April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pemberi Informasi Bencana Telah Pergi Untuk Selamanya

3 min read

JAKARTA – “Saya meyakini hidup ini bukan ditentukan panjang-pendek usia tapi seberapa besar memberi manfaat kepada sesama.” Kalimat bijak tersebut terlontar dari Sutopo Purwo Nugroho ketika diwawancarai  pada November tahun lalu.

Tentu tak ada yang memperdebatkan betapa besar manfaat yang diberikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu sepanjang masa hidupnya.

Pak Topo, begitu dia akrab disapa, telah tiada. Perjuangannya melawan kanker paru-paru berakhir di St. Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok, pada Minggu (7/7/2019), sekitar pukul 02.20 waktu setempat, atau 01.20 WIB. Demikian dikabarkan BNPB dalam siaran persnya.

Ia telah berada di Guangzhou sejak 15 Juni. Melalui akun Instagramnya, Pak Topo mengumumkan bahwa ia akan menjalani pengobatan di rumah sakit di Guangzhou selama satu bulan.

Tak sangka, unggahan itu menjadi yang terakhir dalam hidupnya.

Lelaki kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, itu wafat dalam usia 49 tahun. Ia meninggalkan istrinya, Retno Utami Yulianingsih, dan dua anak lelaki, Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho.

Jenazah Sutopo diterbangkan ke Jakarta pada Minggu (7/7) malam, pukul 20.30 WIB. Setelah disemayamkan semalam di Jakarta, jenazah akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sasono Layu, Boyolali, pada Senin (8/7).

Kabar wafatnya Pak Topo membuat Indonesia berduka. Ucapan belasungkawa dan doa yang mengalir baginya langsung menjadi topik tren di Twitter dalam beragam tagar. Fakta tersebut menunjukkan betapa ia amat dicintai warga sepanjang hidupnya.

Semua berawal dari dedikasi tinggi yang ditunjukkan lelaki kelahiran 7 Oktober 1969 ini. Ia memanfaatkan berbagai saluran informasi untuk dengan cepat mengabarkan data terbaru terkait bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Tak peduli kapan terjadinya bencana tersebut.

Menjadi juru bicara BNPB sebenarnya bukanlah cita-cita lulusan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada ini. Ia telah tiga kali menolak tawaran tersebut, hingga akhirnya “dijebak”.

Suatu hari pada tahun 2010, ia diminta datang ke kantor dengan pakaian rapi. Setibanya di sana, baru ia diberi tahu akan dilantik sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

“Saya tak punya latar belakang dalam bidang komunikasi. Saya kerjakan saja … dengan gaya saya, tidak menggunakan bahasa birokratis,” kata Sutopo.

Memang, tak seperti kebanyakan pegawai pemerintah, Pak Topo amat supel dan komunikatif. Ia bisa memaparkan sebuah peristiwa bencana dalam bahasa yang mudah dimengerti warga kebanyakan. Ia tak segan menjawab pertanyaan siapapun di akun media sosialnya, termasuk pertanyaan iseng yang penuh canda.

Sutopo pun menjadi rujukan soal bencana yang paling dipercaya. Kesupelannya membuat ia menjadi media darling. Beragam penghargaan humas terbaik sempat diraihnya dari berbagai lembaga, baik dalam maupun luar negeri.

Bisa dibilang, Sutopo adalah pegawai negeri golongan IV-e yang paling terkenal di Tanah Air.

Semua itu tak berubah meski kemudian ia divonis menderita kanker paru-paru stadium 4B pada Januari 2018. Dokter yang didatanginya di Malaysia memperkirakan waktu hidupnya tinggal satu sampai tiga tahun.

Sebagai manusia biasa, ia mengakui sempat gusar mendengar vonis dokter tersebut. Tetapi kemudian dia bangkit dan melanjutkan pekerjaannya sembari berupaya sembuh dari penyakit tersebut.

Dedikasi tinggi di tengah perjuangannya melawan penyakit ganas tersebut mengundang decak kagum. Suatu kali, ia sempat menulis dan menyiarkan informasi terbaru mengenai sebuah bencana beberapa saat sebelum menjalani kemoterapi di rumah sakit.

“…Saya tidak bisa istirahat. Banyak yang mencari saya dan butuh informasi akurat,” ujarnya.

Ia menjadi inspirasi bagi para penderita kanker dan kisah hidupnya banyak dituliskan media, termasuk harian besar Amerika Serikat, The New York Times. Harian Singapura, The Straits Times, bahkan mendapuknya sebagai salah satu Asians of the Year 2018.

Kegigihannya itu pula yang membuat Sutopo bisa mewujudkan impian besarnya tahun lalu. Ia bisa bertemu dan berbincang langsung dengan dua idolanya, Presiden Joko Widodo dan penyanyi Raisa Andriana.

Tugas dan perjuangan Sutopo Purwo Nugroho di dunia kini telah selesai. Rakyat Indonesia pun harus melepas kepergian sang juru bicara. [Sandy]

Advertisement
Advertisement