April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Terjadi Mutasi Virus, Kini Masa Inkubasi HIV Menjadi Aids Lebih Cepat

3 min read

SURABAYA – I Made Suarnayasa, seorang pegiat HIV/Aids baru-baru ini menemukan fakta mengejutkan. Fakta tersebut terkait dengan masa Inkubasi virus HIV menjadi Aids pada beberapa orang penderita.

Menukil pemberitaan Jawa Pos, ia menjelaskan jika berdasarkan medis, masa inkubasi virus HIV menjadi AIDS yang semula berkisar antara 5 – 10 tahun, saat ini berdasarkan pengalaman pria yang biasa dipanggil Dek Na, ini masa inkubasi lebih cepat.

“Dari hasil pengalaman konseling pada banyak orang, ditemukan kenyataan, hanya sekitar 2 tahun sejak melakukan hubungan dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS,” katanya dilansir Jawa Pos Group.

Untuk itu dengan adanya pergeseran masa inkubasi dan terus meningkatkan jumlah penderita HIV/AIDS di Bali khususnya di Jembrana, ia mendorong agar semua pihak termasuk pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah preventif.

Temuan tersebut rupanya selaras dengan laju percepatan angka jumlah ODHA di wilayah kabupaten Nganjuk dari 700 orang per Desember 2017 meningkat menjadi 1.117 per Desember 2018, atau hanya dalam waktu setahun saja peningkatan sudah signifikan.

Data HIV/AIDS di Jatim hingga akhir 2018 meningkat dari tahun sebelumnya. Bahkan, di Kediri, kasus HIV/AIDS sempat mengemuka dalam sepekan terakhir.

Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr Kohar Hari Santoso menyatakan, HIV/AIDS harus ditekan agar tidak menyebar luas. Penanganan harus dilakukan agar tidak semakin fatal. ”Perlu dicek juga. Stadium HIV atau sudah AIDS,” ujarnya.

Penanganannya, lanjut dia, dilakukan dengan pemberian antiretroviral (ARV). ARV diakui sebagai obat untuk HIV. Meski begitu, obat tersebut belum mampu menyembuhkan HIV secara keseluruhan.

Berdasar data Dinkes Jatim, jumlah penderita HIV/AIDS (ODHA) hingga akhir 2018 mencapai 8.536 orang. Pada 2017 jumlah ODHA mencapai 8.215 orang.

Kohar menyatakan, di daerah jumlah ODHA terus naik. Peningkatan HIV, imbuh dia, didorong gaya hidup masyarakat yang kurang terkontrol.

Dengan demikian, masyarakat rentan melakukan tindakan yang mengarah pada pergaulan atau seks bebas.

Karena itu, berbagai upaya terus dilakukan. Di antaranya, rutin melakukan sosialisasi, pemantauan, dan pengobatan.

”Meski belum bisa menyembuhkan penderita HIV/AIDS, setidaknya tidak menyebar ke yang lain,” tuturnya.

Peningkatan HIV/AIDS di Jatim mendapat perhatian dari DPRD Jatim. Anggota Komisi E DPRD Jatim Suli Daim menyebutkan, semua stakeholder harus getol menekan persebaran HIV/AIDS.

Apalagi, kini sudah ada perda yang mengatur perlindungan dan pencegahan penyakit dari human immunodeficiency virus tersebut.

Sifat dari perda itu adalah promotif dan preventif. Yakni, upaya pencegahan, tindakan ketika ditemukan kasus, dan penanganan setelah muncul kasus. Harapannya, persebaran HIV/AIDS bisa ditekan.

Suli menyatakan, faktor peningkatan HIV cukup beragam. Bisa jadi karena kurang sosialisasi. Bisa juga lantaran masyarakat yang belum sepenuhnya memahami risiko HIV/AIDS. ”Pemda mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menekan HIV/AIDS,” tuturnya.

Dalam perda, pasangan muda yang akan menikah disarankan untuk uji lab. Itu berguna untuk mengetahui status HIV/AIDS pada calon pengantin.

Jika terindikasi positif, ujar dia, kelangsungan pernikahan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Pengobatan juga bisa segera dilakukan.

”Pernah ada kasus. Pasangan sama-sama ODHA, tapi anak yang dilahirkan negatif. Itu karena mereka rutin minum obat ARV yang bisa melemahkan virus,” jelasnya.

Suli menyatakan, aturan tersebut dibuat karena masih banyak bayi HIV yang lahir di RSUD dr Soetomo. Karena itu, berbagai upaya terus dilakukan.

Dalam perda, pasangan muda yang akan menikah disarankan untuk uji lab. Itu berguna untuk mengetahui status HIV/AIDS pada calon pengantin.

Jika terindikasi positif, ujar dia, kelangsungan pernikahan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Pengobatan juga bisa segera dilakukan.

”Pernah ada kasus. Pasangan sama-sama ODHA, tapi anak yang dilahirkan negatif. Itu karena mereka rutin minum obat ARV yang bisa melemahkan virus,” jelasnya.

Suli menyatakan, aturan tersebut dibuat karena masih banyak bayi HIV yang lahir di RSUD dr Soetomo. Karena itu, berbagai upaya terus dilakukan.

Apakah fasilitas kesehatan telah mendukung upaya uji lab? Suli menyatakan, hal tersebut tidak lepas dari peran dan upaya masing-masing pemda untuk memberikan pelayanan terbaik. ” Untuk mengatur teknis, perda akan menggantikan pergub,” jelasnya. []

Advertisement
Advertisement