April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mengenal Psikoneurotik (gangguan kecemasan) dan Cara Mengatasinya

3 min read

Orang neurotik kerap dicap buruk, mengingat karakteristik yang dikaitkan dengan sifat kepribadian mereka. Apa saja ciri-ciri orang neurotik?

Sebelumnya, penting untuk mengetahui apa itu neurotisisme. Secara ilmiah neurotisisme adalah kecenderungan jangka panjang untuk berada dalam keadaan emosional yang negatif atau cemas. Ini bukan kondisi medis tetapi sifat kepribadian.

Neurotisisme adalah salah satu sifat kepribadian big five bersama dengan extraversion, openness, agreeableness, dan conscientiousness. Model ini kerap digunakan dalam evaluasi kepribadian dan tes di berbagai budaya.

Menurut Dr. Benjamin B. Lahey dari Departemen Studi Kesehatan dan Psikiatri dan Perilaku Neuroscience di University of Chicago, walaupun neurotisisme bukan diagnosis medis atau masalah dalam kepribadian yang seimbang, memilikinya bisa memicu berbagai masalah kesehatan mental dan fisik.

 

Mari menyelisik tanda-tanda orang neurotik :

Suasana hati senantiasa berubah

Riset membuktikan orang yang sangat neurotik cenderung menanggapi stres dengan lekas marah, cemas, atau tanggapan emosional negatif lain. “Dasar-dasar neurotisisme adalah tingkat kecemasan dan volatilitas,” tulis psikolog Nathan C. Popkins. Singkatnya, orang yang sangat neurotik lebih sering mengalami perubahan suasana hati atau mood swing.

 

Mudah tertekan

Neurotisisme dicirikan oleh”reaktivitas emosional yang tinggi.” Orang neurotik punya kecenderungan merespons hal-hal kecil secara emosional. Sementara orang yang lebih stabil secara emosional cenderung tetap tenang.

 

Sering merasa khawatir

Karena mudah stres dan cenderung panik lantaran masalah-masalah kecil, orang neurotik juga cenderung khawatir. Frustrasi karena suatu hal yang bagi orang lain dianggap hal sepele bisa jadi masalah dan menyebabkan orang neurotik sampai merasa putus asa.

 

Memiliki gangguan kecemasan atau depresi

Sejumlah penelitian telah menunjukkan orang neurotik cenderung memiliki gangguan psikologis tertentu. Bisa depresi, kecemasan, hingga menyalahgunakan zat. Menjadi neurotik tidak berarti memiliki kelainan kepribadian, namun riset menemukan kaitan erat di antara keduanya.

 

Super sensitif

Dalam sebuah penelitian yang mengaitkan neurotisisme dengan gangguan suasana hati, peneliti Richard Zinbarg berteori “neurotisisme membuat orang lebih rentan terhadap emosi negatif–kecemasan, depresi, marah.” Pada dasarnya, orang-orang neurotik lebih sensitif daripada teman-teman mereka yang stabil secara emosional.

Psikolog klinis Zoya Amirin M.Psi, FIAS dalam perbincangan dengan Beritagar.id, Rabu (12/12) mengungkap perilaku tak sehat yang bisa menggiring orang pada neurotisisme. “Perilaku yang menuntut orang harus jadi super itu memicu sifat neurotik. Karena tidak ada orang yang sempurna,” ujar Zoya.

Individu yang sehat, menurutnya adalah yang bisa mengekspresikan emosi secara sehat. Bukan menahan dan menguburnya. “Kalau orang tidak mengekspresikan emosi dengan sehat malah bisa mengalami gangguan psikis,” imbuh Zoya.

Menurutnya anjuran untuk menghilangkan negativity dalam hidup bisa dibilang menyesatkan. “Justru hal-hal buruk itu yang membuat kita jadi diri sendiri. Itu harusnya di-embrace. Negativity itu harusnya diterima dan dikelola sebagai bagian dari diri kita dan hidup,” Zoya menjelaskan.

Ketidakmampuan menerima hal-hal negatif dalam diri bisa membuat orang jadi neurotik. Karenanya orang perlu belajar menerima kesalahan dan memahami bahwa hidup tidak sempurna.

Sebagian orang mungkin tidak kesulitan mempraktikkan ini. Namun, lain halnya bagi orang neurotik.

“Dia harus belajar mengelola stresnya, dan belajar menerima pergi ke psikolog bukan berarti kamu gila. Justru sebaiknya pergi ke psikolog sebelum jadi gila,” tegasnya.

Biasanya saat akan tumbuh secara emosional, orang akan dapat tantangan baru. Mana kala itu terjadi wajar jika seseorang menjadi gamang dan galau.

Penting untuk melihat celah dan belajar dari semua emosi itu. Namun, saat dalam situasi terpuruk siapapun akan sulit melihat jalan keluar. Karena itu dibutuhkan orang lain untuk membantunya keluar dari masalah.

“Semua orang yang mau belajar tentang emosinya. Kenapa merasakan apa yang dirasa, apa yang sebaiknya dilakukan dengan perasaan itu. Itu semua akan membantu menyembuhkan perilaku neurotik sehingga tidak berubah menjadi gangguan kepribadian,” pungkas Zoya.[Anindhita]

Advertisement
Advertisement