April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pemukiman Porak Poranda, Empat Orang Meninggal Dunia Saat Topan Hagibis Melanda

2 min read

ApakabarOnline.com – Sedikitnya empat orang meninggal akibat topan Hagibis yang melanda kawasan pesisir timur Jepang pada Sabtu (12/10/2019). Sementara belasan orang lainnya dilaporkan hilang akibat topan terbesar yang melanda Jepang dalam 60 tahun terakhir ini.

Di ibu kota Tokyo, sekitar enam juta orang dievakuasi. Sementara menurut kantor berita Kyodo, sedikitnya 80 orang cedera dan 370 ribu orang terkena dampak pemadaman listrik (blackout).

Hagibis yang diambil dari bahasa Tagalog Filipina dan berarti “kecepatan” ini menghancurkan rumah, menerbangkan kendaraan bermotor, dan merubuhkan tiang listrik. Sementara otoritas Jepang sudah menyiapkan 17 ribu personel gabungan polisi dan militer untuk melakukan penyelamatan.

Badai yang juga menghadirkan hujan sangat deras dan angin terkencang di Jepang dalam 60 tahun terakhir ini juga memicu tanah longsor di pulau Honshu. Sementara kawasan rendah di Tokyo terendam banjir; termasuk di Ise, Prefektur Mie, Jepang tengah; serta hujan sangat deras di Shizuoka.

Otoritas setempat di Tokyo menyebutkan, hujan sangat deras menghasilkan rekor baru sejak 1958. Hujan turun dengan intensitas 939,5 milimeter selama 24 jam.

“Hujan sederas ini belum pernah terjadi di berbagai kota, kampung, dan desa. Itu sebabnya peringatan dini dikeluarkan,” ujar Yasushi Kajiwara, petugas badan meteorologi Jepang (JMA) dilansir Al Jazeera.

“Kemungkinan besar terjadi banyak tanah longsor dan banjir. Yang paling penting adalah tindakan untuk menyelamatkan nyawa,” imbuhnya sebelum badai terjadi.

 

Melumpuhkan semua kegiatan

Topan Hagibis pertama kali melanda pulau Honshu sebelum jam 19.00 waktu setempat. Badai menyerang pulau di tenggara Tokyo itu dengan kecepatan angin sekitar 216 km/jam.

Kemudian badai beranjak ke wilayah Tokyo dan langsung membalikkan sebuah mobil di Chiba timur dan menewaskan pengendaranya. Sedikitnya ada dua tanah longsor di Gunma, utara Tokyo, yang membuat seorang lelaki berusia 60-an tahun meninggal.

Kebanyakan penduduk sudah berada di lokasi pengungsian dan menerima bantuan darurat dari pemerintah. Saat warga berada di pengungsian, Tokyo pun diguncang gempa berkekuatan magnitudo 5,3 meski belum ada laporan kerusakan dan korban.

“Saya mengungsi karena atap rumah hilang oleh badai terdahulu. Jadi saya mengkhawatirkan rumah saya,” ujar seorang lelaki berusia 93 tahun kepada NHK di pusat pengungsian Tateyama di Chiba, timur Tokyo.

Bandara Haneda dan Narita di Chiba, Tokyo, menghentikan operasional. Demikian pula pelayanan kereta. Badai juga membatalkan dua pertandingan Piala Dunia Rugby di luar Tokyo dan menghambat persiapan lomba balap Grand Prix Formula 1 di Suzuka.

Pejabat Prefektur Kanagawa mengatakan mereka akan membuka pintu air bendungan Shiyorama di tenggara Tokyo. Namun, pembukaan pintu air ini bisa mengancam para penduduk di bantaran sungai sehingga diminta waspada.

Otoritas Jepang memang sudah bersiap sejak sehari sebelumnya. Operator seluler pun sudah mengirimkan peringatan ke seluruh pelanggan. Para korban jiwa dan mereka yang hilang disebut merupakan kalangan yang terlambat untuk mengungsi.

Sebelumnya, Tokyo dan sekitarnya sempat dihajar oleh Topan Faxai pada akhir September yang menewaskan dua orang dan merusak daera Chiba. Adapun Hagibis diperkirakan bakal sirna pada Minggu (13/10) dan berlanjut ke kawasan pulau Aleutian di Alaska, Amerika Serikat. []

Advertisement
Advertisement