December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Dilema Susi, Calon PMI Hong Kong Yang Tiba-Tiba Ditinggal Pergi Ibu Dan Suami Menghadap Illahi

3 min read

BOJONEGORO – “Saya pingin ke Hong Kong lagi, supaya bisa punya modal, bisa memperbaiki rumah, bisa mengasuransikan pendidikan dan masa depan anak, supaya bisa membahagiakan ibu. Itu tujuan saya” aku Susiani, saat mengawali menuturkan kegelisahannya kepada ApakabarOnline.com

Susi (27) adalah warga  Temayang Bojonegoro yang namanya tercatat menjadi salah satu calon pekerja migran Indonesia tujuan Hong Kong. Susi berproses di sebuah PPTKIS di kawasan Madiun. Proses yang dilewati Susi selama hampir dua bulan, terbilang sudah berada pada posisi hampir kelar penyiapannya. Pasalnya, Susi sudah mendapat majikan dan tinggal menunggu turunnya visa kerja. Capaian proses tersebut, tentu menjadi semangat tersendiri bagi Susi. Bukan hanya Susi, suami dan ibunyapun ikut berbahagia dan mensyukuri capaian Susi dalam berproses menjadi PMI.

Kebagahiaan Susi tiba-tiba berubah menjadi kesedihan mendalam. Saat seusai dikunjungi suami dan ibunya pada Minggu 15 Januari 2018 kemarin di penampungan PPTKIS tempatnya berproses, dalam perjalanan pulang ke Bojonegoro, suami dan ibu Susi yang mengendarai sepeda motor mengalami kecelakaan lalulintas di wilayah Nganjuk hingga mengakibatkan nyawa keduanya tidak tertolong.

Susi mengetahui kabar duka ini, saat sehari setelah dikunjungi suami dan ibunya, Susi menerima kunjungan mendadak salah seorang pamong di Desanya. Pamong tersebut mengajak Susi pulang ke rumah.

“Saya kaget, sampai rumah banyak orang berkumpul, ada bendera kematian dipasang di halaman rumah” kenang Susi.

Mengetahui yang meninggal adalah suami dan ibunya, Susi menangis histeris hingga jatuh pingsan.

“Untungnya, saat ibu mau berangkat ke Madiun, anak saya ini pas badannya demam, batuk dan pilek. Anak saya tidak diajak, dititipkan ke saudara. Andai anak saya ikut, tentu kesedihan saya akan bertambah sedih, sebab saya paasti kehilangan ketiga orang yang saya cintai, yang selama ini hidup serumah” tutur Susi yang terhenti oleh isak tangisnya.

Kejadian tersebut, membuat Susi menjadi ragu berangkat ke luar negeri. Mengingat akan nasib anaknya yang saat ini berusia 11 bulan, Susi tidak mungkin anak menitipkan anaknya dibawah pengasuhan orang lain, mengingat Susi adalah seorang anak tunggal yang tiidak punya saudara. Bapaknya sudah meninggal dunia, saat Susi bekerja di Taiwan sebelum menikah.

“Waktu di Taiwan dulu, hampir seluruh hasil kerja saya, untuk mengobati bapak. Tapi Allah memangggilnya, bapak akhirnya meninggal dunia. Karena itu, ibu mengharuskan saya pulang. Sebab ibu sendirian. Saya kan anak tungggal” paparnya.

“Setelah saya menikah dan punya anak, ibu baru membolehkan jika saya ingin bekerja ke luar negeri lagi. Disaat saya berproses, tidak menyangka, Allah berkehendak seperti ini.” Tuturnya.

Susi sempat beberapa kali mendapat panggilan peringatan dari PPTKIS yang akan  memberangkatkannya agar segera kembali ke penampungan. Saat Susi mengutarakan kebingungan dengan kondisi yang sedang dihadapi, pihak PPTKIS justru memberi pilihan, jika tidak ingin meneruskan prosesnya bekerja ke Hong Kong, Susi harus menyetorkan uang sebesar 15 juta rupiah sebagai pengganti biaya proses yang telah dia jalani selama hampir dua bulan belakangan. Tentu hal ini tidak mungkin Susi lakukan.

“Darimana saya punya uang segitu mas. Saya mau ke Hong Kong karena saya tidak punya uang. Saya jadi bingung, tetap berangkat ke Hong Kong, bagaimana nasib anak saya, suami saya kedua orang tuanya sudah tidak ada semua, ibu saya juga pergi meninggalkan kami bersama dengan suami saya untuk selama-lamanya. Tapi kalau saya tidak jadi ke Hong Kong, PT meminta saya membayar 15 juta sebagai uang pengganti proses” pungkasnya.  [Asa]

 

 

Advertisement
Advertisement