April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Lestari Taylor Survive di Kampung dari Jasa Menjahit

3 min read

BLORA – ”Modal utamanya itu telaten, sabar, ulet dan harus cerdik menyiasati keadaan yang selalu berkembang,” ucap Rahayu Lestari, saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com perihal proses kreatifnya menjalankan usaha jasa menjahit.

Ketrampilan menjahit yang dimiliki Lestari bukanlah hasil besutan sebuah organisasi ataupun lembaga baik milik BUMN maupun KJRI di Hong Kong. Combatan Negeri Beton tahun 2012 ini mengaku, dulu semasa masih di Hong Kong, ia lebih sering bergabung dengan ketrampilan potong memotong rambut, bersama komunitas-komunitas kecil di Victoria Park.

”Awalnya, saya tertarik ingin membuka salon potong rambut dan perawatan kecantikan. Tapi karena di sini sudah banyak pesaing, saya yang pendatang baru tak mampu bertahan. Akhirnya saya banting setir, mengawali sesuatu yang awalnya hanya berangkat dari keterbatasan saja,” lanjutnya.

Ketika Lestari berencana mengakhiri kerjanya di Hong Kong untuk seterusnya, beberapa bulan sebelum pulang, ia – dibantu ayahnya – mempersiapkan usaha salon potong rambut dan kecantikan di kampungnya, Dusun Krajan, Desa Mandenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Tidak sedikit modal yang ia gelontorkan. Sebagian peralatan ia peroleh dari jaringan yang ia miliki dan membelinya secara online. ”Saat saya pulang, semua sudah siap. Bulan kedua di rumah, saya memulai membuka salon, tapi tidak laku. Akhirnya, setelah hampir setahun jalan di tempat, ada yang mau ngganteni peralatan yang sudah saya beli. Dia teman saya juga waktu di Hong Kong, sering belajar bareng di Victoria Park, rumahnya di Purwodadi,” tuturnya.

Meskipun merugi karena asetnya dijual murah, namun semangat Lestari untuk mewujudkan gagasan usaha yang tidak sengaja ia dapatkan, sangat kuat. ”Saat melihat salon teman yang membeli peralatan saya, kakaknya buka usaha menjahit di sebelah salon. Di situ saya melihat dan mulai tanya-tanya. Sesampai di rumah, saya melihat-lihat lagi, ternyata di sini belum ada yang buka usaha jahitan,” lanjutnya.

Dengan modal awal sebesar Rp 10-an juta pada 2013, akhirnya Lestari memutuskan untuk mengawali usaha menjahit. Namun, sebelumnya, selama hampir tiga bulan ia magang di usaha jahit kakak temannya di Purwodadi.

Target utama yang ia bidik di awal usaha adalah menawarkan jasa menjahit seragam sekolah. Ia keluar masuk beberapa sekolahan, yang kebetulan saat itu sedang menghadapi tahun ajaran baru. Sukses dari order menjahit seragam sekolah, saat musim menjahit seragam sekolah sudah selesai, Lestari masih kedatangan pelanggan baru dengan berbagai permintaan.

”Akhirnya, bukan hanya sekolahan. Kelompok karang taruna, kelompok yasinan, kelompok pemuda desa, semua saya datangi. Saya tawari membuat seragam. Dan, alhamdulillah, hasilnya lumintu sampai sekarang,” papar Lestari.

Di luar musim mengerjakan seragam sekolah saat tahun ajaran baru (biasanya berlangsung antara Juni hingga Agustus), setiap bulan Lestari rata-rata masih menerima orderan jasa menjahit untuk berbagai keperluan. Keuntungan bersihnya berada di kisaran Rp 4-6 juta.

”Saya ngakali, Mas. Mencoba berinovasi. Dua tahun terakhir ini saya tidak hanya menjahit pakaian, tapi sekaligus menawarkan pengadaan kain untuk pakaian yang akan dijahit. Kampung kami kan jauh dari pusat kota. Bersyukur, tawaran ini membuat saya sering didatangi pelanggan yang maunya beres, tanpa perlu repot belanja kain ke kota,” lanjutnya.

Dengan inovasi menyediakan pengadaan kain, Lestari tentu mendapat dua kali keuntungan. Selain dari jasa menjahit, keuntungan dari pengadaan kain pun ia dapatkan. Menurut pengakuannya, berawal dari dua mesin: mesin jahit dan mesin obras, kini aset alat usaha yang ia miliki sudah bertambah. Dan, jika dinominalkan, nilai aset seluruh usahanya saat ini sudah tembus Rp 60-an juta.

Setahun belakangan, untuk menjalankan usahanya, Lestari juga sudah dibantu dua karyawan yang ia gaji bulanan. Lestari merasa, sudah saatnya merekrut karyawan, lantaran dirinya memiliki rencana untuk semakin melebarkan sayap usahanya.

Setahun ke depan, usaha menjahit yang selama ini telah berjalan efektif selama empat tahunan, akan ia upgrade dengan menambah usaha sablon dan cetak (printing). Tujuannya, agar ia juga bisa melayani pesanan konveksi lain. Misalnya, seragam olahraga, jaket hingga berbagai barang produk konveksi lainnya.

Ide untuk mengembangkan usaha ini berawal dari pengalaman pahit saat ia tertipu oleh tim sukses dalam momen sebuah pilkada (pemilihan kepala daerah). Ia mengaku merugi belasan juta rupiah lantaran barang yang telah dipesan dan diambil, sampai sekarang tidak kunjung dibayar.

Tak mau peristiwa pahit tersebut terulang, Lestari berencana membuat perencanaan yang lebih matang untuk memasarkan paket produk konveksinya yang bermerek ”Lestari Taylor”. ”Saya juga sedang mempersiapkan jaringan dan mempersiapkan modal, karena modal untuk itu juga tidak kecil,” pungkasnya. [ASA]

 

Advertisement
Advertisement