April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

[Tausiyah] Menghalau Galau

3 min read

Saya hidup dan bekerja di Hong Kong sejak Maret 2011. Sepanjang lebih dari tujuh tahun, saya banyak mengambil pelajaran tentang kehidupan dari kawan-kawan sesama pekerja migran Indonesia di Negeri Beton, melalui curahan-curahan hati (curhat) yang mereka sampaikan. Terutama, tentang kegalauan-kegalauan mereka selama hidup di perantauan.

Banyak yang mengaku galau karena di usianya yang sudah berkepala tiga masih juga berstatus jomblo, tak kunjung menemukan jodoh. Di saat yang sama, tidak sedikit yang mengeluh dan berharap bisa segera mengakhiri hubungan rumah tangga dengan suaminya.

Di antara mereka, ada juga yang galau karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, padahal sudah lama tinggal di Makau, menanti kabar baik dari Hong Kong, berharap ada majikan yang mau mempekerjakannya sebagai pekerja rumah tangga. Di saat yang sama, banyak sekali pekerja migran yang ingin sekali men-terminate majikannya, memutus kontrak kerjanya.

Saya pun berkesimpulan, kegalauan bukanlah soal status: masih jomblo atau sudah memiliki pasangan. Galau juga tidak terkait dengan status: menganggur atau bekerja. Kegalauan dapat dialami siapa saja, menghinggapi hati semua orang!

Pada kesempatan ini, kita tidak akan membahas tentang mengapa kegalauan bisa menyerang seseorang, menguasai hati dan pikirannya. Tausiyah kita kali ini mencoba menawarkan solusi, apa yang harus dilakukan untuk menghalau galau yang datang untuk menguasai diri kita.

”Dari sebagian hukama’ (ahli hikmah atau pakar pengobatan kalbu), ada tiga kiat untuk menghilangkan kecemasan (kegundahan atau kegalauan hati),” tulis Syekh Nawawi Al-Bantani, di dalam kitabnya, Nashaihul Ibad.

 Pertama, mengingat Allah. Kiat ini senapas dengan firman Allah Ta’ala, ”Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (tenang).” (QS. Ar-Ra’du: 28)

Syekh Nawawi mengajarkan, mengingat Allah dapat kita lakukan dengan memperbanyak mengucapkan bacaan dzikir لااله الاالله (laa ilaaha illallaah), ”tidak ada Tuhan selain Allah”. Seperti kita ketahui, bacaan ”laa ilaaha illallaah” merupakan bacaan dzikir terbaik, paling disukai Allah ta’ala.

Ulama termasyhur asal Banten ini juga mengajarkan kita memperbanyak bacaan dzikir لاحول ولاقوة الا بالله (laa haula wa laa quwwata illa billaah), ”tidak ada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allah”, jika hati kita ingin tenang, tak lagi galau.

Lafaz ”Laa haula wa laa quwwata illa billaah” merupakan ungkapan penyerahan diri dalam segala urusan, khususnya sesuatu yang tidak kita sukai dan tidak diharapkan, kepada Allah Ta’ala sebagai Sang Pengatur Kehidupan. Di saat yang sama, bacaan dzikir ini juga bermakna penyerahan diri kepada Allah atas segala kehendak dan harapan yang menjadi keinginan kita.

Dengan memperbanyak membaca ”Laa haula wa laa quwwata illa billaah”, kita meyakini, tidak seorang hamba pun mampu berbuat sesuatu bila Allah tidak berkehendak. Sebaliknya, tidak ada yang kuasa menolak sekecil apa pun bencana yang datang apabila Allah menghendakinya.

Di dalam buku Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah disebutkan, jika seorang hamba mengucapkan ”laa haula wa laa quwwata illaa billaah” maka Allah akan menjawab, ”Wahai para malaikat, hamba-Ku telah berserah diri dan memohon perlindungan kepada-Ku. Bantulah dia, penuhi segala permintaannya.”

Kiat kedua untuk menghalau galau, menurut Syekh Nawawi, sering menemui para wali Allah. Siapa mereka? Yakni, para ulama dan orang-orang yang saleh.

Sedangkan kiat ketiga yang diungkap ulama yang wafat pada 25 Syawal 1314 H/1879 M ini, sering mendengarkan nasihat orang bijak. Nasihat-nasihat ini, menurutnya, sangat penting dan berguna bagi kita untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Selain ketiga kiat tersebut, banyak sekali doa-doa yang dapat kita baca untuk menghalau galau. Salah satunya, adalah doa berikut ini:

اللهم اني اعوذ بك من الهم والحزن. واعوذ بك من العجز والكسل.

واعوذ بك من الجبن والبخل. واعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال

 

Allahumma innii a’uudzu bika minal-hammi wal-hazan. Wa a’uudzu bika minal-ajzi wal-kasal. Wa a’uudzu bika minal-jubni wal-bukhl. Wa a’uudzu bika min gholabatid-dayni wa qohrir-rijaal.

”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari ketakutan (sifat pengecut) dan kikir (pelit), dari lilitan (jeratan) utang, dan pemaksaan (aniaya) orang.”

Selamat mengamalkan, dan selamat tinggal galau! (*)

*) Penulis H. Abdul Razak, SS., Da’wah Worker, Islamic Union of Hong Kong

 

Advertisement
Advertisement