April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menjadi Sorotan, Limbah Medis COVID-19 Ancam Warga Bantaran Sungai Cisadane

2 min read

JAKARTA –  Sungai Cisadane yang mengaliri Kabupaten Bogor, Tangerang, dan bermuara di sekitar Tanjung Burung baru-baru ini menjadi sorotan media Inggris, Reuters. Pasalnya, sungai tersebut kini tercemar oleh limbah medis yang berpotensi menyebarkan virus corona.

Dalam artikel yang dimuat pada Selasa (01/09/2020), disebutkan banyak jarum suntik, masker wajah, dan baju hazmat mengapung di Sungai Cisadane. Hal ini menjadi ancaman penyakit bagi mereka yang bergantung pada sungai sepanjang 138 km itu untuk mandi dan mencuci baju. Padahal, Indonesia tengah berjuang untuk mengendalikan jumlah kasus COVID-19.

Limbah medis yang berpotensi menyebarkan virus corona itu awalnya menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang di Tangerang. Namun, pada bulan Mei, turap penyangga TPA jebol, sehingga berton-ton sampah longsor ke perairan hijau kecoklatan itu.

“Jujur, saya khawatir, tapi saya harus mencuci di sini,” ungkap warga setempat bernama Eka Purwanti kepada Reuters.

Saat itu, perempuan 36 tahun tersebut sedang mencuci baju di sungai, sedangkan anak-anak bermain di tepi sungai.

“Semoga tak terjadi apa-apa, meski saya tahu itu penyakit mematikan,” harapnya.

Seperti negara lainnya di dunia, jumlah limbah medis di Indonesia melonjak akibat pandemi COVID-19. Berbulan-bulan sejak TPA runtuh, Pendiri Bank Sampah Sungai Cisadane Ade Yunus telah berupaya membersihkan kanal.

“Kami pertama kali menemukan sampah medis setelah longsor. Awalnya, kami menemukan sekitar 50-60 barang setiap hari,” terangnya.

Kementerian Kesehatan Indonesia pun mengakui masalah ini. Mereka mengatakan ada 1.480 ton limbah medis COVID-19 dihasilkan di seluruh negeri dari Maret hingga Juni. Namun, negara ini tak punya fasilitas pengelolaannya dan sedang dicari solusinya.

“Peraturan baru yang mencakup pedoman seputar pengolahan limbah medis di setiap fasilitas kesehatan baru saja disahkan,” kata seorang pejabat kementerian bernama Imran Agus Nurali.

Sebagian besar fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk rumah sakit, saat ini mengandalkan pihak ketiga untuk membakar limbahnya. Tumpukan limbah ini membuat para pakar kesehatan masyarakat khawatir terhadap penyebaran penyakit, terutama bagi warga bantaran sungai.

“Jika limbah medis ini tersebar ke pemukiman warga dekat sungai, air yang digunakan warga di sana pun berpotensi tercemar. Hal ini berisiko menularkan COVID-19,” ujar Mahesa Paranadipa Maikel, ahli epidemiologi dari Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia.

Risiko ini rupanya juga disadari oleh warga bantaran Sungai Cisadane.

“Saya khawatir anak-anak tertular COVID-19 saat mereka berenang di sini. Itu sebabnya saya selalu melarang anak-anak saya berenang di sungai,” tutur Astri Dewiyani. []

Advertisement
Advertisement