April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Rahasia Sukses Fremiot Riu, “Jadi PMI Harus Berani Melawan Saat Dilecehkan”

5 min read

Fremiot de Falconieri Riu nama lengkapnya. Pekerja migran asal NTT ini berani melawan saat hendak dilecehkan, demi kebahagiaan mama di Kupang.

Tidak semua pekerja migran wanita yang bekerja di Kualalumpur Malaysia mengalami nasib tragis, dianiaya dan tewas. Namun setidaknya PMI asal Kabupaten Kupang, Provinsi NTT bernama Fremiot de Falconieri Riu, SE alias Frem (43), memiliki cerita kesuksesan sebagai pekerja migran.

Frem yang bekerja di Kuala Malaysia sejak tahun 1998 itu punya cerita hitam dan putih sebelum menjadi sukses seperti sekarang ini. Frem, Sarjana Ekonomi STIM Kupang langsung ke Malaysia usai diwisuda tahun 2000 hingga tahun 2007 lalu.

Motivasi Frem menjadi PMI tak lain agar bisa cepat bekerja sehingga dapat memperbaiki kehidupan keluarganya di Kupang dan mengangkat status ibunya, Christina Zusana yang adalah seorang single parents dengan 5 anak.

“Mama hanya pensiunan guru di SDK Don Bosko III Kupang, mama pesan agar kami agar jangan bergantung dengan orang lain atau keluarga. Kata mama, kami mesti hidup mandiri, bekerja apa saja asal halal, ” kata Frem melalui telepon genggamnya, Selasa (30/10/2018).

Frem kemudian dikenalkan dengan seorang pria asal NTT yang sudah bekerja di Malaysia dan sering merekrut pekerja migran asal Indonesia. Untuk bisa sampai ke Malaysia, Frem mesti membayar Rp 2 juta plus biaya transportasinya dan orang itu ke Malaysia hingga proses pengurusan surat-surat.

“Kami naik kapal ke Nunukan dan disana kami urus paspor lalu berangkat ke Sabah Malaysia dengan kapal itu lagi,” kata Frem.

Tiba di Malaysia, Frem tinggal di rumah orang itu sambil menunggu dimasukkan bekerja. Selama disana Frem mesti mengerjakan pekerjaan rumah tangga layaknya pembantu rumah tangga (PRT) tanpa dibayar.

“Saya mesti mencuci pakaian mereka di kali (sungai),  memasak dan sapu ngepel seperti pembantu. Tangan saya sampai luka-luka, saya mau gila saja di sana. Bahkan suatu hari saya hampir mendapat pelecehan seksual,” kata Frem.

Pagi itu Frem bangun mencuci piring dan orang itu berada di belakangnya dan hendak memperkosanya, namun Frem langsung berteriak hingga istri orang itu bangun. Frem kemudian dibawa ke sebuah toko yang pemiliknya orang China dan ikut tes lisan dan tertulis dan lulus.

Namun orang itu tidak mengijinkan Frem bekerja malah menawari Frem untuk menjadi istri ketiganya. Melihat kondisinya tidak memungkinkan, Frem kemudian melarikan diri dengan bantuan Om Seda, asal Ende yang tinggal di Malaysia.

 

Jual cincin, gelang dan kalung emas

Untuk bisa terlepas dari orang itu, Frem mesti ditebus dengan sejumlah uang. “Om Seda dan istrinya orang filipin itu sampai menjual kalung, gelang dan cincin emas mereka agar bisa menebus saya keluar dari orang itu. Lalu saya tinggal bersama om seda dan mengasuh 5 anak mereka selama beberapa bulan,” kata Frem.

Meski digaji seadanya saja, Frem tidak mempersoalkan karena dia merasa Om Sida telah menyelamatkan dirinya.

“Om Sida dan istrinya itu hanya penjual sayur namun mereka tidak bisa berhitung. Saya yang ajarkan mereka berhitung sehingga mereka sangat sayang saya. Mereka juga yang akhirnya mencarikan pekerjaan yang layak buat saya,” kata Frem.

Sida kemudian mengenalkan Frem dengan Jefri, pria asal Ngada yang merupakan supir dari manajer Tonglen Palm Oil Mill II, perusahaan kelapa sawit. Akhirnya Frem bekerja sebagai staf atau krani disana hingga tahun 2007.

“Saya bekerja di office sebagai staf selama 7 tahun,” kata Frem. Tahun  2006 Frem bertemu dengan Michael Katumhoit, asal Timor dan mereka menikah di Sabah Agustus 2006 dan kini sudah dikaruniakan anak laki laki, Gregorius de Sanchez Bryan Katumhoit.

 

 Membahagiakan Mama dan Keluarga di Kupang

Selama menjadi PMI di Malaysia dengan gaji sekitar Rp 4 jutaan, Frem bisa membantu kebutuhan keluarganya di Kupang. Seperti membiayai pendidikan dan kehidupan adik dan kakaknya, memperbaiki rumah mereka yang ada di belakang Asrama Brimob Kupang.

“Saya bahagia, karena gaji TKW saya itu bisa dimanfaatkan untuk hal-hal baik bagi keluarga di Kupang,” kata Frem.

Frem juga bersyukur karena Tuhan selalu menolongnya dan menjauhkannya dari hal-hal buruk, termasuk rencana pelecehan yang nyaris menimpanya. “Beryukur karena Tuhan selalu menolong saya. Saat hendak dilecehkan saya berani untuk melawan untuk memperjuangkan harga diri saya dan saya ingin bekerja dengan baik untuk membahagiakan mama dan keluarga saya di Kupang,” kata Frem.

 

PMI Mesti Peka

Frem mengatakan, nasib seseorang termasuk PMI memang tidak bisa ditentukan. Namun paling tidak setiap orang bisa mengantisipasi agar tidak diperlakukan dengan buruk oleh majikannya selama menjadi PMI.

Frem mengaku, selama bekerja di perusahaan itu, dia selalu berusaha tahu dan mampu menjalankan job deskripsinya sehingga hasil pekerjaannya baik.

“Kita mesti tahu dan paham dan bisa melakukan apa yang menjadi pekerjaan kita dan tidak melakukan hal-hal yang diluar job itu sehingga tidak dapat masalah. Selama ini banyak TKW yang tidak peka dan tidak mau belajar dan memperbaiki diri sehingga mendapat masalah di tempat kerja,” kata Frem.

Frem berharap agar calon PMI bisa melengkapi surat-surat dan ikut jalur resmi sehingga tidak mengalami hal seperti yang dialaminya itu.

“Ijasah memang penting, tapi lebih dari itu yang kta juga mesti punya skill atau kerampilan, karakter dan perilaku, bahasa juga mesti kita kuasai dengan baik,” saran Frem.

Frem menambahkan, orang NTT khususnya orang Timor, paling disukai oleh keluarga di Malaysia Mayalyasi sudah terbukti bahwa orang Tomor paling pandai mengurus rumah tangga terutama menjaga anak-anak dan jompo.

“Saya pernah menjadi baby sistter selama 2 bulan, dan saya diperlakukan dengan baik, karena saya bekerja dengan baik dan mau terus belajar. Kalau salah, mesti minta maaf dan perbaiki diri, jaga sopan santun,” kata Frem.

Frem berbagi pengalaman saat bekerja sebagai baby sitter di rumah orang Chiness di Kualalumpur sebelum bekerja di perkebunan kelapa sawit.

“Sebelum diterima bekerja saya langsung berterus terang kepada majikan bahwa saya tidak bisa masak, saya hanya bisa menjaga anak. Dan mereka menerimanya bahkan karena saya beekrja baik, mereka memperlakukan saya lebih baik lagi. Pernah suatu waktu saya sakit gigi, ibu dari majikan saya itu merawat saya, memasakkan makanan buat saya,” kata Frem yang bergaji saat itu sekitar Rp 2,5 juta per bulan.

Frem mengatakan, dia hanya bekerja sebagai PMI di Malaysia hingga tahun 2007. Bulan Juli 2007 ada tawaran pulang bekerja di Indonesia, di Perusahaan Malaysia KUALA LUMPUR KEPONG SDN BHD yang memiliki anak perusahaan PT Hutan Hijau Mas (HHM). Frem dan suaminya ikut tes di kalimantan dan diterima bekerja disana hingga saat ini.

Saat ini Frem sudah menduduki posisi safety officer atau kordinator PT HHM atau K3 atau Sustainability yang membawahi sekitar 1.000 lebih karyawan. Sedangkan suaminya menempati posisi salah satu manajer disana. []

Advertisement
Advertisement