April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

MEMBANGUN PRIBADI BERKUALITAS KOMUNIKASI

2 min read

CAUSEWAY BAY – Komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup manusia. Unsur paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekadar apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya mendengar kalimat yang disampaikan, tetapi juga membaca dan menilai sikap kita.

”Apa bedanya mendengar dan menyimak? Kalau mendengar, itu fungsi telinga, kita pasti mendengar. Tapi menyimak, itu lebih dari sekadar mendengar. Kalau ada orang berbicara, kita harus melakukan apa? Memandang yang kita ajak bicara,” ungkap Maya Amalia Palapah, S.Pd, M.Si dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) saat pelatihan ”Membangun Pribadi Berkualitas” di Ruang Ramayana, KJRI Hong Kong, Minggu (11/11).

Menurut dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba tersebut, yang pertama harus dikuasai untuk berkomunikasi dengan baik adalah mendengarkan. ”Pada saat bersama suami, seringkali terjadi konflik, kenapa? Karena sama-sama mempunyai ego yang tinggi. Yang satu pengin ngomong, yang lain ingin menimpali, akhirnya tidak beres-beres masalahnya,” kata Maya.

Maya menambahkan, suatu pesan atau informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi tujuh syarat komunikasi efektif atau dikenal juga dengan 7C, yakni: Correctness (benar), Clarity (jelas), Conciseness (ringkas), Completeness (lengkap), Consideration (penuh pertimbangan), Concretene (nyata), dan Courtesy (sopan).

”Komunikasi yang efektif itu kalau kita ngomong flashback-nya sesuai dengan apa yang kita bicarakan. Jadi, kalau hendak berbicara, yang pertama kita harus paham dan tidak sepotong-potong. Sebab, jika sepotong-potong, nanti informasinya tidak dapat dan bisa salah persepsi. Singkat dan tidak boleh terlalu banyak lebay-nya. Juga, empati atau memahami perasaan orang lain,” ujarnya.

Faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat terbangunnya komunikasi yang efektif di antaranya: perbedaan status (status effect), bahasa (sematic problems), perbedaan cara pandang (perceptual distortion), perbedaan budaya (cultural differences), lingkungan fisik (physical distractions), serta tidak ada respon (no feedback).

”Faktor penghambat dalam komunikasi, bahasa itu sudah pasti. Intinya, dalam berkomunikasi kita harus bisa mendengarkan, baru ngomong. Dalam berbicara juga harus memperhatikan orang lain, harus senyum dan memandang muka lawan bicara,” tambahnya. [hanna]

Advertisement
Advertisement