April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tak Hanya Soal Makanan, Kerusuhan Di Mako Brimob Juga Dipicu Sikap Aparat

3 min read

JAKARTA – Kerusuhan maut di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Rabu (8/5) lalu, masih menyisakan teka-teki. Benarkah insiden yang menewaskan lima anggota Polri itu hanya dipicu persoalan makanan?

Seperti dijelaskan Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, penyanderaan terhadap enam anggota Polri oleh sejumlah narapidana kasus terorisme itu bermula saat 10 anggota Brimob berpatroli melakukan pengecekan di setiap sel.

Tiba-tiba seorang napi bernama Wawan mengamuk karena makanan titipannya tidak diberikan. Kondisi ini kemudian memantik amarah narapidana lain. Mereka memberontak hingga menguasai sejumlah rutan, di antaranya blok C. Setelah itu menyusul dua blok lain dari enam blok rutan di Mako Brimob Kelapa Dua.

Kerusuhan Mako Brimob : “Rakyat Tidak Takut”

Pengamat terorisme dari lembaga The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menduga ada persoalan kompleks yang memicu para narapida teroris nekat menyadera enam polisi –lima di antaranya tewas dan satu lainnya dilepaskan beberapa jam kemudian– sampai merebut senjata milik anggota Polri.

Menurut Harits, drama penyanderaan selama sekitar 36 jam ini bisa saja dipicu akumulasi kemarahan napi teroris karena perlakuan aparat yang dianggap tidak adil kepada mereka.

“Bisa jadi petugas Densus saat insiden adalah petugas baru dan masih muda. Jika sikap overackting itu muncul bisa melahirkan rasa benci pada diri napiter. Jadi bukan semata spontanitas karena soal makanan, tapi akumulatif,” kata Harist dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (10/5).

Hal lain yang masih menjadi tanda tanya adalah kronologi para napi teroris menguasai senjata api polisi, memiliki senjata tajam, bahkan bom. Menurut Harits, perlu investigasi lebih dalam perihal kemungkinan adanya unsur kelalaian sehingga para napi bisa dengan mudah menguasai senjata api.

“Kesannya paradok, senpi-senpi tersebut direbut dari aparat Densus terbaik oleh para napiter yang notabene mereka tidak terlatih dalam banyak hal,” sambungnya.

Meski demikian, Harits mengapresiasi aparat Kepolisian yang tetap kooperatif hingga sebanyak 155 napi teroris menyerah dan tidak timbul korban tewas berikutnya. “Itu luar biasa,” puji dia.

“Hari ini bisa dengan pendekatan lunak dan sukses. Ini 10 orang pegang senjata dengan amunisi cukup tapi happy ending. Sesuatu yang luar biasa,” tegasnya.

 

Gelar Doa Bersama

Kamis malam, masyarakat dari lintas agama menggelar doa bersama di depan Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Mereka memanjatkan doa serta penghormatan kepada lima anggota Polri yang gugur saat kerusuhan di Rutan Mako Brimob, Depok, 8-9 Mei lalu.

Acara diawali dengan membagi-bagikan bunga mawar merah dan putih. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Gugur Bunga, dan Indonesia Pusaka yang dipimpin oleh Joy Tobing.

Kerusuhan Berdarah Di Rutan Mako Brimob

“Acara ini sebenarnya merespon atas peristiwa kerusuhan kemarin yang menewaskan lima orang anggota Polri. Dan kita ingin mengucapkan duka cita kita, mewakili seluruh masyarakat Indonesia,” kata salah satu penggagas komunitas #KamiBersamaPolri, Nong Darol Mahmada.

Nong mengatakan, pihaknya sangat mendukung Polri untuk menindak tegas kejahatan terorisme di tanah air. Sebab itu, mereka menamakan diri sebagai komunitas #KamiBersamaPolri.

“Siapa pun yang mengutuk aksi terorisme, duduk berkumpul berdoa bersama di sini,” ujar  KH. Maman Imanul Haq, salah satu tokoh Agama.

Doa dipimpin oleh Maman dan beberapa tokoh lintas agama lainnya seperti Js. Susanto Kurniawan (Khonghucu), Oka (Hindu), Pendeta Andiel (Protestan), Suster Iren (Khatolik) dan Henry (Buddha).

“Kami, sebagai anggota masyarakat, meminta pemerintah perteguh komitmen menindak tegas  terorisme. Pemerintah harus tetap berpihak pada keadilan agar masyarakat dapat hidup aman dan tentram,” pungkas Nong.

Sejumlah tokoh, politisi, dan aktivis hadir dalam acara tersebut. Dari pejabat Polri, tampak Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar. Hadir pula polisi PSI Tsamara Amany, penyanyi Joy Tobing, Goenawan Muhammad, kakak angkat Ahok, Andi Analta Amir. [Eka Setiyaningsih]

Advertisement
Advertisement