UMR Naik, Tapi Minat Warga Sukoharjo Menjadi PMI Semakin Tinggi
SUKOHARJO – Seperti kawasan tetangganya Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri serta Gunung Kidul, minat warga Sukoharjo menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) untuk bekerja di luar negeri masih cukup tinggi. Pada tahun 2018 lalu tercatat ada 224 orang warga Sukoharjo menjadi PMI. Negara tujuan paling diminati para PMI asal Sukoharjo yakni di Korea Selatan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo Bahtiyar Zunan, Kamis (17/01/2019) mengatakan, kondisi masyarakat sekarang memang masih ada yang berkeinginan menjadi PMI dengan harapan bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga. Setiap tahun bahkan ada warga Sukoharjo yang berangkat ke luar negeri untuk menjadi PMI. Keberangkatan mereka tercatat resmi melalui lembaga penyalur tenaga kerja yang diakui keberadaanya oleh pemerintah.
Warga Sukoharjo yang berangkat menjadi PMI sebelum bertolak ke negara tujuan terlebih dahulu sudah mendapatkan pelatihan. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin keterampilan yang dimiliki sebagai bekal bekerja di negara lain. Bahkan pengetatan dilakukan kepada para calon PMI asal Sukoharjo agar lebih dahulu memiliki sertifikat kepemilikan keterampilan.
Para PMI asal Sukoharjo yang bekerja di luar negeri mayoritas memilih Korea Selatan karena alasan besarnya gaji yang diterima. Selain itu juga disebabkan karena tingginya kesempatan atau lowongan kerja disana. Sektor pekerjaan yang diminati seperti dibidang otomotif, kesehatan, perhotelan, dan pertanian.
Negara tujuan lain PMI asal Sukoharjo seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Brunai Darusalam. Warga Sukoharjo yang bekerja di luar negeri tersebut dikirim dalam beberapa kelompok pemberangkatan.
“Semua TKI yang bekerja di luar negeri semua dalam kondisi tercatat resmi karena diberangkatkan oleh lembaga yang diakui keberadaanya oleh pemerintah. Mereka terus kami pantau keberadaanya di negara tempat kerjanya untuk menjamin keadaan aman,” ujarnya.
Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo selalu mencatat data resmi PMI yang diberangkatkan oleh lembaga pelatihan. Data itu dipakai sebagai acuan pemantauan bagi daerah maupun pemerintah pusat.
“Tempat kerja TKI ini ada di luar negeri jadi perlu koordinasi antar negara. Kami di daerah sendiri juga wajib melaporkan data ke pusat,” lanjutnya.
Pemantauan ketat juga dilakukan petugas terhadap lembaga pelatihan PMI sebagai antisipasi munculnya masalah. Sebab dalam proses perekrutan dan pengiriman PMI bisa disalahgunakan secara ilegal. Pemilik lembaga pelatihan wajib bisa menunjukan bukti kepemilikan yang sah saat melakukan perekrutan tenaga kerja dan pengiriman.
Dibeberapa wilayah di Sukoharjo sendiri diketahui ada lembaga pelatihan kerja bagi para calon PMI. Mereka membuka pendaftaran dari berbagai jenjang usia untuk dikirim ke sejumlah negara. Paling banyak diminati yakni para calon PMI dari lulusan sekolah.
“Ada beberapa lembaga pelatihan merekrut atau menerima siswa lulusan SMA/SMK untuk dilatih dan dikirim menjadi TKI ke sejumlah negara. Minatnya sangat besar sebab satu TKI saja kerja di Korea Selatan atau Jepang bisa mendatkan gaji sekitar Rp.20 juta perbulan. Nilai itu sangat besar bagi anak muda lulusan sekolah yang ingin bekerja,” lanjutnya.
Meski profesi menjadi PMI diminati namun Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo masih mencatat tingginya angka keterserapan dan minat warga Sukoharjo bekerja di daerah sendiri. Hal itu terjadi karena besarnya peluang diterima kerja dan banyaknya lowongan kerja di Sukoharjo. Lowongan kerja juga terjadi di daerah lain dengan berbagai bidang pekerjaan.
Paling banyak lowongan kerja tersedia di Sukoharjo yakni dibidang tekstil sekitar 20.000 – 50.000 orang. Besarnya lowongan kerja terjadi karena banyaknya industri membuka usaha dibeberapa wilayah di Sukoharjo.
“Apalagi sekarang sudah ada Kawasan Industri Nguter di Sukoharjo karena banyak industri berdiri disana dan membuka banyak lowongan kerja,” pungkasnya. []