April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mewaspadai Anak Krakatau Masih Sering Keluarkan Dentuman Usai Tsunami

2 min read
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut). ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras.

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut). ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras.

PANDEGLANG – Dentuman dari anak gunung Krakatau di perairan Selat Sunda masih terjadi hingga Selasa (26/12/2018). Dentuman dengan interval yang cukup sering, sekira satu sampai tiga menit sekali, bunyi seperti ledakan.

Dari Desa Sumur hingga Desa Labuan, yang jaraknya lebih kurang 49 kilometer dentuman masih sangat terdengar. Dari kejauhan, dentuman terdengar disertai cahaya kilatan petir di atas anak gunung krakatau.

Menurut pedagang nasi Padang, sebagaimana dinukil dari Harian Merdeka Uni Gadis mengaku kalau dentuman sudah terasa sejak selama hampir satu tahun terakhir.

“Sudah lama itu (dentuman), sejak setahun yang lalu lah,” katanya saat ditemui di Desa Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa (25/12/2018) malam.

Katanya, warga mulai panik saat kembali mendengar dentuman usai tsunami terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam lalu. Di mana sebelumnya sudah terbiasa mendengar dentuman tersebut.

“Kalau dulu (dengar dentuman) itu biasa. Tapi pas malam Minggu itu sekarang jadi pada panik,” ujarnya.

Tsunami diduga akibat longsoran dari anak gunung Krakatau. Sedikitnya, 429 tewas dalam tragedi itu.

Kepala Desa Suka Rame, Kabupaten Pandeglang, Banten Jaenal mengaku ada empat orang warganya yang tewas menjadi korban tsunami. Di desa tempat ia tinggal ini ada sebanyak 130 Kepala Keluarga (KK).

“Ada empat orang yang meninggal, dua perempuan dan dua laki-laki,” kata Jaenal kepada merdeka.com di lokasi, Banten, Senin (24/12/2018).

Saat kejadian, ia dalam kondisi tertidur lelap bersama dengan 5 orang lainnya. Dan saat itulah, Jaenal yang sedang tidur di dalam kamar ini mendengar suara seperti orang sedang perang menggunakan senjata api.

“Saya bangun itu bukan dibangunin, tapi karena denger kaya dentuman orang lagi perang. Saya pikir juga itu tower jatuh, eh enggak taunya tsunami,” ujarnya. []

Advertisement
Advertisement