December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

ERIN CIPTA, JUARA PENA IC LAW MENULIS SEJAK SEKOLAH DASAR

2 min read

CILACAP – Seorang pekerja migran menulis? Lalu, karyanya disebut sebagai sastra migran? Dua kalimat ini tergaung sekitar tahun 2010. Dan, sejak tahun itu perkembangan dan minat menulis dari kalangan buruh migran meningkat tajam. Banyak yang menerbitkan buku seperti kumpulan cerpen (kumcer), kumpulan kisah, kumpulan puisi dan novel.

Tahun ini, Erin Cipta, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Taiwan, kembali menorehkan sebuah prestasi. Menjadi Juara I dalam even internasional, Lomba ”Menulis Kisah Berhikmah” yang diselenggarakan IC Law (Indonesian Consultant at Law) pada April lalu. Pengumuman pemenang dilaksanakan 30 Juli 2017 pada website Rayakultura. Gubug Rayakultura ini dikomandoi oleh sastrawati Naning Pranoto.

Menulis Sejak Bacaan di Perpustakaan Desa Ludes Dibaca

Wanita kelahiran Cilacap ini bernama lengkap Erin Sumarsini, menjadi perawat lansia di Taiwan sejak 2012-2015. Saat ini ia tinggal di Desa Karangjati – Cilacap, Jawa Tengah. Memutuskan pulang kampung karena ingin mendampingi anak-anaknya.

”Sepertinya, saya tidak hendak kembali kerja di Taiwan. Usia saya sudah tidak muda, anak anak pun sedang dalam tahap yang sangat membutuhkan kehadiran ibu. Saya cukup di Indonesia saja, bertani di desa, menyekolahkan anak, dan mengurus rumah tangga. Juga mengelola perpustakaan dan insyaallah terus menulis. Ini sudah sangat membahagiakan,” jelas Erin Cipta kepada Apakabar Plus.

Saat ditanya sejak kapan ia mulai menulis, ia menjawab sejak duduk di bangku sekolah dasar. Menulis setelah bacaan di perpustakaan desa tidak memenuhi hobinya membaca. ”Koleksi buku di perpustakaan desa masih sedikit. Saya yang gila baca merasa kekurangan bahan bacaan. Lalu, mencoba menulis untuk dibaca sendiri. Kemudian, menulis puisi anak-anak. Karya perdana saya berupa puisi dimuat Majalah Kuncung (1989) berjudul Maafkan Aku, Ibu. Saat itu saya baru kelas empat SD,” tambah Erin.

Selain puisi, ia juga menulis cerita pendek (cerpen) saat duduk di bangku sekolah menengah umum (SMU). Kegemaran menulis ini terbawa hingga ia menjadi pekerja migran di Taiwan. Bergabung dengan Forum Lingkar Pena Taiwan (FLP Taiwan) sebagai pemantik untuk terus berkarya.

Menjadi Juara Itu Surprise Terkeren

Bagaimana tidak keren kalau peserta lombanya dari berbagai negara dan lebih mumpuni dibandingkan seorang Erin Cipta. ”Karena pesertanya banyak, saya tidak terlalu berharap. Alhamdulillah, menang. Surprise banget. Ada perasaan lega saat gumpalan yang menyesakkan dada itu diapresiasi sedemikian rupa,” tuturnya bahagia.

Selain prestasi di atas, Erin Cipta juga baru merilis novel perdananya yang berjudul Carlos”. Karya lain berupa kumcer Aroma Rindu” (FLP Taiwan-2014), kumcer Ilusi Malahayu (FLP Sedunia-2015), kumcer Aliran dari Kompetisi Menulis di Taiwan untuk Empat Negara dan Setangkai Tulip Putih (Voirri-2016).

”Saya biasa menulis tentang hal-hal yang saya jumpai dan alami sehari-hari. Saya punya catatan-catatan kecil di ponsel atau kadang saya simpan di media sosial, yang nantinya akan menjadi tulisan lebih panjang. Saya menulis bebas, tidak terikat waktu. Kapan saja ada waktu luang dan memungkinkan menulis, saya akan menulis. Karena kegiatan utama saya ya ibu rumah tangga,” jelas Erin saat ditanya proses kreatifnya dalam menulis.

So, menjadi BMI menulis, why not?[Dituturkan Erin Cipta kepada Anna Ilham, Apakabar Plus]

 

Editor    : Nanang Junaedi

Advertisement
Advertisement