April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Derita Evy, Anak PMI Yang Dinikahi Siri Kyai, Racuni Ketiga Anaknya Sampai Mati

5 min read

JOMBANG – Insiden penemuan 4 orang yang tergeletak di kamar mandi ini bikin warga geger. Insiden itu terjadi di Dusun Sambilanang, Desa Karobelah, Kecamatan Mojoagung, Jombang Senin malam (15/1/2018).

Dilansir dari Surya.co.id di dalam kamar mandi itu terdapat ibu dan ketiga anaknya. Keempatnya itu diduga telah meminum racun serangga yang mengakibatkan ketiga anaknya tewas. Sementara kondisi sang ibu yang bernama Evy Suliastin Agustin (26) masih selamat dan dilarikan ke UGD RSUD Jombang.

Awak media mencoba mengulik tentang apa penyebab ibu itu menengak racun dan mengajak serta ketiga anaknya. Kemudian terkuak tentang masalalu serta penderitaan yang dialami ibu tiga anak ini.

Ternyata saat kecil Evi sempat dititipkan di sebuah panti asuhan di daerah Mojoagung karena dia ditinggal ibunya, Bu Saipal menjadi pekerja migran ke Timur Tengah. Evi juga menimba ilmu di panti asuhan tersebut.

Evi kabarnya telah dinikahi oleh seorang pria dari Surabaya yang akrab di panggil Gus Din. Ia menjadi istri muda alias istri kedua. Namun Evi dan ketiga anaknya ternyata tak dinafkahi. Diduga itulah motif Evy nekat meminum racun serangga dengan anaknya menurut Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto. Agung juga menambahkan bahwa Evy tak tinggal serumah dengan suaminya. Suami Evi adalah KH Moh Fakihudin yang akrab disapa Gus Din. Sebelumnya, Gus Din dan Evy serta anak-anaknya tinggal di Surabaya karena sang suami punya pesantren.

Akibat perbuatannya ini, Evy ditetapkan menjadi tersangka. Penetapan tersangka terhadapnya ini setelah polisi memeriksa Evy dan sudah melakukan penyelidikan serta hasil otopsi.  Dalam pemeriksaan Evy mengaku membawa anaknya ke kamar mandi. Setelah itu, dia memasukkan anaknya paling kecil ke dalam bak mandi. Keterangan Evy cocok dengan hasil otopsi dari tim medis yang tidak menemukan racun serangga di tubuh korban. Namun yang ditemukan hanya air.

Hasil di penyelidikan, polisi menemukan hanya anak korban paling kecil yang tidak berbusa mulutnya. Setelah itu, anak yang pertama dan kedua dicekoki racun serangga secara bergantian. Setelah ketiganya tewas, Evy ikut meminum racun serangga yang sudah disiapkan.

“Evy dikenakan paasal pembunuhan,” jelas Kapolres Agung.

Seperti diberitakan duta.co, Evy ditemukan dalam kondisi kritis di kamar mandi rumahnya, Dusun/Desa Karobelah, Kecamatan Mojoagung, Jombang, Senin (15/1) malam. Sedangkan tiga anaknya sudah tewas. Ketiga bocah itu adalah Sayid Mohammad Syaiful Alfaqih (6), Bara Viadinanda Umi Ayu Qurani (4), dan Umi Fauziyah (4 bulan).

Diduga, Evy dan ketiga anaknya usai menenggak obat nyamuk cair. Dugaan itu diperkuan temuan obat nyamuk cair kemasan 600 ml dalam kondisi tutup terbuka namun istinya tinggal dua per tiga. Obat serangga cair itu ada di dekat para korban.

Polres Jombang terus melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dalam kasus pembunuhan tiga orang anak oleh ibu kandungnya sendiri di Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim). Hingga kini, sudah 15 orang saksi yang diperiksa oleh penyidik. Polisi juga akan menjerat ayah ketiga korban, KH Mohamad Fakihudin, karena diduga menelantarkan istri dan anak-anaknya.

Polisi memerikas saksi-saksi dalam kasus pembunuhan Sayid Mohammad Syaiful Alfaqih (6), Bara Viadinanda Umi Ayu Qurani (4), dan Umi Fauziyah (4 bulan) oleh ibu kandungnya sendiri Evy Suliastin Agustin (26) di Desa Karobelah, Kecamatan Mojoagung, Jombang, di ruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang.

“Hingga saat ini, sudah ada 15 orang saksi yang diperiksa di antaranya adalah KH Moh Fakihudin, ayah kandung para korban,” kata Kapolres Jombang AKBP Agung Marliyanto, Rabu (17/1/2018).

Polres Jombang juga akan memproses pengasuh pondok pesantren di Surabaya itu, dengan dugaan penelantaran terhadap anak dan istrinya hingga kasus pembunuhan tiga anak mereka terjadi. Sebab, berdasarkan keterangan Evy, dia nekat membunuh tiga anaknya sebelum bunuh diri karena depresi ditinggal menikah lagi oleh KH Moh Fakihudin atau biasa dipanggil Gus Din dengan seorang wanita di Nganjuk. Sejak menikah dengan istri ketiganya di Nganjuk, Gus Din jarang menemui Evy dan tiga anaknya lagi.

“Karena kasus ini didasari oleh penelantaran anak dan istri, maka kami akan perkuat alat bukti suami pelaku agar bisa kenakan sanksi hukum penelantaran anak dan istri. Kalau sekarang ini, status suami tersangka masih sebatas saksi,” kata AKBP Agung Marliyanto.

Dia menambahkan, pihaknya juga masih berkoordinasi dengan Kejaksaan Negeri setempat, apakah status kawin siri itu dapat dikenakan Undang-Undang (UU) tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Nomor 23 Tahun 2004.

“Karena dalam rumah tangga di sini harus tunduk pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 di mana ada catatan yang masuk atau diregistrasi di Kantor Urusan Agama (KUA) kalau dia Muslim atau di Catatan Sipil kalau non-Muslim. Nah, bagaimana kalau kawin siri ini, ini masih dalam pembahasan kami dengan Kejaksaan,” kata Agung.

 

Hubungan Evy dan Gus Din Ganjil

Hubungan rumah tangga Evy Suliatin Agustin (26), ibu pembunuh tiga anaknya, dengan Fakihudin (Gus Din) ternyata sudah ganjil sejak awal. Selain karena proses pernikahan yang tidak resmi atau siri, keluarga Evy ternyata juga tidak mengetahui keduanya menikah.

Sebagaimana pengakuan keluarga, Evy awalnya dimasukkan ke pesantren milik Gus Din di Mancilan Mojoagung untuk belajar agama. Namun, saat kembali ke rumah, Evy sudah membawa bayi. Saat itulah Evy mengaku telah dinikahi Gus Din. Meski begitu, pihak keluarga tetap merasa aneh. Pasalnya, pernikahan tersebut dilakukan tanpa ada wali dan tanpa disaksikan oleh keluarga Evy.

“Kami semua terkejut dan bertanya-tanya. Namun, tetap saja kami tidak berani berbuat apa-apa. Ini karena pria yang menikahi Evy adalah pengasuh pesantren. Orang yang disegani di kampungnya,” ungkap Ani Wahyuni, kakak ipar Evy.

 

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Dusun Karobelah Kecamatan Mojoagung, M Khamim. Dia mengaku, tidak seorang pun warga di dusun mereka tahu tentang pernikahan Evy dan Gus Din tersebut, termasuk perangkat dusun. Padahal, setiap ada pernihakan, lazimnya dilaporkan kepada perangkat dusun, minimal ketua rukuk tetangga (RT).

“Sekalipun siri, RT mestinya diberi tahu. Tetapi ini tidak. Tahu-tahu sudah mereka sudah punya anak,” ungkap Khamim kepada wartawan.

Atas kondisi ini, kata Khamim, Evy sebenarnya juga tidak betah sehingga dia selalu meminta Fakihudin agar pernikahan mereka diresmikan. Namun, permintaan tersebut selalu ditolak hingga mereka memiliki tiga anak, yakni Sayid Mohammad Syaiful Alfaqih (6), Bara Viadinanda Umi Ayu Qurani (4), dan Umi Fauziyah (4 bulan).

“Pengakuan dia (Evy), Gus Din selalu menunda dengan berbagai alasan,” ujar Khamim.

Jika melihat riwayatnya, Psikolog dari Universitas Darul Ulum Jombang, Denok Wigati, menyebut Evy diduga mengalami sindrom baby blues. Lantaran Evy masih memiliki bayi berusia empat bulan.

Denok menuturkan, perubahan hormonal dalam tubuh ini bisa menimbulkan efek kurang nyaman. Semisal, memicu perasaan negatif, atau khawatir dirinya tak bisa menjadi ibu yang baik bagi bayi, serta kewalahan berperan sebagai ibu baru.

Dalam kasus Evy, kondisi tersebut semakin parah. Karena berdasarkan kabar yang berkembang, Evy yang juga istri seorang kiai merupakan sosok yang introvet atau tertutup. Sehingga dia tidak pernah memberitahukan permasalahan yang dihadapi kepada orang lain.

“Kemungkinan saat Evy menikah dengan F, orangtua sudah mengingatkan. Sebab, posisi dia sebagai istri kedua dan terikat pernikahan siri. Sehingga ketika ada masalah keluarga, dia tidak berani membeber problem itu ke keluarga,” imbuhnya.

Kondisi tersebut secara tidak langsung membuatnya pesimis dalam menjalani hidup. Ketidakpastian hidup Evy bertambah parah. Sudah begitu, Evy juga mendengar kabar bahwa suaminya menikah lagi. Stres berkepanjangan itulah yang membuat depresi. Apalagi, kondisi datang saat yang bersangkutan pada fase baby blues.

Depresi itu, menurut Denok, lebih parah dari pada stres. Karena orang yang mengalami depresi ada dorongan untuk mengakhiri hidup. Orang yang terkena depresi insting mempertahankan hidupnya sudah nol atau hilang. Bahkan ingin membunuh dirinya sendiri untuk mengakhiri penderitaan.

Mengapa mengajak anak-anaknya untuk bunuh diri juga? Menurut Denok, kemungkinan Evy juga memikirkan anak-anaknya. Sehingga dia tidak rela jika anak-anaknya ke depan juga mengalami penderitaan. “Karena dia berpikiran dengan semua bunuh diri, semua penderitaan akan berakhir,” urainya.

“Jadi yang dialami Evy ini bertumpuk-tumpuk. Mulai stres berkepanjangan, suami menikah lagi, baby blues, hingga tidak ada dukungan sosial dari keluarga. Hal-hal tersebut menyebabkan depresi. Dalam depresi, muncul dorongan mengakhiri hidup. Insting mempertahankan hidup sudah hilang,” katanya mengulang. [Asa/Net]

This slideshow requires JavaScript.

Advertisement
Advertisement