April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ternyata Polisi Arab Saudi Ada Yang Doyan Suap

3 min read

JAKARTA – Selama ini cerita seputar pekerja migran Indonesia (PMI) yang mencari peruntungan di luar negeri kerap menjadi bulan-bulanan sang majikan. Tak sedikit juga PMI menjadi korban kekerasan bahkan hingga meninggal dunia karena ulah majikannya.

Namun, cerita kali ini justru berkebalikan. Yakni, peran sang majikan begitu menentukan sehingga PMI lolos dari jeratan hukum.

Adalah Yusmiati, PMI asal Lampung yang menghiasi cerita ini. Perempuan berumur 34 tahun itu tengah mencari nafkah di Arab Saudi.

Peristiwa ini bermula ketika Yusmiati sudah bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Arab Saudi selama satu tahun 10 bulan. Ketika itu, ia bekerja dengan majikannya yang bernama Sanaa Der, kerwarganegaraan Mesir.

Ia menjelaskan, polisi Arab Saudi datang ke rumah majikannya untuk menjemputnya dan membawanya ke kantor Mahkamah Riyadh. Pangkalnya, Yusmiati dituduh telah melarikan diri dan membawa kabur berlian dan emas majikannya. Tuduhan itu berasal dari aduan warga Arab bernama Kafil Zainab, yang mengaku majikan Yusmiati.

“Kafil Zainab orang seperti apa, apa gendut apa kurus, aku enggak tahu. Orang enggak pernah ketemu sebelumnya. Aku dari bandar (Riyadh) langsung dijemput majikanku Sanaa Der. Aku tinggal dan bekerja padanya sejak dari bandara sampai polisi datang menjeput,” katanya, Rabu, 21 Maret 2018, seperti dilansir RRI.co.id.

Proses hukum pun berjalan di Mahkamah Riyadh. Hakim menjatuhkan pidana 15 tahun penjara atas tuduhan fiktif tersebut. Padahal dalam sidang itu, ia sudah menjelaskan panjang lebar duduk persoalannya.

Selama proses hukum itu, majikannya Sanaa Der selalu mendampingi. Namun, tetap, hakim berpendapat lain. Penjelasan Yusmiati seperti angin lalu.

“Mendengar tuntutan itu, saya dan majikan saya kaget. Alhamdulillah, majikan saya (Sanaa Der) melindungi saya,” ujarnya.

Melihat kondisi ada yang tidak benar, Sanaa Der mencari cara agar bisa meloloskan Yusmiati dari sangkaan hukum fiktif tersebut. Sanaa Der akhirnya menyuap polisi bandara sebesar 100 ribu riyal. Tujuannya hanya satu, agar Yusmiati bisa lolos pengecekan selama 24 jam di bandara Riyadh dan bisa segera pulang ke Indonesia. Yusmiati pun pulang pada 18 Agustus 2017 dengan tangan hampa setelah hampir 10 tahun bekerja di Arab Saudi.

“Mulai dari nyuap polisi bandara, mengantar saya ke KBRI agar saya dipulangkan ke Indonesia, semua karena usaha majikan saya. Saya pulang enggak bawa apa-apa, cuma sepasang pakaian yang saya kenakan,” katanya mengungkapkan.

Terkait hal itu, Yusmiati menyarankan kepada masyarakat agar menghubungi anggota keluarganya yang menjadi PMI di Arab Saudi selama lebih dari dua tahun. Sebab, ia mengungkapkan, alat komunikasi berupa handphone, alamat orang tua di kampung, dan nomor telepon PMI diambil polisi bandara Arab Saudi.

“Sebelum diserahkan ke majikannya masing-masing, begitu sampai di bandara, semua TKI diperiksa dulu di sebuah ruangan, handphone, nomor telepon dan nomor telepon yang saya tulis di jilbab pun diambil. Jadi kita benar-benar putus kontak di sana dengan keluarga di kampung,” ujarnya menjelaskan.

Yusmiati juga meminta agar para calon PMI untuk tidak menjadikan Arab Saudi sebagai tempat mencari nafkah. Sebab, menjadi PMI di Arab Saudi seperti diperjualbelikan.

Ia mencontohkan, dalam satu tahun ada PMI yang pindah majikan sebanyak tiga kali. Selain terisolasi dan selalu diawasi, para PMI juga hanya punya waktu dua jam untuk istirahat dalam sehari.

“Di sana rumah bukannya ada yang kecil, kalau kita selesai bekerja di rumahnya, kita kerja di rumah anaknya, udah kerja di rumah anaknya, kita kerja lagi di rumah kakaknya, kemudian bekerja lagi di rumah saudaranya, begitu seterusnya sampai 24 jam,” katanya mengungkapkan.

Yusmiati berangkat ke Arab Saudi pada 27 Desember 2007, bersama 27 PMI lainnya melalui PJTKI PT. Wahanakarya Suplaindo, Kota Bekasi. Saat ini Yusmiati bekerja sebagai PRT di kota Depok.

Dia belum berani pulang ke kampung halaman karena tidak ingin membuat orang tua syok.

“Aku masih takut pulang. Takut orang tua syok. Nanti kalau ditanya gimana, 10 tahun bekerja enggak bawa apa-apa. Kasihan orang tua,” katanya menegaskan.[]

Advertisement
Advertisement