May 10, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Akibat Menahan Rindu Pada Bunda, Begini Yang Dialami Yusuf

3 min read

GROBOGAN – “Mulobukane niku, thole niki panggih rencange wonten sekolahan, lha rencange niku crito teng thole yen ibune nembe dhugi sangking Hong Kong kaleh nedhahne, ‘ibuku muleh, iki lho Suf, sepatuku anyar, tasku anyar, ditumbasne Ibuku ko Hong Kong, Ibumu jare yo neng Hong Kong, tapi kok ora tau muleh, gek kowe ora ditumbasne sepatu’, terus Yusuf langsung mlajeng wangsul keng sekolahan kaleh nangis” tutur Poniti kepada ApakabarOnline.com.

(Awal mulanya itu, cucu saya ini ketemu temannya di sekolahan, terus temannya cerita kalau ibunya sedang cuti pulang dari Hong Kong sambil menunjukkan ‘Ibuku pulang, ini lho Suf, sepatu dan tasku baru, dibelikan Ibu dari Hong Kong, katanya Ibumu juga di Hong Kong, tapi kok tidak pernah pulang, terus kamu tidak dibelikan sepatu’, lalu Yusuf langsung berlari pulang dari Sekolahan sambil menangis)

Poniti adalah ibunda dari Dewi Srianita, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong asal Desa Suwatu Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Di kampung halaman, Dewi meninggalkan Muhammad Yusuf Permana, seorang anak laki-lakinya pada Poniti sejak keberangkatannya ke Hong Kong tahun 2009. Saat ditinggalkan tahun 2009, Yusuf masih berusia 1 tahun.

Dituturkan oleh Poniti, keberangkatan Dewi ke Hong Kong didasari oleh niat untuk mencari ekonomi setelah beberapa bulan sebelumnya, rumah tangga Dewi harus berakhir di Pengadilan Agama.  Empat tahun pertama Dewi bekerja di Hong Kong, yakni antara tahun 2009 hingga tahun 2013, segalanya berlangsung wajar-wajar saja. Secara berkala Dewi mengirimkan uang melalui kakak nya yang tinggal dan bekerja di Purwodadi Grobogan, bahkan rumah peninggalan almarhum bapak Dewi yang kini dihuni oleh Poniti dan Yusuf pun terbiayai renovasinya.

Akhir 2013, Dewi sempat cuti pulang ke Gabus selama sebulan lamanya. Diusianya yang masih 5 tahun, tentu Yusuf telah bisa dengan sempurna merekam kenangan indahnya bertemu dan bercengkerama dengan Dewi ibunya. Namun sekembali Dewi dari cuti tahun 2013, hingga sekarang telaah hampir 5 tahun lamanya, Dewi tidak pernah lagi ada kabarnya. Seolah hilang ditelan bumi, misteri kabar dan keberadaan Dewi menjadi beban pikiran Ponoti dan Yusuf setiap hari.

Di lingkungan sekolah dan lingkungan bermain sehari-hari, beberapa teman Yusuf ditinggal ibunya merantau ke luar negeri menjadi PMI. Namun nasib mereka tidak seperti Yusuf yang tidak lagi bisa berkomunikasi.

Seiring dengan semakin bertambahnya usia Yusuf, kini bocah kelas 5 SD ini hanya bisa meratapi kerinduannya akan Dewi ibunya. Disaat teman-teman Yusuf merasa bahagia saat ibu mereka yang menjadi PMI cuti, dibelikan berbagai barang dan mainan dari luar negeri, Yusuf hanya bisa mendengar dan melihat sembari gigit jari.

Seperti dituturkan oleh neneknya, puncaknya terjadi pada awal bulaan Mei ini, saat salah seorang teman Yusuf yang ibunya pergi menjadi PMI sedang cuti.  Menurut penuturan Poniti, teman Yusuf dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan, menunjukkan kepada Yusuf, kepulangan ibunya yang sedang cuti membawa seabreg oleh-oleh dan bingkisan untuk teman Yusuf tersebut.

“Dengar cerita temannya itu, hatinya Yusuf kesendal Mas. Saya itu kasihan banget. Membayangkan bagaimana perasaan cucu saya saat melihat orang tua beberapa teman-temannya cuti dari luar, membelikan anak-anaknya barang-barang, sepatu, jajanan, pakaian, sepeda, mainan, tapi Yusuf hanya bisa melihat saja sambil menahan perasaannya” tutur Poniti.

“Kemarin itu, habis mendengar cerita temannya, sambil nangis, dia berlari pulang. Tapi saat di depan sana itu (menunjuk ke gerbang masuk halaman) Yusuf kesandung kakinya, terus matanya ini kena lancupan pagar bambu. Dia pikirannya ngawang Mas, mikir ibunya, sampai-sampai pas lari, tidak konsentrasi melihat apa yang didepannya” terang Poniti yang terhenti oleh linangan air matanya.

Begitu besar Yusuf menyimpan perasaan rindu pada ibunya, begitu gelisah hati Yusuf melihat teman-teman yang memiliki orang tua menjadi PMI, secara berkala bisa tetap berkomunikasi dan bahagia karena pemberian orang tua mereka, sampai-sampai Yusuf lepas kendali, berlari dan mengalami musibah hingga membuatnya cidera lantaran pikirannya mengawang, apa yang dirasakan teman-temannya tidak seperti yang Yusuf rasakan.

“Itu bola matanya kegores Mas, untungnya tertolong dan tidak masuk ke dalam, jadi kata dokter, masih bisa normal melihat. Yang dijahit itu kulitnya yang robek” jelas Poniti perihal luka di mata kiri cucunya.

“Makanya Mas, saya minta bantuannya, tolong sampaikan ke anak saya Dewi, kalau Yusuf begini keadaannya sekarang. Dia sedang sakit, dia kangen, dan dia ingin ketemu ibunya” harap Poniti.

Senada dengan neneknya, kepada ApakabarOnline.com, Yusuf menitipkan pesan untuk Dewi Srianita sang ibunda :

“Ibu, Yusuf Sakit, kapan Ibu pulang ? Teman-teman Yusuf, ibunya sering nelpon, sering pulang, sering belin baju, sepatu, sepeda, kapan Yusuf dibelikan seperti mereka bu ?

Bu, Yusuf kangen Ibu” kalimat Yusuf selesai dengan isak tangis yang tidak mampu dia tahan lagi. [Asa]

 

Advertisement
Advertisement