April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menjemput Lailatul Qadar

2 min read

ApakabarOnline.com – Kaum muslim di dunia sejak memasuki malam tanggal 17 Ramadan mulai giat menjemput Lailatul Qadar, yang disebut dalam Alquran sebagai malam yang lebih baik dibanding 1.000 bulan itu. Sejumlah ulama menganjurkan untuk memperbanyak ibadah sejak memasuk fase maghfirah (puluh kedua) dan fase itqun minanar (puluh ketiga).

Rasulullah pada saat-saat akhir Ramadan dilukiskan menghabiskan waktunya dengan iktikaf, tinggal di masjid dalam keadaan suci. Para sahabat juga melaksanakan hal yang sama.

Seperti diketahui, masa-masa akhir Ramadan biasanya banyak yang mulai lemah fisiknya karena kurang pasokan nutrisi makanan dan kurang tidur. Karena itu dianjurkan iktitaf yang tidak mengeluarkan tenaga. Iktikaf hanya tinggal di dalam masjid dalam keadaan suci. Bisa diam saja, namun lebih utama jika kita laksanakan salat, zikir, dan baca Alquran.

Rasulullah tidak menjelaskan dengan perinci kapan lailatul qadar itu tiba. Memang, lailatul qadar termasuk malam misteri, yang disembunyikan Allah agar kita selalu mencarinya sejak awal Ramadan. Hanya, menurut Imam Al Ghazali, cara untuk mengetahui lailatul qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan pada tahun yang berjalan.

Jika hari pertama jatuh pada hari Ahad atau Rabu maka lailatul qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan. Jika hari pertama jatuh pada Senin maka lailatul qadar jatuh pada malam 21 Ramadan.

Jika hari pertama puasa jatuh pada Kamis maka lailatul qadar jatuh pada malam 25 Ramadan. Jika hari pertama jatuh pada malam Sabtu maka lailatul qadar jatuh pada malam 23 Ramadan. Jika hari pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka lailatul qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.

Karena kita memulai puasa Ramadan pada hari Kamis, 17 Mei, maka menurut kaidah dan rumus ini lailatul qadar akan jatuh pada malam tanggal 25 Ramadan atau Sabtu, 9 Juni malam. Al-Hasan menyebut bahwa selama ia hidup kaidah ini selalu tepat. Artinya, perhitungan Imam Ghazali ini akurat untuk bisa menentukan lailatul qadar.

Namun, Sayyid Bakri Satha dalam kitabnya terkenalnya I’anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258 mengutip pandangan lain.

Jika awal puasa jatuh pada hari Jumat, maka lailatul qadar akan lebih banyak datang pada malam tanggal 29. Jika jatuh hari Sabtu maka pada malam tanggal 21. Jika jatuh hari Ahad makan akan datang pada malam ke 27. Jika jatuh hari Senin maka akan jatuh tanggal 19.

Jika jatuh hari Selasa makan akan tiba pada malam 25. Jika jatuh pada hari Rabu pada malam 17. Lantas, jika awal puasa dimulai hari Kamis, maka perbanyaklah ibadah pada malam-malam tanggal ganjil sejak tanggal 10. Jadi, bisa jatuh malam tanggal 11,13, 15, dan 23 Ramadan 1439H.

Pada malam lailatul qadar akan terjadi suasana yang menyenangkan. Ibadah menjadi semakin khusyuk. Siang harinya terik matahari seolah tidak terasa panasnya.

Menurut Syaikh Ali Al-Jurjawi dalam Hikmah At-Tasyri’ wa Falsafatuhu, jika seseorang menemui suasana siang seperti itu, maka perbanyak ibadah. Menurutnya, siang hari kita masih memungkinkan mendapatkan keutamaan itu.

Yang jelas tiap malam jangan lupa bersedekah, salat tarawih, salat subuh berjemaah, banyak baca surah Al-Akhlas dan surah Al-Qadar. []

Advertisement
Advertisement