April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pulang Dalam Kondisi Depresi, W Berbicara Gunakan Bahasa Kanton Dengan Siapapun, Keluarga Bingung

4 min read

BOJONEGORO – Terisolirnya lokasi tempat tinggal, minimnya pengetahuan serta kurangnya akses baik struktural maupun infrastruktur, membuat W (35), mantan PMI Hong Kong yang dipulangkan tiba-tiba pada bulan Oktober tahun 2017 kemarin kian tak tertangani deritanya.

Menurut penuturan keluarganya, W sebelumnya telah 2 kali bekerja di Hong Kong. Keberangkatan W ke Hong Kong yang pertama saat dirinya masih berusia 20-an tahun. 4 tahun kemudian, W pulang karena menemukan jodohnya seorang lelaki warga Sragen Jawa Tengah, dan kemudian mereka menikah pada tahun 2010. Usai menikah, W berpindah doomisili, mengikuti suami yang tinggal di ujung utara Kabupaten Sragen, perbatasan Purwodadi – Sragen. Setahun berselang, W melahirkan anak perempuan.

Karena tekanan ekonomi yang tak kunjung mendapat solusi di negeri sendiri, tahun 2011 W kembali berangkat bekerja ke Hong Kong.

“Seluruh hasilnya ya dikirim ke suaminya mas” tutur Lasiyem, ibunda W kepada ApakabarOnline.com.

“Suami dan anaknya itu paling 6 bulan sekali main kesini, karena suaminya kan juga kerja. Jadi sopir truk material. “ lanjut Lasiyem.

Selama W bekerja di Hong Kong, Lasiyem mengaku selalu diberi uang oleh suami W yang menurut suami W merupakan uang kiriman dari W.

“Saya itu dikasih uang rata-rata 500 ribu enam bulan sekali, tapi sejak 3 tahun terakhir, suaminya tidak pernah lagi kesini. “ aku Lasiyem.

Rahayu, seotrang PMI Hong Kong asal Padas Ngawi yang membawa ApakabarOnline.com ke rumah kediaman Lasiyem dan W menuturkan, selama bekerja di Hong Kong, seluruh hasil kerja W dikirim ke suami.

“Seluruh gajinya itu tiap bulan dikirim ke suaminya mas, di Sragen sana buat bangun rumah. Saya melihat sendiri ke sana, karena saya masih punya hubungan saudara dengan dek W, jadi dalam keprihatinan saya, saya juga ikut menyelidiki dan membantu mencari solusi” tutur Rahayu.

Rahayu menambahkan, W dipulangkan dari Hong Kong oleh majikannya pada Oktober tahun kemarin. Berdasarkan bekas stiker yang menempel di kopernya, W terbang dari Hong Kong ke Jakarta, lalu ke Solo. Sampai di Bandara Solo, W dijemput oleh keluarga suaminya untuk dibawa pulang ke Sragen.

Dilema Susi, Calon PMI Hong Kong Yang Tiba-Tiba Ditinggal Pergi Ibu Dan Suami Menghadap Illahi

“Tapi mas, seminggu dek W berada di rumahnya di Sragen, oleh suaminya malah diantar pulang ke sini (Margomulyo, Bojonegoro), lalu suaminya pergi lagi dan tidak pernah mengabari” tutur Rahayu.

Rahayu mengetahui kepulangan W hampir sebulan setelah W berada di Bojonegoro.

“Saya tahunya sudah bulan Desember kemarin, hampir sebulan dek W di rumah. Kaget kan saya, diajak bicara tidak pernah nyambung, kalaupun bertanya, menjawab, ataupun ngomong dengan siapa saja, dek W selalu menggunakan bahasa Kanton” lanjutnya.

Sebagai saudara, Rahayu beruaha mencari tahu sebab musabab bagaimana W bisa seperti sekarang ini kondisinya. Mendatangi keluarga suami yang di Sragen, W tidak berhasil bertemu dengan suaminya lantaran suami W sudah berangkat bekerja ke Malaysia usai mengantarkan W kembali ke ibunya di Margomulyo Bojonegoro.

“Buntu mas, dek W tidak bisa ditanya, bicaranya ngelantur, kalau dengan saya sih saya masih paham apa yang dia ucapkan. Tapi dengan bulek, kalau menggunakan bahasa Kanton, bulek bisanya hanya nangis, ngenes kepana dek W anaknya bisa begini” imbuhnya.

W merupakan akan kedua dari dua bersaudara. Bapaknya telah lama meninggal dunia sejak W masih duduk di bangku SD. Sedangkan Lasiyem ibunya tidak memiliki pekerjaan tetap. Kehidupan sehari-hari Lasiyem sebelum W diantar suaminya ke Bojonegoro sudah terbilang kekurangan. Kedatangan anaknya W yang diantar suaminya secara tiba-tiba dalam kondisi depresi, tentu membuat beban Lasiyem semakin berat, baik secara finansial maupun secara mental.

Lasiyem tidak tahu harus bagaimana menghadapi dan mengatasi permasalahan yang menimpa anaknya selain hanya pasrah dan mengurusi makan anaknya sehari-hari.

“Kulo niku tiyang bodho mas, mboten saget moco, mboten saget nulis, kulo sagete nggeh namung nyukani pangan teng anak kulo mbentinten” tutur Lasiyem.

Saat akan mengakses fasilitas pengobatan gratis dari pemerintah, Rahayu menuturkan, W terbentur dengan legalitas kependudukannya.

“Dek W itu tercatat sebagai penduduk Sragen mas, di Bojonegoro otomatis tidak bisa terlayani sebagai penduduk Bojonegoro. Ndak tahu kedepan bagaimana, yang penting saya dan bulek sudah berbagi kabar kondisi dek W dengan kehidupannya sekarang. Mudah-mudahan ada yang bisa membantu mencarikan jalan keluar” harap Rahayu.

Berharap pada keterlibatan suami dan keluarga suami W yang di Sragen, menurut W mereka sama sekali tidak kooperatif. Bahkan cenderung menolak saat disinggung bantuan jalan keluar untuk W.

“Gak tahu kenapa mas, keluarga suaminya itu pada gak mau terlibat. Malah saat saya minta kontak suaminya W yang sekarang ke Malaysia, mereka juga gak ada yang ngasih. Katanya tidak tahu. Leli, anaknya dek W saat saya ingin ketemu juga gagal, katanya dititipkan di rumah sodara lainnya di Kebumen” kata Rahayu.

Melalui ApakabarOnline.com, baik Lasiyem maupun Rahayu berharap, semoga dengan tersiarkannya derita W, Pirngasi suami W terketuk hatinya untuk bertanggung jawab sebagai suami mengurusi dan mencarikan jalan keluar yang menimpa istrinya.

“Dek Pirngadi, tolong sampean urusi istri sampean, karena bagaimanapun juga, selama dek W 7 tahun bekerja ke Hong Kong sampai tiba-tiba dipulangkan dalam kondisi tidak sehat pikirannya, seluruh uang gajinya dikirim ke sampean Dek. Tolong, dek W kondisinya semakin terlantar. Hubungi segera keluarga di Bojonegoro atau di Ngawi ya dek” pungkas Rahayu.  [Asa]

 

Advertisement
Advertisement