April 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pentingnya Pendidikan Kemiskinan Bagi Orang Kaya

2 min read

ApakabarOnline.com – Hidup dalam kemewahan dan kekayaan merupakan hidup yang penuh ujian dan tantangan. Menurut Najelaa Shihab dalam buku Semua Murid Semua Guru, menyampaikan bahwa data menunjukan anak orang kaya punya resiko jauh lebih besar untuk berbagai masalah psikososial.

“Maka akan timbulnya depresi karena rapuh harga diri yang biasa dimainkan hanya dari kesuksesan di permukaan. Lemahnya hubungan karena terbatasnya waktu bersama keluarga dan persepsi terhadap kompetisi yang berlebihan di lingkungan,” tulis Najelaa.

Anak-anak orang kaya pasti tidak membutuhkan makanan, namun sambung Najelaa, mereka butuh pendidikan memilih nutrisi yang seimbang saat semua yang di swalayan bisa dibeli dengan uang.

“Anak orang kaya butuh pendidikan, tapi harapan kita kepada mereka tidak boleh sekedar mampu melanjutkan dengan gemilang ke sekolah mahal lain di tingkat yang lebih tinggi, tapi menumbuhkan potensi akademisi dan nonakademisnya secara utuh agar dapat memanfaatkan kemewahan dalam hidupnya dengan tepat untuk kepentingan orang banyak,” tuturnya.

Menegaskan bahwa anak orang kaya membutuhkan pendidikan yang tepat tentang kemiskinan, tambah Najelaa, hal ini merupakan kesempatan mereka untuk berkontribusi dan berarti bagi sekitar sejak dini.

“Itu faktor terpenting yang akan mempengaruhi kesuksesannya di masa depan . Dan yang perlu di ingat menjadi yang terbaik di dunia tidak cukup, cita-cita kita adalah menjadi yang terbaik untuk dunia,” imbuhnya.

Menyampaikan tantangan utama masyarakat di Indonesia ialah salah kaprah dalam pendidikan.  Najelaa sampaikan saat berbicara tentang orang miskin, banyak orang tua yang mengasosiasikan kemiskinan dengan kemalasan dan kebodohan.

Najelaa analogikan seperti saat melewati pengumpul sampah dan ada seseorang mengatakan, “makanya, sekolah yang pintar biar bisa dapat uang banyak” atau saat naik ke daratan umum mendengar pengamen kemudian berbisik “malas sih nggak mau usaha, nyari yang gampang aja nyanyi di depan orang”.

“Hal-hal sederhana seperti itu tidak saja menajamkan prasangka terhadap korban, tetapi juga merugikan anak-anak kita yang sebenarnya bisa mengumpulkan kekuatan bagi teman-temannya yang hidup dalam keterbatasan,” cakapnya.

Empati kepada sesama manusia merupakan anugrah naluriah dari dalam diri sendiri. Hampir tidak ada anak yang tidak terenyuh saat membayangkan manusia kelaparan tanpa pangan, kedinginan tanpa sandang dan papan. Akan tetapi, Najelaa tambahkan, apakah kepedulian ini berubah menjadi semangat melakukan perbaikan akan bergantung pada peran pendidikan?

“Pendidikan untuk orang miskin sangat esensial, tetapi pendidikan tentang orang miskin juga sama penting,” tegas Najelaa.

Jarang di masyarakat Indonesia paham bahwa data menunjukan kebanyakan orang yang berada dalam kemiskinan adalah orang yang bekerja,  tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan atau orang yang lulus dari jembatan rapuh pendidikan yang ternyata gagal menyiapkan untuk pekerjaan berarti di masyarakat.

“Kekayaan dan tanggung jawab sosial, kemiskinan dan ketidakadilan kesempatan, memang bukan sesuatu yang bisa dipelajari dan dihayati secara cepat. Namun bagi kita yang memiliki kelebihan sering sekali menjadi solusi bagi banyak permasalahan dan anak-anak kita sesungguhnya adalah harapan bangsa untuk keluar dari kemiskinan,” tutupnya. [DN]

Advertisement
Advertisement