April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Work from Home, Warga Ponorogo Produksi Masker

2 min read
Feature Image Work from Home, Warga Ponorogo Produksi Masker (Foto Istimewa)

Feature Image Work from Home, Warga Ponorogo Produksi Masker (Foto Istimewa)

PONOROGO – Istilah work from home (WFH) tiba-tiba menjadi populer di Indonesia saat wabah corona datang melanda. Tentu tidak semua jenis pekerjaan bisa dilakukan dengan pola WFH. Profesi tukang ojek misalnya, tidak mungkin menjalankan pekerjaannya dengan WFH.

Kreatifitas dan panjang akal dituntut bagi mereka yang ingin survive ditengah himbauan untuk WFH, lantaran, banyak orang yang harus banting profesi agar bisa tetap produktif dari rumah.

Seperti yang dilakoni pasangan suami istri warga Bangunsari Ponorogo ini misalnya, himbauan WFH menjadi berkah tersendiri dengan memproduksi masker berbahan kain perca.

Adalah Yutina, sang pembuat masker berbahan dasar kain perca atau kain sisa yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Kain-kain itu disulapnya menjadi masker ramah lingkungan.

Ditengah merebaknya wabah corona, dibawah situasi yang membuat mayoritas warga mengenakan masker, ia malah justru kebanjiran order karena masker yang dibuatnya merupakan ramah lingkungan yang bisa dicuci dan dipakai lagi.

Dikutip dari Bangsa Online, Masker buatannya dijual dengan harga Rp 10 ribu per bijinya. Di dalam masker ini juga bisa diisi tisu, sehingga udara maupun bakteri bisa tersaring dan diserap masker secara maksimal.

“Selain itu, masker juga bisa dicuci dan dipakai lagi. Lain halnya dengan masker yang dibeli di toko dan apotek yang hanya sekali pakai dan apalagi sudah mulai langka,” jelasnya.

Proses pembuatannya pun sangat mudah, yakni hanya memerlukan penggaris, kapur, gunting, pola, dan jarum. Kain perca diukur dan dibuat pola masker, setelah itu kain dipotong dan dibentuk lalu dijahit menggunakan mesin jahit ataupun manual.

Selain mudah, bahan yang diperlukan pun sangat murah. Bahkan dalam sehari, Yutina yang juga melibatkan anggota keluarganya dalam proses pembuatannya mampu meproduksi hingga 150 masker.

Meski baru dua minggu membuat masker berbahan dasar kain perca, namun, Yutina sudah kebanjiran pesanan baik dari Ponorogo maupun luar Ponorogo.

“Di apotek kan masker sekarang sudah langka. Saya iseng buat, lalu di-upload, kok banyak peminatnya. Pembeli banyak yang minta warna polos. Kelebihannya ada benjolan kain, dalemnya bisa dikasih tissue,  itu sudah standar kesehatan,” imbuhnya. []

Advertisement
Advertisement