April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tercebur Air Rendaman Besi Panas, PMI Asal Bantul Meninggal Dunia

3 min read

BANTUL – Nasib tragis menimpa pekerja migran Indonesia (PMI) bernama Wiwit Sutrisno Putro warga Padukuhan Jalakan, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak. Laki-laki 25 tahun yang bekerja di sebuah pabrik di kawasan Busan Simpyong Korea Selatan tersebut tewas setelah mengalami kecelakan kerja.

Pahlawan devisa tersebut terjebur kolam pendingin bara besi pada Kamis 19 Juli 2019 pukul 21.00 waktu Korea. Jenazah saat ini masih dalam proses pemulangan ke tanah air.

Kepala Bidang Penempatan Kerja, Perluasan Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Bantul, Istirul Widalastuti mengatakan, pihaknya mendapat kabar perihal meninggalkan korban pada Kamis kemarin.

Pihak Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Cabang Yogyakarta yang saat itu memberangkatkan korban memberikan kabar peristiwa memilukan itu. Korban yang bekerja sejak 2016 tersebut meninggal setelah mengalami kecelakan kerja terjebur kolam pendingin besi panas.

“Kita dapat informasi kemarin (Kamis 19/07/2018) dari BP3TKI Yogyakarta. Beliau kecemplung ke dalam air tempat rendaman besi panas,” ujarnya seperti diberitakan sorot.co, Jumat pagi.

Saat ini, lanjut Tirul sapaan akrab Istirul Widalastuti, pemerintah Indonesia melalui program G to G atau Government to Government yang dihandle Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sedang melakukan proses pemberangkatan jenazah.Diperkirakan jasad korban akan tiba di rumah duka pada Sabtu 21 Juli 2018.

“Saya sudah dapat jadwal keberangkatan jenazah, tanggal 21 Juli 2018 Jenazah diterbangkan dari Asian Airport sampai di Indonesia sekitar pukul 15.50 WIB. Di sana (Jakarta) ada ceremonial. Kemudian Sabtu itu juga diterbangkan dari Jakarta sekitar pukul 20.10 WIB sampai di Bandara Adisucipto pukul 21.30 WIB. Jenazah langsung dibawa ke rumah duka,” tandasnya.

Sementara itu, Sumarsih (43), ibu kandung Wiwit saat ditemui wartawan di rumahnya, RT 06, Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, Jumat (20/7/2018) menyatakan sebelum anaknya meninggal dia masih sempat berkomunikasi via aplikasi Whatsapp. Namun selang beberapa saat percakapannya terputus dan Wiwit tidak merespon pesan singkatnya.

“Habis magrib itu saya WA, sebelum kecelakaan nggak bales, nggak ngrespon, saya telepon sudah nggak diangkat,” ujarnya.

Kekhawatiran Sumarsih ternyata benar, beberapa saat kemudian dia kedatangan tamu yang mengaku sebagai orangtua rekan kerja Wiwit di Korea Selatan. Tamu tersebut memberitahukan bahwa Wiwit meninggal karena kecelakaan kerja.

“Saya nggak yakin dapat kabar kayak gitu. Masak habis WA kok meninggal,” ucapnya.

Namun kabar tersebut ternyata benar. Setelahnya datang pengurus Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bina Insani Group Yogyakarta, mereka memberitahukan bahwa Wiwit meninggal dunia.

“Terus Pak Carik, Pak Dukuh, juga sudah dihubungi, dikasih kabar kalau anak saya sudah meninggal. Malam itu (pengurus kampung) langsung ke sini,” jelasnya.

“Dia kerja di pabrik besi, katanya bikin alat kapal,” kata Sumarsih

Wiwit sudah dua tahun ini bekerja di Korea Selatan. Dia bekerja di sebuah perusahaan manufaktur bidang operator las. Namun saat bekerja dia mengalami kecelakaan sehingga terjatuh ke dalam air tempat rendaman besi panas.

“Katanya anak saya mau membenarkan mesin sendiri, sebenarnya kan itu tidak boleh. Kemudian dia terjatuh (ke dalam air rendaman besi panas). Itu tempatnya buat naruh besi panas biar mudah ditekuk gitu,” ucapnya.

Sebelum meninggal, dia sempat berpesan ke orangtuanya untuk melamarkan seorang gadis untuknya.

“(Sebelum meninggal) ingin menikah, suruh nglamarin ceweknya,” kata Sumarsih

Wiwit adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dia merupakan anak dari pasangan Ngadino (50) dengan Sumarsih (43), dan sudah dua tahun ini bekerja di sebuah perusahaan manufaktur bidang operator las di Korea Selatan.

“Tak kubayangkan mas, saya kayak gini cita-cita mau mantu. Tapi ada daya, dia sudah meninggal,” ucapnya.

Sebenarnya keluarga Sumarsih juga telah bersiap melaksanakan pertunangan Wiwit dengan kekasihnya. Berbekal uang kiriman dari Wiwit, kediamannya direhab untuk menyambut rencana pertunangan tersebut.

“Rencananya mau tunangan lebaran besok,” ungkapnya.[Net]

 

Advertisement
Advertisement