Hanya 186 Orang Saja Warga Provinsi Ini Yang Jadi PMI
2 min readMANADO—Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3-TKI) mencatat, tahun 2017 sebanyak 186 warga Sulut mencari nafkah di luar negeri. Ada 11 negara yang menjadi tujuan PMI asal Sulut. Paling banyak di Singapura (lihat grafis, red). Sedangkan untuk tahun ini, target pengiriman PMI dari Sulut adalah 100 orang.
Kepala BP3TKI Hard Merentek mengatakan, tahun ini, pihaknya berusaha akan menargetkan 100 pekerja migran Indonesia (PMI) akan diberangkatkan ke beberapa negara.
“Seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan beberapa negara di Asia Pasifik lainnya. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun 2017 dimana sebanyak 186 TKI yang diberangkatkan,” bebernya.
Dirinya tak menampik jika setiap tahun pihaknya selalu menargetkan 100 TKI. Namun realisasinya selalu lebih.
“Targetnya 100 tapi realisasinya selalu lebih dari itu. Namun, semua TKI tetap akan diberangkatkan asalkan mengikuti prosedur yang benar sesuai dengan ketentuan yang ada,” dia menjelaskan.
Ditambahkan Marentek, jumlah PMI yang kadang melampaui target ini dikarenakan, adanya PMI mandiri. Dimana para PMI tersebut mendaftarkan dirinya secara online. Sehingga pihaknya akan menambahkan PMI mandiri ini dengan daftar yang sudah lewat PPTKIS.
“Sejauh ini, TKI yang memenuhi syarat dan ketentuan, kami tancap terus,” katanya.
Dia memastikan, semua PMI yang diberangkatkan mempunyai perlindungan hukum. Bahkan, menurut Marentek, perlindungan PMI sudah dimulai dari pra-perekrutan hingga sampai kembali ke daerah masing-masing.
“Semua TKI dari pemerintah pasti sudah mempunyai perlindungan hukum,” tambahnya.
Meskipun, dirinya tak menampik tahun lalu ada PMI meninggal dalam pekerjaan.
“Tahun lalu ada lima jenazah pelaut yang kita pulangkan. Itupun informasinya didapatkan dari KBRI Korea,” jelasnya.
Dia Melanjutkan, pihaknya sering menemui masalah terkait perekrutan PMI illegal. Dimana, banyak PMI yang tidak melalui pendaftaran secara resmi.
“Kalau kedapatan, pasti langsung kami pulangkan,” tegasnya.
Dirinya pun berjanji akan menyiapkan program pemberdayaan terhadap semua PMI yang sudah kembali.
“Tahun ini targetnya ada dua grup pemberdayaan yang terdiri dari 50 orang. Mereka akan diberikan pemahaman dan pelatihan terkait usaha dan lain sebaginya,” pungkas Marentek.
Sementara, Ekonom Sulut Johnny Suak mengakui, masyarakat Sulut memang lebih tertarik bekerja di luar negeri dibandingkan di Sulut. Karena, menurutnya, dari segi pendapatan, di luar negeri jauh lebih besar. Selain itu juga wawasan PMI akan semakin bertambah jika bekerja di luar.
“Di luar negeri, cara kerjanya berbeda. Sehingga para TKI senang berada di sana. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang sudah menjadi tenaga kerja yang profesional saat kembali ke daerah,” jelasnya.
Dosen FEB Unsrat ini menambahkan, di luar negeri penerapan sistem kerjanya jauh lebih bagus dibandingkan di daerah sendiri. Karena saat ini banyak masyarakat yang ingin mencoba hal baru, sehingga tak jarang mereka lebih senang bekerja di luar dengan berbagai macam tantangan yang dihadapi.
“Masyarakat sekarang sudah ingin berubah. Kalau kerja di daerah kan belum tentu akan berkembang. Jadi memang lebih bagus kerja itu di luar daerah ataupun di luar negeri biar pemikirannya bisa berubah dan lebih terbuka,” tutupnya. [Asa/FGN-Manado Post]