April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Kodratmu Perempuan, Bukan Lesbian

4 min read

Sebagai manusia yang mempercayai ajaran agama, salah satu beban berat dalam hidupku adalah perilaku anak perempuanku yang menyimpang dari kodratnya. Sejak dia lahir hingga dia beranjak remaja, kami selalu memberikannya pendidikan dan ajaran yang diatur oleh agama. Namun en tah kenapa,mulai dua tahun sejak kepergiannya di Hong Kong hingga sekarang dia telah delapan tahun bekerja disana, anak perempuanku lepas dari takdirnya. Perilaku seksualnya menyimpang. Anak perempuankku terjerumus dalam dunia lesbian.

Sebagai orang kampung, awalnya kami tidak tahu dengan istilah lesbian. Sehingga, saat beberapa tetangga mendesas-desuskan kabar anakku lesbian, kami masih belum paham. Yang kami pahami hanyalah perubahan penampilannya yang pada mulanya di kamppung dia terbiasa memakai jilbab sejak lulus sekolah dasar sampai lulus Madrasah Aliyah, saat cuti usai dua tahun pertama bekerja di Hong Kong, penampilan anakku tak ubahnya seperti laki-laki.  Rambutnya dipotong pendek bahkan beberapa bagian dicukur gundul, pakaian yang dikenakan juga model pakaian laki-laki.

Kami menjemput kedatangan anakku di bandara sesuai dengan permintaannya. Pada saat itulah kali pertama kami melihat perubahan penampilan anakku. Dia keluar bergandengan dengan seorang perempuan yang juga datang dari Hong Kong dengan penampilan yang feminim. Namun usai berbasa-basi sebentar, perempuan yang bersama anakku tersebut berlalu mengikuti mobil jemputan keluarganya dengan arah tujuan yang berbeda.  Sebelum berpisah, kami mellihat cara berpelukan dan berciuman mereka ganjil. Tidak seperti cara berpelukan dan berciuman antara sesama perempuan yang sewajarnya.

Liburan anakku selama dua minggu berlalu tanpa ada masalah, meski kami sempat mendapat jawaban mengenai perubahan penampilannya lantaran tuntutan pekerjaan yang membuatnya seperti itu. Anakku mengatakan bahwa pekerjaan yang harus dilakukan di rumah majikannya beberapa diantaranya adalah pekerjaan laki-laki. Namun kami tidak sempat menyinggung perihal cara dia berciuman dengan temannya yang diluar kewajaran saat di bandara.

Permasalahan mulai muncul, saat tiba-tiba anakku mengutarakan keinginannya untuk menikahi teman perempuannya. Hal itulah yang membuat suamiku murka. Semakin suamiku menentang rencana anakku, semakin kuat perlawanan anakku untuk terus membangun hubungan sesama jenis. Dan pada akhirnya, saat anakku mengirimi kami foto mesra antara dia dengan seorang perempuan yang menurut anakku adalah pasangan lesbiannya, suamiku syok. Suamiku jatuh sakit, dan beberapa hari kemudian meninggal dunia.

Tentu semua sangat terpukul dengan meninggalnya suamiku. Terlebih lagi setelah mengetahui sebab musabab yang membawa suamiku sampai meninggal dunia. Mendengar kabar itu, Anak perempuanku sempat pulang ke rumah untuk melihat gundukan tanah dimana bapaknya dikebumikan. Dan terhadap adiknya, anakku menyatakan bahwa kejadian tersebut merupakan resiko dari sebuah pilihan.

Konflikpun tak mampu dihindari. Akak keduaku yang tidak terima dengan kelakuan kakaknya hingga mengakibatkan nyawa bapaknya menjadi tumbal, marah habis-habisan. Namun anakku yang lesbianpun tak mau kalah, dengan berdalih hak asasi manusia, jalan yang dia pilih menjadi lesbiaan merupakan jalan yang tidak salah.

Sejak saat itu, komunikasi kami sekeluarga dengan anak perempuankku putus sampai dengan kira-kira tiga tahun yang lallu saat teknologi informasi sudah menyebar luas, melaluui jejaring sosial, anak laki-lakiku secara tidak sengaja menemuukan akun facebook anak perempuanku yang bekerja di Hong Kong.

“Ini mak, Yuli semakin gila sekarang. Dia tidak menyebut dirinya Yuli lagi, tapi dia menyebut dirinya dengan nama laki-laki. Dan ini foto-fotonya dengan perempuan yang mau nikahi dulu itu” tutur anak lelakiku saat menunjukkan temuannya.

Hal yang paling memedihkan hatiku sebagai ibu yang telah melahirkan Yuli adalah, kondisi Yuli yang sampai saat ini telah keluar dari takdirnya. Apalagi dalam beberapa foto mesra Yuli dengan perempuan yang menjadi pasangannya, tergambar bahwa mereka sedang merayakan hubungan keduanya pada tahun yang ketujuh.

Melalui upaya anak laki-lakiku, akhirnya kami terhubung dan bisa berkomunikasi kembali dengan Yuli. Dalam beberapa komunikasi kami, aku meminta Yuli untuk bertaubat. Kembali ke fitrah dia sebagai perempuan. Berkali-kali aku mengingatkan ahzab Allah atas perbuatannya. Namun setiap kali aku ingatkan, Yuli selalu menyangkal dengan berbagai macam dalih. Malah pernah dalam salah satu sangkalannya, Yuli mengata-ngatai aku ibunya ini sebagai perempuan desa yang tidak melek informasi dan sempit wawasan.

Komunikasi antara kami dengan Yuli pun putus kembali. Akun facebook Yuli tidak bisa kami lihat lagi, nomer yang dia gunakan uuntuk berkomunikasi dengan kami juga sudah tidak aktif lagi sampai saat ini. Namun, beberapa tetangga kami yang datang dari Hong Kong maupun yang sedang berada di Hong Kong sering memberi kabar ke kami bahwa Yuli masih menjadi seorang lesbian di Hong Kong dengan segala perilaku dan aktifitasnya.

Jika Yuli membaca tulisan ini, tolong nduk, kembalilah ke kodratmu. Bertaubatlah kepada Allah SWT. Perilakumu yang menyimpang saat iini merupakan dosa. Kamu telah melanggar ajaran Allah dan Rasulullah. Tidakkah kamu ingat pelajaran tarikh saat kamu masih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, di Madrasah Tsanawiyah, dan di Madrasah Aliyah akan sejarah nabi-nabi ? Bagaimana ahzab Allah yang diturunkan kepada kaum Nabi Luth ?

Yuli, sekali lagi, ingatlah nduk, ingat Allah, ingat tuntunan yang diajarkan Rasulullah. Kembalilah ke jalan yang benar, tinggalkan dunia lesbian. Sadarlah, kebenaran ajaran Allah adalah mutlak tidak ada yang mampu mengalahkan. Janganlah kamu berdalih HAM, sebab itu hanyalah ajaran yang bersumber dari pemikiran manusia. Jadilah perempuan normal, tinggalkan dunia lesbian.  [Seperti dituturkan Salamah kepada Asa dari Apakabar]

Advertisement
Advertisement