April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Musibah Banjir dan Longsor Di Mandailing Natal

4 min read

Beberapa warga berada di antara kayu yang terbawa arus sungai pascabanjir bandang yang terjadi, di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara, Sabtu (13 10 2018). Holik Mandailing Antara Foto

Di sebuah madrasah di Desa Muara Saladi, Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara, sekelompok anak masih belajar mengaji pada Jumat (12/10/2018) sore.

Sekolah agama sore para siswa dengan usia rata-rata 10 tahun itu berubah menjadi musibah ketika banjir bandang menerjang madrasah dengan sangat cepat.

Kapolres Mandailing Natal, AKBP Irsan Sinuhaji Sik mengatakan, berdasarkan keterangan warga saat terjadinya banjir bandang, siswa SD Negeri 235 sedang melaksanakan sekolah sore atau madrasah. Ada 29 siswa berusia 9-12 tahun sedang belajar agama.

Kejadian berlangsung mendadak. Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur dan meluap sehingga menerjang madrasah. Bangunan madrasah roboh menimpa anak-anak.

“Ada 29 korban dalam bencana ini, 12 orang di antaranya meninggal dunia. Masyarakat setempat dan disaksikan tim evakuasi dan kepolisian memakamkan korban meninggal,” ujar Irsan melalui Sindonews, Sabtu (13/10/2018).

Hujan deras yang melanda wilayah di Sumatra Utara dan Barat selama Kamis dan Jumat (11-12/10/3018) telah menyebabkan bencana banjir, banjir bandang dan longsor di beberapa tempat.

Data sementara yang dilaporkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatra Utara dan Barat mencatat, banjir dan longsor menyebabkan 22 orang meninggal, 15 orang hilang dan puluhan orang luka. Korban meninggal itu termasuk para siswa di Mandailing Natal.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis tertulisnya, Sabtu (13/10/2018), mengatakan korban tewas, hilang dan luka tersebar di 4 wilayah, yaitu di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat.

Banjir dan longsor melanda 9 kecamatan di Mandailing Natal yaitu Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal.

Dampak banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal lain adalah 17 unit rumah roboh, 5 unit rumah hanyut, ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian 1-2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. Ada delapan titik longsor berada di Kecamatan Batang Natal.

“Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban masih dilakukan. Kondisi medan berat karena desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan dan akses sulit dijangkau karena rusak,” kata Sutopo.

Bupati Mandailing Natal, Dahlan Hasan Nasuiton telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor selama 7 hari (12-18 Oktober 2018).

Hujan juga menyebabkan longsor di beberapa daerah di Kota Sibolga, Sumatra Utara pada Kamis (11/10/2018). Longsor menyebabkan 4 orang meninggal, 1 orang luka berat, dan 3 orang luka ringan.

Kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, 4 unit rumah rusak sedang dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 centimeter.

Selain di Mandailing dan Sobolga, banjir juga melanda Kota Medan. Berdasarkan data yang dirilis BPBD Kota Medan, sedikitnya 842 rumah yang tersebar di enam Kecamatan terendam banjir. Lokasinya tersebar di Kecamatan Medan Baru, Medan Johor, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Polonia, dan Medan Petisah.

Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi berjanji akan mencari akar masalah dari persoalan banjir yang melanda Kota Medan. Saat ini sudah ada tim yang diterjunkan untuk menyelidiki penyebab utama terjadinya fenomena tersebut setiap datangnya hujan dengan intesitas tinggi.

Dia mengungkapkan, mengatasi persoalan banjir tidaklah semudah yang dibayangkan semua pihak. Namun demikian, pemerintah akan berusaha menanggulangi persoalan ini agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.

“Banjir kan tidak bisa diselesaikan hanya dengan beras dan indomie, saya akan cari tahu apa dulu masalahnya. Dari situ saya akan putuskan solusinya,” kata Edy yang merangkap jabatan sebagai Ketua PSSI ini dikutip iNews.

Di Sumatra Barat, banjir bandang juga terjadi di Nagari Tanjung Bonai, Jorong Kalo-Kalo, Jorong Ranah Batu di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar pada Kamis (11/10/2018).

Berdasarkan data BNPB, banjir bandang menyebabkan 4 orang meninggal dan 3 orang hilang. Selain terdapat 6 orang luka-luka, 6 unit rumah rusak berat, 3 kedai rusak berat, 1 ruko rusak berat dan 2 jembatan rusak berat.

Bupati Tanah Datar telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari (12-18 Oktober 2018). Pembukaan dapur umum untuk relawan dan masyarakat terdampak telah didirikan.

Beberapa wilayah di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat juga terjadi longsor dan banjir pada Kamis (11/10/2018) pukul 19.30 Wib. Wilayah yang mengalami bencana adalah Kecamatan Pasaman, Ranah Batan, Koto Balingka, Sei Beremas, Lembah Melintang, Gunung Tuleh, Talamau, Sasak dan Kinali.

Korban 1 orang meninggal dan 2 orang hilang. Kerusakan meliputi sekitar 500 unit terendam banjir, 3 unit jembatan gantung roboh dan 2 unit rumah hanyut. Bupati telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari (11-17/10/2018).

Banjir dan tanah longsor membuat sejumlah jalan lintas utama di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh terputus pada Sabtu (13/10/2018).

Petugas BPBD Aceh Singkil, Rosiana Kusuma Wardani, dari Kompas.com, menyebutkan longsor menutup ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil ke Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara.

Titik lokasi longsor berada di Desa Situbuh-tubuh, Kecamatan Danau Paris. Di lokasi itu pula, satu unit rumah penduduk hancur tertimbun longsor.

Selain itu, jalan penghubung antara Desa Lae Sipola, Kecamatan Singkohor, Aceh Singkil, menuju Kota Subulussalam, Aceh juga retak sehingga tak bisa dilalui oleh kendaraan berat.[]

Advertisement
Advertisement