapidana terorisme) terpaksa kami lakukan upaya kepolisian karena melawan dan mengambil senjata petugas,” ujar Iqbal saat memberikan keterangan pada awal media yang meliput tak jauh dari gerbang Mako Brimob, Rabu (9/5/2018).

Saat ini, kata Iqbal, enam jenazah sudah di bawa ke RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. “Rekan kami yang gugur saat ini sudah di RS Polri Kramat Jati,” kata Iqbal.

Sementara itu, masih ada satu anggota polisi yang disandera oleh narapidana terorisme di dalam rutan Mako Brimob. Namun ia memastikan pihak kepolisian telah mengamankan situasi sehingga tidak akan melebar ke luar area Mako Brimob. Selain itu, proses negosiasi pun masih terus dilakukan.

“Satu rekan kami masih di dalam sedang disandera saat ini di tengah situasi kondusif kami dapat mengamankan situasi dan memblokir tahanan tersebut sehingga tidak melebar keluar. kami terus melakukan negosiasi,” ucapnya.

Iqbal menuturkan, insiden antara narapidana terorisme dan beberapa polisi berawal dari keributan antara tahanan dan petugas kepolisian.

 

Keributan tersebut bermula dari penolakan pihak keluarga narapidana terorisme saat polisi hendak memeriksa makanan yang dibawa. Ketika itu pihak keluarga bermaksud menjenguk salah satu narapidana terorisme.

“Bahwa pemicunya adalah hal yang sepele, pemicunya adalah masalah makanan,” ujar Iqbal. Iqbal menegaskan, sesuai standar prosedur operasional, seluruh makanan yang berasal dari luar dan diberikan kepada tahanan harus melalui pemeriksaan.

“Sesuai SOP memang makanan diverifikasi oleh kami apakah ada barang-barang lain, itu terjadi keributan, cekcok,” kata Iqbal.

Saat terjadi keributan beberapa petugas polisi disandera. Ada enam polisi yang disandera sejak kemarin dan senjata diduga direbut oleh para tahanan narapidana teroris.

“Sehingga langkah-langkah yang kami ambil pertama melakukan upaya kepolisian untuk mengendalikan situasi. Alhamdulillah situasi sejak kemarin hingga hari ini sangat terkendali karena kami mengutamakan upaya persuasif yaitu negosiasi kepada beberapa tahanan yang ingin dan mau diajak untuk komunikasi,” tuturnya.

 

Kelebihan Kapasitas Dituding Menjadi Sebab

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan bahwa persoalan kelebihan kapasitas menjadi salah satu penyebab terjadinya insiden penyanderaan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, sejak Selasa (8/5/2018) malam. Menurut Setyo, jumlah narapidana saat ini sudah melebihi kapasitas yang bisa ditampung dalam rumah tahanan.

“Terus terang jumlahnya memang sudah over kapasitas juga,” ujar Setyo saat memberikan keterangan pers di Markas Korps Sabhara Baharkam, Depok, Rabu (9/5/2018).

Meski demikian, Setyo belum bisa menyebutkan secara pasti jumlah narapidana yang ditampung di empat blok rutan.

“Satu ruangan itu tidak begitu pasti tapi memang di situ ada beberapa blok, blok A, B, C, D, yang diisi. Jumlahnya mungkin sudah cukup penuh, di luar dari kapasitas normal,” kata Setyo.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal mengungkapkan bahwa insiden di Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok, pada Selasa (8/5/2018) malam berawal dari keributan antara tahanan dan petugas kepolisian. Keributan tersebut bermula dari penolakan pihak keluarga narapidana terorisme saat polisi hendak memeriksa makanan yang dibawa. Ketika itu pihak keluarga bermaksud menjenguk salah satu narapidana terorisme.

“Memang di media-media maupun media sosial berkembang. Nah saya kan ada di TKP sejak tadi malam. Saya lihat tahap demi tahap. bahwa apa yang diklaim oleh si A, B dan lain lain itu sama sekali tidak benar,” ujar Iqbal daat memberikan keterangan pada awal media yang meliput tak jauh dari gerbang Mako Brimob, Rabu (9/5/2018).

“Bahwa pemicunya adalah hal yang sepele, pemicunya adalah masalah makanan,” ucapnya.

Iqbal menegaskan, sesuai standar prosedur operasional, seluruh makanan yang berasal dari luar dan diberikan kepada tahanan harus melalui pemeriksaan.

“Sesuai SOP memang makanan diverifikasi oleh kami apakah ada barang-barang lain, itu terjadi keributan, cekcok,” kata Iqbal.

Akibat insiden tersebut lima polisi gugur dan satu narapidana tewas dalam insiden tersebut. Satu narapidana terorisme itu ditembak karena melawan dan merebut senjata petugas. Sementara, satu anggota Densus 88 masih disandera, yakni Brigadir Kepala Iwan Sarjana. [Kristian Endarto]

Advertisement
Advertisement