April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Letakkan Masa Lalumu Pada Tempatnya

3 min read

MEDIUN – Berdamai atau terjebak dengan masa lalu adalah kondisi yang harus kita sadari dalam diri kita. Ketika mendengar kata masa lalu, ada beragam perasaan yang muncul: pahit, sakit, dendam, amarah atau sukacita seperti perasaan haru, bahagia, memori indah, dan pembelajaran hidup. Bila sukacita yang dirasakan, maka beri apresiasi pada diri kita. Sementara itu, bila perasaan negatif yang dirasakan, mungkin jadi pertanda bahwa kita masih belum berdamai dengan masa lalu.

Unfinished Business

Sebagian dari kita mungkin tidak asing dengan istilah “unfinished business”. Unfinished business terjadi ketika kita masih merasa tidak nyaman dengan peristiwa yang telah berlalu. Ada yang mengatakan, ketika masih merasa sakit dengan peristiwa yang telah terjadi, maka kamu masih memiliki unfinished business. Ada juga yang menyatakan, perasaan bersalah, malu, sedih dan penyesalan yang muncul saat mengingat peristiwa dulu merupakan tanda adanya unfinished business dalam kehidupan.

Beberapa contoh sederhananya ialah: kala kita mendengar nama seseorang yang pernah menyakiti, kita masih merasa takut dan kesal. Saat kembali bertemu dengan atasan yang dulu pernah mempermalukan kita, muncul rasa geram dan keinginan untuk berkata kasar. Ketika kita kembali berkunjung ke tempat yang punya kenangan pahit, ingin rasanya segera pergi meninggalkan tempat itu. Bahkan, sedikit mengingat kisah lalu yang terasa pahit, kita langsung memberikan respons yang tidak baik-baik saja.

Respons yang kita tunjukkan secara sadar atau tidak merupakan tanda kita masih memiliki unfinished business atau sudah terselesaikan. Yang nantinya, diri kita sendirilah yang menentukan dan menilai itu semua.

Setiap Manusia Punya Kisah Masa Lalu

Setiap manusia pasti memiliki kisah masa lalu, entah kisah baik ataupun buruk. Kita sebagai manusia pun tidak bisa mengukur dan membandingkan pengalaman pahit yang pernah dialami dengan pengalaman orang lain. Mungkin bagi seseorang, suatu pengalaman bisa menjadi pengalaman yang begitu menyakitkan. Akan tetapi, bagi orang lain, itu hanya pengalaman biasa saja. Pada akhirnya, hanya diri kita sendiri yang mampu menentukan sakit atau tidaknya sebuah kisah yang telah berlalu.

Seyogyanya masa lalu ada untuk dua hal, yaitu menjadi pelajaran dan dinikmati apa adanya. Seberapa sedih ataupun bahagia kisah kita, akan selalu ada pelajaran yang dapat dipetik. Ketika kita telah berhasil memetik dan memaknai pelajaran tersebut, kita akan lebih mudah untuk menikmati apa yang sudah terjadi. Dengan begitu, kita merasa lebih nyaman untuk mengingat masa lalu.

Mengubah Pengaruh yang Dirasakan

Manusia tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita bisa mengubah pengaruh yang dirasakan dari kisah masa lalu. Masa lalu akan terus memengaruhi kehidupan selanjutnya sehingga kita perlu mencermati bagaimana pengaruhnya nanti terhadap diri kita.

Sebagai contoh, memiliki kenangan menyaksikan teman kita sendiri dirundung oleh orang lain. Sekalipun bukan kita yang menjadi objeknya, kita turut marah dan ingin rasanya membalas. Beberapa tahun kemudian, kita kembali bertemu dengan orang yang pernah merundung teman kita. Sekilas melihat saja, muncul rasa kebencian di hati kita. Pandangan kita terhadap orang tersebut pun penuh dengan keburukan dan tidak memedulikan pendapat baik akan dirinya.

Apabila kita terus membiarkan diri kita dipenuhi kebencian, maka kita akan semakin menyakiti diri kita. Menyakiti dengan membolehkan perasaan-perasaan negatif memenuhi pikiran, benci dan amarah menyelimuti hati kita, dan membuat kita lupa untuk melihat masih ada hal positif di luar sana.

Bila kita terlalu berfokus dengan kenangan pahit masa lalu, maka kita akan lupa untuk meniti langkah hidup selanjutnya. Akan menjadi lebih baik jika kita mampu mengubah pandangan itu semua. Bukannya membiarkan diri menikmati kebencian, tetapi melihatnya sebagai suatu pelajaran berarti untuk semakin kuat bertahan.

Selain itu, cobalah untuk memaknai kisah masa lalu kita. Memaknai dengan menuliskan di buku harian ataupun dengan bercerita kepada orang terdekat. Sembari kita melakukan itu, kita belajar untuk mereka ulang kisah yang terlah berlalu. Dengan begitu, muncul hal-hal yang mungkin selama ini kita tidak sadari. Lupa menyadari bahwa ada hal-hal baik, yang dapat menjadi bekal untuk perjalanan hidup kita selanjutnya.

Diri Kita yang Memegang Kendali

Sekalipun kisah itu pahit, selama kita mampu memberi tameng pada diri, maka kita bisa bebas dari jebakan masa lalu. Kita juga mampu berdamai dengan apapun yang telah terjadi di waktu dulu. Baik atau buruknya pandangan kita terhadap masa lalu, tergantung pada cara kita menilai dan memaknai peristiwa itu. Adalah tantangan bagi diri kita semua untuk mengubah kepahitan yang ada menjadi suatu hal yang manis untuk dikenang. Itu semua memang membutuhkan proses dan waktu, namun bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan bukan? [Asa]

Advertisement
Advertisement