April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Zul, Meski Tanpa Tangan Dan Kaki, Karya Fotografinya Memukau Dunia

3 min read

BANYUWANGI – Di kalangan fotografer Indonesia, nama Achmad Zulkarnain atau akrab disapa Bang Zul sudah tidak asing lagi. Dia begitu dikagumi, selain karyanya yang mendunia, usaha serta kerja kerasnya menggeluti aktivitas fotografi tanpa tangan dan kaki (difabel) sempurna menjadi inspirasi.

Zul terlihat tengah santai dan asyik memainkan smartphone di atas kursi. jurnalis mengenalkan diri, dia menyambut dengan senyum hangat tanpa ada raut wajah belas kasihan, layaknya seorang yang berkebutuhan khusus.

“Ya mas, saya Zul, panggil saja Bang Zul. Apa yang bisa saya bantu mas,” ucapnya, begitu sopan dengan mengulurkan lengannya. Rasa iba bercampur kagum melihat sosoknya di depan mata dengan kondisi (maaf) cacat kedua tangan dan kaki.

Di tengah rasa pukau tersebut, dia mengambil kamera SLR beserta lensa putih panjang di sampingnya yang bisa dibilang cukup berat.

Jepret, suara kamera berbunyi, pertanda objek yang dia cari sudah didapat. Kebetulan kami yang menjadi objeknya.

Kami pun bertanya kapan pertama kali menyentuh kamera profesional. “Saya kenal kamera sejak saya bekerja di warnet, sekitar 4,5 tahun lalu,” ucap pria berusia 26 tahun ini.

Zul menceritakan kisahnya menjadi seorang fotografer. Sejak bekerja menjadi penjaga warnet sering mendapat orderan memotret. Namun saat itu order foto yang didapat foto identitas diri. Dari sini, Zul mulai paham dengan edit foto. Tak disangka, waktu itu hasil editan fotonya bagus.

“Kalau tidak salah, waktu itu saya hanya digaji Rp350 ribu per bulan untuk menjaga warnet. Kemudian ada pelanggan yang meminta saya memotret dirinya untuk kartu identitas. Dengan modal nekat, ya saya lakukan,” tuturnya.

Saking senangnya memotret, Zul mencoba mencari ilmu tentang fotografi melalui berbagai macam sumber. Mulai dari membaca buku sampai berselancar di dunia internet. Akhirnya, setelah paham mengenai fotografi, tanpa pikir panjang Zul memutuskan untuk berhenti menjadi penjaga warnet dan bekerja pada seseorang yang tidak bisa disebutkan namanya.

“Saat itu juga saya mendapatkan kepercayaan dari seseorang bekerja untuknya. Gajinya saya gunakan untuk nyicil kamera selama 18 bulan,” kenang Zul.

Kamera yang dia idamkan itu akhirnya didapat. Melalui modal tersebut, dia terus mengembangkan bakatnya sampai sekarang.

Sembari memperlihatkan hasil-hasil jepretan kameranya, Zul berceloteh kalau salah satu fotonya pernah laku terjual hingga Rp7 juta. Untuk membuktikannya, Zul memanggil asistennya untuk menunjukkan foto kuitansi hasil penjualan foto tersebut.

“Hasil foto saya pernah laku Rp7 juta. Waktu itu laku di Lombok,” kata Zul, sembari mencoba mengingat kembali peristiwa tersebut.

Kembali di pekerjaannya sekarang, Zul mengaku mampu menghasilkan uang per bulan mencapai Rp25 juta. Pekerjaannya sekarang adalah foto wedding dan foto produk.

“Untuk acara wedding Rp5 juta. Tapi yang banyak motret produk, budgetnya Rp15-20 juta. Alhamdulillah, mereka tidak pernah menawar. Langsung deal begitu saja,” canda Zul.

Penghasilannya itu dia gunakan untuk biaya hidup serta kuliah. Saat ini, Zul, tengah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas 17 Agutus (Untag) Banyuwangi.

Kesuksesan Zul di dunia fotografi, membuat namanya semakin tenar dan sering menjadi bintang tamu dalam acara beberapa televisi nasional. Temanya sudah pasti mengupas tentang hobinya tersebut. “Sering mas, bahkan pernah diundang ke luar negri,” katanya.

Event terakhir yang baru-baru ini dia ikuti adalah menjadi narasumber di seminar fotografi dan menjadi peserta fotografi exibition di Turki. Meski memiliki keterbatasan, Zul mampu tegar dan terus berkarya sampai mendapatkan penghargaan dari salah satu pejabat Turki sebagai perwakilan fotografer Indonesia dalam acara tersebut.

“Dulu saya hampir frustrasi karena keterbatasan ini. Namun sejak SMP luar biasa, saya begitu banyak mendapat ilmu tentang hidup, bisa tegar dan berkarya hingga sekarang,” ujar sang fotografer, yang sering jalan bersama fotografer kondang Darwis Triadi tersebut. [Riyandi]

Advertisement
Advertisement