April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menabur Asa di 2019

5 min read

Tahun 2018 telah meninggalkan kita. Berbagai moment penting di tahun 2018 akan tinggal kena­ngan. Berbagai peristiwa penting, baik itu politik, olahraga, maupun bencana yang melanda negara kita akan dijadikan catatan sejarah perja­lanan bangsa Indonesia. Moment penye­le­ng­garaan Asean Ga­mes, yang diimbangi dengan berbagai prestasi atlet Indonesia di ajang tersebut men­jadi sebuah kebangggan. Suksesnya pe­­nye­leng­garaan moment olahraga ter­sebut juga menjadi catatan sejarah bangsa ini.

Tetapi di sebalik itu, peristiwa lain seperti OTT pada pejabat kita menghiasi tahun 2018. Baik itu menimpa anggota DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Men­teri atau pun pejabat lain menjadi catatan panjang kasus korupsi di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah ironi ma­nakala tidak sejalan dengan revolusi men­tal yang dicanangkan Presiden Jokowi agar Indo­nesia bersih dari berbagai kasus korupsi.

Selain itu, berbagai bencana dan mu­sibah juga terjadi di tahun 2018. Lan­tai di gedung Bursa Efek Indone­sia run­tuh dan menyebabkan 77 orang terluka. Mu­­sibah tenggelamnya Kapal feri di Danau Toba, Sumatera Utara. Diperkira­kan sekitar 3 penumpang tewas, 21 pe­num­pang cedera, dan 164 penum­pang hi­­lang. Gempa bumi di Lom­bok ber­ke­kua­tan 7 skala richter menyebabkan 390 orang tewas dan 1.447 orang luka-luka.

Gempa dan tsunami di Sulawesi Te­ngah berkekuatan 7,4 skala richter me­nye­babkan 2.088 orang tewas, 10.679 orang luka-luka, 5.000 orang hilang. Serta banjir dan longsor di berbagai daerah juga menjadi catatan penting tahun 2018. Juga peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang di tanjung Karawang yang menewaskan 181 penum­pangnya. Dan yang terbaru mu­sibah amblasnya Jalan Gubeng di Su­rabaya, serta tsunami di Selat Sunda dengan jumlah korban diperkirakan 373 mening­gal, 1459 terluka serta 128 hilang 5361 orang mengungsi (sampai artikel ini ditulis).

Berita lain yang tak kalah pentingnya yang terjadi di tahun 2018 adalah k­e­rusuhan dan penyanderaan sejumlah ang­gota brimob dan densus 88 selama 36 jam oleh 156 Napi Terorisme di Mako Bri­mob, Kelapa Dua, Depok. Pada peris­tiwa tersebut 5 perwira Polri gugur dan 1 napi teroris tewas, sedangkan 4 per­wira Polri luka berat/ringan. Juga pe­ristiwa Pengeboman di Surabaya dan Si­doarjo. Ledakan bom di Pasuruan, Jawa Ti­mur, 1 anak terluka. Kemudian yang ter­baru adalah kerusuhan yang dilakukan oleh Kelompok kriminal bersenjata (KKB) diduga membantai sejum­lah pekerja di Distrik Yigi, Nduga, Papua. Menurut data, setidaknya 24 orang di­kabarkan tewas dalam serangan terhadap pe­kerja dari PT Istaka Karya itu.

Berdasarkan paparan yang penulis sam­paikan di atas, kita tentu berharap ada harapan di tahun 2019. Tahun po­­li­tik de­ngan eskalasi pertarungan po­litik me­milih para wakil rakyat yang men­­duduki lem­baga legislatif maupun pe­mimpin negara 5 tahun ke depan. Di ta­ngan merekalah kelak digantungkan peru­ba­han, baik ekonomi, sosial, budaya, dan po­litik. Mampu membawa Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan pe­radaban dunia. Menjadi negara yang maju, menjadi negara yang mandiri, dan berpengaruh di Asia Tenggara, de­ngan men­junjung tinggi pluralis­me, ber­bu­daya, religius, menjun­jung tinggi nilai-nilai etika sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

 

Harapan di Tahun 2019

Jika melihat berbagai fenomena yang terjadi pada tahun 2018, baik itu peristiwa politik, bencana ataupun lainnya, tentu kita berharap perubahan pada tahun 2019. Op­timisme dalam menyam­but Tahun baru 2019 kepada kehidupan yang lebih baik. Khususnya dalam menghadapi Pileg dan Pilpres 17 April 2019. Aroma kon­testasi dengan bumbu-bumbu persai­ngan antara kedua belah pihak maupun para pendu­kung hendaknya jangan sam­pai memecah belah persatuan dan kesa­tuan bangsa.

Berbagai isu yang sengaja dilem­par­kan sebagai bahan kampanye juga harus bernilai positif menuju perubahan yang lebih baik. Pileg dan Pilpres harus ber­langsung langsung, bersih, jujur dan adil serta bermartabat. Tidak menggunakan segala cara untuk mencapai kemenangan. Siap kalah, siap menang dan bersikap fair play siapapun nantinya yang akan ter­pilih menjadi pemimpin negara khu­susnya di Pilpres 2019 nanti. Karena siapa pun nantinya yang terpilih, di pun­dak merekalah digantungkan harapan ma­syarakat Indonesia. Mampu mem­bawa Indonesia menjadi negara yang maju, adil, dan sejahtera sejajar dengan bangsa lain di dunia.

Dari segi ekonomi, masyarakat tentu ber­harap harga-harga kebutu­han pokok dapat terjangkau peng­hasilan mereka. Juga tarif dasar listrik (TDL) serta bahan bakar minyak (BBM) tidak semahal saat ini. Lapangan kerja juga harus tersedia. Sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan dinamis sesuai harapan mereka.

Pemimpin terpilih nantinya juga harus membawa perubahan dan perbaikan eko­nomi masyarakat. Juga mampu membuka la­pangan kerja baru dengan membang­kit­kan ekonomi masyarakat yaitu menumbuh­kan wirausaha baru dan usaha kecil mene­ngah perlu ditumbuh­kem­bang­kan kembali. Sehingga gairah eko­nomi kembali hidup menuju era industri 4.0 nanti.

Di bidang hukum, penega­kannya harus transparan serta tidak tebang pilih. Berbagai kasus korupsi, narkoba, hoaks, penistaan agama, persekusi ataupun ka­sus kriminalitas lainnya harus ditindak se­suai dengan hukum yang berlaku. Ja­dikan hukum sebagai panglima, sehingga siapapun yang bersalah harus dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan­nya.

Tidak membedakan apakah seseorang itu dari kalangan pejabat (atas) atau ma­syarakat biasa. Semua sama kedu­du­kan­nya di mata hukum. Yang bersalah harus menerima ganjarannya. Terlepas dari ber­bagai latar belakang kehidupannya. Inilah harapan kita di tahun 2019 nanti. Hukum dapat ditegakkan seadil-adilnya. Jangan hukum itu “tumpul ke atas tetapi tajam ke bawah”

Selain itu, masyarakat Indonesia juga membutuhkan jaminan keamanan dalam kehidupannya. Berbagai tindak kejahatan seperti pembunuhan, begal, perampokan dan lain-lain selalu mengintai mereka. Pada tataran yang lebih luas adanya tero­risme, radikalisme atau kelompok sipil bersenjata yang terjadi di Papua tentu men­jadi isu menarik di tahun 2018.

Untuk itu, aparat keamanan harus da­pat dapat memberikan rasa aman kepada ma­syarakat. Khusus­nya jika berada di pusat-pusat keramaian seperti mall, terminal atau tempat -tempat lainnya. Tidak terganggu dengan preman atau pelaku kejahatan lainnya. Per­soalan lain yaitu peredaran nar­koba, LGBT, yang juga makin mere­sah­kan. Jaminan rasa aman ini penting apalagi di tengah kontestasi politik di Pileg dan Pilpres, 17 April 2019 nanti. Hiruk pikuk kampanye jangan sampai menim­bul­kan gejolak antar pendukung salah satu paslon sehingga memunculkan kerawanan sosial di masyarakat.

Akhirnya kita berharap di tahun 2019 nanti terjadi berbagai perubahan seperti yang kita harapkan. Perubahan dalam bidang ekonomi, hukum, keamanan, sosial, menuju Indonesia yang lebih baik. Dijauhkan dari bencana yang datangnya silih berganti. Serta berbagai persoalan besar bangsa seperti korupsi, narkoba, serta maraknya LGBT.

Harapan ini merupakan doa kita menutup tahun 2018. Perayaan Tahun Baru yang selama ini identik dengan kemeriahan, pesta atau panggung hiburan perlahan kita kurangi atau bahkan kita tinggalkan mengingat banyak saudara-saudara kita yang mengalami musibah, seperti banjir, tanah longsor, maupun tsunami seperti di Lombok, Donggala, Palu, Banten maupun Lampung.

Kita ganti dengan zikir maupun doa bersama agar negara indonesia terhindar dari segala bencana dan marabahaya. Serta terpilihnya pemimpin bangsa yang mampu membawa perubahan menuju masyarakat Indonesia adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Mari kita songsong tahun 2019 dengan optimisme dan tekad yang kuat lebih baik dari tahun 2018. Amin***

Advertisement
Advertisement