April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Profesor He Jiankui dan Kontroversi Mengedit Gen Agar Menjadi Bayi Yang Kebal HIV

4 min read

HONG KONG – Seorang ilmuwan Tiongkok mengklaim telah membantu menciptakan bayi manusia pertama yang direkayasa secara genetik. Jika benar, penemuan ini bersejarah sekaligus sangat kontroversial.

Ilmuwan ini adalah He Jiankui dari Southern University of Science and Technology, Shenzhen, Tiongkok. Riset ini merekrut tujuh pasangan untuk ikut uji klinis.

Salah satunya adalah Mark dan Grace. Mereka menjalani prosedur in-vitro fertilization (IVF).

Sperma disuntikkan ke dalam telur dalam cawan petri. Setelah beberapa hari, embrio yang hidup dimasukkan ke dalam rahim.

Pada proses inilah dilakukan perubahan. Setelah sperma disuntikkan ke dalam telur, He menyuntikkan Crispr-Cas9, alat genetik yang bisa secara tepat menargetkan dan memotong gen spesifik di antara 20.000 gen manusia.

Dalam eksperimen ini, targetnya adalah gen CCR5. CCR5 bertanggung jawab memproduksi protein yang digunakan HIV untuk menempel, masuk, dan menginfeksi sel kekebalan tubuh manusia.

Karena Kebablasan Di Negeri Beton, Secara Medis, Hidup SN Tinggal Menghitung Hari

Jika gen CCR5 dimutasi, maka logikanya virus HIV tidak akan dapat menginfeksi. Dengan demikian mutasi akan memberikan resistansi terhadap penyakit.

Proses IVF kemudian melahirkan bayi kembar perempuan, Lulu dan Nana. “Ketika Lulu dan Nana masih berupa sel tunggal, operasi ini menghilangkan pintu yang digunakan HIV untuk menginfeksi orang,” jelas He dalam salah satu dari beberapa video yang diunggahnya di YouTube.

Ini bertentangan dengan pedoman 2015 International Summit on Human Gene Editing, yang menyimpulkan “…jika dalam proses penelitian, embrio awal manusia…menjalani penyuntingan gen, sel-sel yang dimodifikasi tidak boleh digunakan untuk menciptakan kehamilan.”

Masuk Kuartal Ketiga, Penderita HIV Baru di Hong kong Didominasi Dari Pasangan Sejenis

Menurut He, analisis mengonfirmasi bahwa kedua bayi dilahirkan dengan sehat. “Tidak ada gen yang diubah kecuali yang mencegah infeksi HIV. Ini membuktikan operasi gen bekerja dengan aman.”

Sesuai catatan eksperimen di situs laboratorium He, eksperimen ini masih akan berlangsung hingga Maret 2019. Hingga kini, baru ada satu kehamilan yang sukses.

He mengatakan, tujuannya bukan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit yang diwariskan, tetapi untuk mencoba memberikan sifat yang secara alami dimiliki oleh beberapa orang–kemampuan untuk melawan infeksi HIV.

Menurut He, orang tua yang terlibat menolak untuk diidentifikasi atau diwawancarai.

He mengumumkan penelitian ini pada Senin (26/11) di Hong Kong kepada penyelenggara konferensi internasional tentang reakayasa gen yang akan dimulai Selasa. He juga memaparkan hasil kerjanya lewat wawancara eksklusif dengan The Associated Press.

Penularan HIV Tak Segampang Masyarakat Membayangkan

“Saya merasakan tanggung jawab yang kuat, bukan hanya untuk membuat yang pertama, tetapi juga menjadikannya sebuah contoh,” katanya kepada AP.

Lanjut He, “Masyarakat akan memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.” Akankah riset ilmiah seperti ini diizinkan atau dilarang.

Dr. He Jiankui menuntut ilmu di Rice University dan Stanford University, keduanya di AS. He kemudian kembali ke tanah airnya dan membuka laboratorium di Southern University of Science and Technology of China di Shenzhen. He juga memiliki dua perusahaan genetika.

Dr. He memilih untuk mencoba menyunting gen embrio untuk HIV karena infeksi ini adalah masalah besar di Tiongkok. Pada September 2018, Tiongkok telah mengumumkan lonjakan 14 persen dalam jumlah warganya yang hidup dengan HIV dan AIDS.

Dr. He merekrut ketujuh pasangan untuk eksperimennya melalui Baihualin, kelompok advokasi AIDS yang berbasis di Beijing.

Semua laki-laki dalam eksperimen ini memiliki HIV, pasangan perempuannya tidak. Namun, penyuntingan gen tidak dimaksudkan untuk mencegah risiko penularan yang terbilang kecil.

Para ayah sudah menangani infeksi dengan obat-obatan standar HIV. Lagipula, ada cara sederhana untuk mencegah mereka menginfeksi keturunan yang tidak melibatkan perubahan gen.

Tak hanya HIV, Beberapa Penyakit Berikut Menular Melalui Hubungan Seksual yang Menyerang Pria Maupun Wanita

Sebaliknya, daya tarik bagi para pasangan dalam eksperimen ini adalah kesempatan untuk pasangan yang terkena memiliki anak yang mungkin terhindar dari nasib yang sama seperti mereka–para ayah.

Beberapa ilmuwan meragukan klaim He yang belum dapat dibuktikan kebenarannya, karena tidak ada bukti konfirmasi data yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang diulas oleh rekan peneliti lain.

Mereka menyatakan temuan He tidak lengkap. Juga tidak berarti mustahil bagi anak-anak untuk tertular HIV.

The Southern University of Science and Technology mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak mengetahui proyek tersebut. Mereka menyatakan He berpotensi “melanggar etika dan standar akademik.”

Karenanya universitas berencana untuk menyelidiki. Bahkan jika terbukti benar, banyak ilmuwan berpendapat menggunakan teknologi penyuntingan gen dengan cara ini, pada tahap perkembangan ini, akan sangat tidak etis.

“Jika benar, eksperimen ini mengerikan,” kata Julian Savulescu, seorang profesor etika praktis di University of Oxford, kepada The Guardian. “Embrio itu sehat. Tidak ada penyakit yang diketahui. Penyuntingan gen itu bersifat eksperimental dan masih terkait dengan mutasi off-target, yang mampu menyebabkan masalah genetik sejak dini dan di kemudian hari, termasuk perkembangan kanker.”

Begini Pesan Terakhir SN, Eks PMI Hong Kong Yang Menjadi ODHA Sebelum Tutup Usia

Penyuntingan gen, dalam riset He ilegal di Amerika Serikat, Inggris dan banyak negara lain. Sebab menyalahi etika dan memiliki risiko tidak terduga yang ditimbulkannya bagi generasi mendatang.

“Ini terlalu dini. Kita berurusan dengan instruksi operasi seorang manusia. Ini masalah besar,” kata Dr. Eric Topol, yang mengepalai Scripps Research Translational Institute di California.

Selain masalah keamanan, ilmuwan lain mengajukan pertanyaan etis tentang menciptakan “bayi yang dirancang khusus”. Ini berarti modifikasi genetik embrio tidak hanya untuk mencegah penyakit, tetapi juga untuk menghasilkan anak yang lebih tinggi, lebih pintar, atau lebih elok parasnya.

He sadar betul soal ini. “Saya paham riset saya akan kontroversial. Tapi saya percaya banyak keluarga membutuhkan teknologi ini. Dan saya siap menerima kritik demi mereka,” tandasnya. []

Advertisement
Advertisement