April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

LAYANAN simPadu-PMI & KABINET ARABIKA PEMPROV JATIM SABET PENGHARGAAN TOP INOVASI

3 min read

SURABAYA – Kolaborasi Pembinaan Ekonomi Terpadu Kopi Arabika (Kabinet Arabika) serta Sarana Informasi dan Pelayanan Terpadu Pekerja Migran Indonesia (simPadu-PMI) Provinsi Jawa Timur berhasil masuk jajaran 99 Top Inovasi Pelayanan Publik Nasional Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tahun 2018. Saat ini, kolaborasi layanan publik tersebut sedang dalam proses penilaian menjadi 40 top inovasi nasional, sekaligus inovasi unggulan Jatim.

Kedua inovasi layanan publik tersebut telah dipaparkan oleh Gubernur Jatim Soekarwo di Kantor Kemenpan RB, Jalan Jendral Sudirman Kav. 69, Jakarta, Selasa (17/7), pada acara presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemda, BUMN, dan BUMD yang berlangsung pada 9-23 Juli 2018. Bertindak sebagai panelis atau tim penguji, yakni Prof. JB Kristiadi, Prof. Eko Prasojo, Dr. Wawan Sobari, Nurzaman Mochtar, dan Indah Suksmaningsih.

Dalam paparannya, Pakdhe Karwo – sapaan akrab Gubernur Jatim – antara lain menjelaskan, Kabinet Arabika merupakan salah satu cara mengajak petani di Jatim untuk lebih sejahtera. Konsep dasar dari inovasi Kabinet Arabika adalah memberikan nilai tambah kepada petani kopi, khususnya arabika, yang peminat dan harga pasarnya 2,5 kali lipat lebih bagus dibandingkan dengan kopi robusta.

Agar nilai tambah petani meningkat, lanjut Pakdhe Karwo, perlu dilakukan intervensi pemerintah. Mulai dari kualitas dan kuantitas bibit di petani, pendampingan pada saat tanam dan panen, pengolahan produksi di tingkat petani, pemasaran, sampai dengan pembiayaan berbunga rendah.

Langkah tersebut dilakukan, antara lain, karena munculnya berbagai permasalahan. Misal, lambatnya pengembangan kopi arabika yang disebabkan oleh kualitas bibit yang tidak unggul. Lalu, kualitas produksi yang kurang berdaya saing atau asalan, hanya menghasilkan produk primer berupa biji, serta terbatasnya akses permodalan dan pemasaran.

Melalui inovasi tersebut, menurut gubernur asal Kebonsari – Madiun ini, pendapatan petani bertambah besar atau menjadi lebih sejatera. Awalnya, pendapatan petani hanya sebesar Rp 70,3 miliar/tahun/hektar atas penjualan biji kopi hijau (greenbean) asalan – kopi yang diambil tanpa melihat tingkat kemasakan. Setelah menggunakan inovasi ini, pendapatan petani meningkat menjadi Rp 266,6 miliar/tahun/hektar, atau naik 378 persen ketika menjual dalam bentuk greenbean premium. Sementara itu, ketika kopi dijual dalam bentuk biji yang sudah disangrai (roasted bean) nilainya menjadi Rp 643,1 miliar atau naik 913 persen.

Ditambahkan, pengembangan kopi arabika di Jatim selama ini meliputi area lahan seluas 16.691 ha dengan total produksi mencapai 6.829 ton/tahun.

Sementara, prospek pengembangan kopi arabika Jatim sendiri didukung dengan potensi lahan sebesar 30.520 ha, yang tersebar di kawasan pengembangan Ijen Raung seluas 13.700 ha, Argopuro 3.200 ha, Bromo Tengger Semeru 10.120 ha, dan Wilis seluas 3.500 ha.

Sementara itu, terkait inovasi sim-Padu PMI, Pakdhe Karwo menjelaskan, inovasi terutama berupa pendirian layanan satu atap, pembuatan layanan aplikasi informasi kerja, konsultasi dan pengaduan berbasis online, dan konsultansi pemberdayaan pekerja migran Indonesia (PMI) Jatim. Inovasi ini antara lain mampu mengubah pengiriman para pekerja migran asal Jatim dari sektor informal menuju sektor formal, sehingga lebih memberikan perlindungan terhadap para PMI dan turunnya pekerja migran bermasalah di tempat kerja.

Dengan inovasi ini, lanjutnya, para pekerja formal terdata dan terakses melalui sistem di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Jatim dan kementerian terkait. Sehingga, permasalahan yang ada bisa terdeteksi untuk diberikan bantuan penyelesaian. Sedangkan untuk sektor informal yang sering terjadi permasalahan, pihaknya terus melakukan pembenahan melalui peningkatan kualitas Balai Latihan Kerja.

 

Jatimnomics dan Jatimetik Ciri Khas Jatim

Terhadap presentasi Pakdhe Karwo, panelis JB Kristiadi memberikan pujian, seraya menyebut konsep Kabinet Arabika sebagai solusi terhadap sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia. ”Apa yang dikerjakan oleh Jatim bisa diproyeksikan ke tingkat nasional, terutama dalam memberikan nilai tambah, pendampingan hingga akses permodalan,” jelasnya.

Sementara itu, panelis Wawan Sobari mengilustrasikan paparan Gubernur Jatim tidak terlepas dari konsep Jatimnomics yang memberi perhatian pada sektor hulu-hilir. Inilah konsep yang bertujuan memberikan nilai tambah bagi petani, khususnya kopi, yang sangat memberikan manfaat bagi para petani.

Demikian pula konsep Jatimetik, di mana pekerja migran asal Jatim diberikan nilai-nilai etika dan moral yang menjadi ciri khas dari masyarakat Jatim, selain kompetensi dan keahlian yang dimiliki. Dengan upaya tersebut, pihak mitra senang melihat kinerja PMI Jatim yang berkompeten dan relatif patuh kepada pimpinannya. [ASA]

Advertisement
Advertisement