April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

New Ahmad Yani, Akan Menjadi Bandara Terapung Pertama Di Indonesia

5 min read

SEMARANG – Pengerjaan Bandara New Ahmad Yani Semarang terus dikebut. Bandara berkonsep unik yang mengusung tema ecogreen ini digadang-gadang bisa difungsionalkan untuk mudik Lebaran tahun ini.

New Ahmad Yani Semarang bisa dibilang beda dari bandara lain. Nantinya, bandara ini akan menjadi satu-satunya floating airport di Indonesia. Sebab, letaknya berada di atas rawa. Sebanyak 24 ribu pohon mangrove pun ditanam untuk mendukung pelestarian lingkungan.

Tak hanya unik, New Ahmad Yani juga mampu menjadi jawaban atas masalah over capacity yang kerap terjadi di Semarang. Jika selama ini hanya mampu menampung 800 ribu penumpang per tahun, terminal bandara mendatang bakal menampung sembilan kali lipatnya atau sekitar 6 juta penumpang.

Terminal bandara baru ini memiliki luas 58.652 meter persegi atau sembilan kali lebih luas dibanding terminal lama yang hanya 6.708 meter persegi. Luasan apron mencapai 75.522 meter persegi, dan dapat menampung 13 pesawat narrow body. Nilai pengembangan bandara baru ini tembus Rp 2,07 triliun. Pembangunannya dibagi menjadi lima paket. Paket I, pekerjaan lahan dan jalan akses sudah selesai 100 persen. Paket II, pekerjaan apron dan taxiway juga sudah 100 persen.

Paket III, pekerjaan pembangunan terminal akan selesai November 2018. Sedang paket IV, yakni bangunan penunjang dan lanskap serta paket V pekerjaan water management akan selesai pada 2019.

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Jateng, Heru Sujatmoko, menjelaskan, pihaknya terus mendorong PT Angkasa Pura untuk mempercepat pembangunan bandara. Sebab, sudah tiga gubernur yang mencoba mengerjakan proyek bandara baru, tapi tidak juga selesai.

“Kami berharap, bisa fungsional pas Lebaran. Memang belum bisa 100 persen selesai, tapi bisa digunakan dulu,” terangnya.

Dia mengakui, belum memantau progres pengerjaan sepanjang Maret lalu. Karena itu, dalam waktu dekat ini akan kembali dipantau untuk memastikan percepatan proyek pembangunan. “Nanti akan kami tengok lagi, sudah sampai mana pembangunannya,” tuturnya.

Ketika Ganjar Pranowo masih menjabat sebagai Gubernur Jateng, New Ahmad Yani terus dipantau. Nyaris setiap dua minggu sekali, Ganjar mampir di sekitar proyek bandara sembari sepedaan. Dia pun kerap berkomunikasi dengan Menteri Pekerjaan Umum Budi Karya Sumadi dan mendorong agar bandara unik ini bisa segera digunakan.

Pimpinan Proyek (Pimpro) Pengembangan Bandara New Ahmad Yani Semarang, Toni Alam, mengatakan, bandara baru ini diperkirakan baru bisa diperasionalkan tahun depan. Sebab, hingga saat ini, pengerjaan paket III atau pembangunan terminal, belum tembus 50 persen. Sementara paket IV berupa bangunan penunjang dan lanskap sekitar, termasuk lahan parkir, baru akan dikerjakan.

Sesuai perencanaan, pengerjaan Paket IV bakal memakan waktu 18 bulan. Artinya, jika pengerjaan baru dimulai tahun ini, berarti baru bisa diperasionalkan pertengahan tahun depan.

“Lelang paket IV baru selesai. Efektifnya bisa dikerjakan akhir Desember 2017 lalu. Sementara fisik, baru bisa dimulai sekarang. Estimasi penyelesaiannya 18 bulan,” tuturnya ketika ditemui Jawa Pos Radar Semarang, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, pihaknya berusaha untuk mempercepat pengerjaan. Sebab, Presiden Joko Widodo dan Menteri Perhubungan (Menhub) mematok target akhir 2018 harus sudah selesai. Sementara Pemprov Jateng, ingin agar Bandara New Ahmad Yani Semarang bisa dioperasionalkan Lebaran tahun ini.

Toni mengaku, sudah menyampaikan semua laporan progres pengerjaan ke pihak direksi. Jika tidak memungkinkan dibuka untuk Lebaran ini, terpaksa harus diundur. Sebab, kalau dipaksakan, pasti akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan dan kenyamanan.

“Kami tetap berupaya melakukan percepatan. Jika belum 100 persen, tapi sudah harus dioperasionalkan, mungkin fasilitas pendukung akan menggunakan minimum requirements. Misalnya, gedung parkir yang seharusnya dua setengah lantai, yang dioperasionalkan lantai satu saja. Jelas butuh contigency plan jika fasilitas pendukung belum siap dioperasionalkan,” jelasnya.

Dikatakan, percepatan pengerjaan paket III dan paket IV ini terkendala cuaca. Sebab, jika hujan turun, tanah bakal lembek. Praktis, alat berat yang seharusnya digunakan untuk konstruksi, tidak bisa masuk ke area pengerjaan. Apalagi di paket IV, sejumlah lahan masih perlu pengurukan tanah. “Untuk mengantisipasinya, kami akan mengupayakan pengerasan tanah temporer agar alat berat bisa masuk. Seperti saat pengerjaan paket III dulu, ada jalur yang dibeton sementara,” tuturnya.

Toni menambahkan, nantinya akan ada pengerjaan paket V. Yakni, water management. Paket V ini untuk menata air di sekitar terminal. Ada dibuat semacam kolam agar debit air tetap terjaga. Dengan begitu, sebutan floating airport pertama di Indonesia bisa berada di Bandara New Ahmad Yani Semarang.

Sementara itu, Pemkot Semarang menyatakan telah siap menyambut Bandara New Ahmad Yani. Di antaranya, menyiapkan pembangunan infrastruktur jalan menuju bandara internasional tersebut. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang mengklaim telah menyelesaikan tugas terkait penyediaan akses jalan trotoar, ruang terbuka hijau hingga taman.

Namun saat ini masih ada beberapa kendala pembangunan yang belum terealisasikan. Salah satunya adalah pembangunan jembatan flyover rel kereta api Madukoro-Anjasmoro yang bertujuan untuk mendukung akses Bandara New Ahmad Yani, yang hingga kini belum jelas kapan akan dimulai pembangunan fisiknya.

Saat ini, justru terjadi perdebatan konsep Detail Engineering Design (DED). Pembangunan di ruas itu justru terkesan ada perebutan apakah proyek tersebut akan digarap oleh DPU Kota Semarang atau Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian yang juga berencana membuat jalur cepat kereta api Semarang-Surabaya.

Selain flyover, kendala lain adalah pembangunan jalan di daerah Anjasmoro tidak bisa dilakukan karena lahan tersebut bukan milik Pemkot Semarang, melainkan milik swasta, yakni PT Industri Permata Usahatama (IPU). “Pekerjaan kami mengenai penyediaan akses menuju bandara baru telah selesai. Misalnya, pembangunan jalan menuju bandara baru, tepatnya di depan Kampung Laut,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Iswar Aminudin, Minggu (1/4).

Dikatakannya, mengenai pembangunan flyover rel KA Madukoro-Anjasmoro, pihaknya masih proses pembuatan DED. “Menunggu DED dulu, kemudian nanti melihat kemampuan anggaran pemerintah daerah. Kalau pemerintah daerah tidak mampu, ya nanti kami usulkan ke pemerintah pusat dan provinsi,” ujarnya.

Iswar mengakui, Pemkot Semarang memiliki konsep sendiri mengenai pembangunan flyover. Sesuai DED, untuk akses dua jalur simpang tidak sebidang perlintasan KA tersebut sedang disusun dengan panjang kurang lebih 2,2 kilometer. Anggaran yang dibutuhkan Rp 25,6 miliar, tetapi masih disesuaikan dengan anggaran yang ada.

Tetapi Dirjen Perkeretaapian ternyata juga ada rencana pembangunan rel kereta api cepat Semarang-Surabaya. Rencananya lintasan jalur kereta api tersebut berada di atas. Tujuannya agar tidak ada perlintasan sebidang. Tetapi hal ini masih menjadi perdebatan. “Konsep pembangunan pemkot dengan Dirjen Perkeretaapian memang berbeda,” katanya.

Sesuai rencana awal, lanjutnya, pembangunan jembatan atau flyover di Madukoro ini menjadi salah satu akses menuju Bandara New Ahmad Yani. Meliputi jalan, area pedestrian, sekaligus estetika jalan. Termasuk dibuat jalur hijau di depan perkantoran Madukoro.

“Ada space kurang lebih 2,4 meter hingga 4 meter di tengah jalan sepanjang depan perkantoran Madukoro. Area pedestriannya di sisi kanan-kiri jalan, tengahnya kami jadikan hutan kota. Lebar jalan untuk satu jalur kurang lebih 9 meter,” jelasnya.

Mengenai rencana flyover masih sangat dimungkinkan ada perubahan. Apalagi juga sempat muncul rencana dari pemerintah pusat untuk melakukan penataan perempatan di Jalan Arteri Yos Sudarso. Ini masih dalam kajian.

“Prinsipnya kami bersama-sama memaksimalkan pelayanan masyarakat, terutama akses menuju bandara. Sehingga masyarakat pengguna pesawat tidak ada hambatan mengenai perlintasan kereta api ini. Karena jalur-jalur tersebut menjadi akses pendukung menuju ke bandara. Harapannya bisa memermudah akses menuju bandara,” katanya.

Pihaknya mengaku terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak.  Termasuk berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). [Amu]

Advertisement
Advertisement